Chapter 1: The First Day

476 51 2
                                    

"Siapa yang mau brownies amandaaa?"

Terdengar teriakan dari arah ruang tengah. Malik yang tengah berada di kamarnya pun melongokkan kepalanya di pintu.

"Eh, udah balik?" tanyanya. Ya, orang yang baru saja berteriak barusan adalah Radi.

"Udah dong. Gue kan kangen sama lo Bang." ujar Radi sambil berjalan mendekat ke arah Malik untuk memeluknya. Malik bergidik ngeri.

"Najis." ujarnya. "Adnan mana?"

Radi menunjuk ke arah luar, "Tuh lagi parkir." jawabnya.

Malik membantu Radi membawakan oleh-oleh ke ruang makan, sementara Radi masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Malik untuk meletakkan barang-barangnya.

"Eh Bang Malik, apa kabar Bang?" terdengar suara Adnan yang baru saja memarkirkan mobilnya.

"Ya gini-gini aja, Nan." jawab Malik sambil memotong brownies pemberian Radi.

"Bang Farzan mana?" tanya Adnan sambil duduk di meja makan.

"Ke kosan temennya. Bentar lagi pulang kayanya." jawab Malik yang sudah asyik mengunyah brownies. Adnan manggut-manggut.

"Kok yang lain belom pada balik sih? Katanya mau syukuran Kai menang lomba." gerutu Radi yang baru saja keluar kamar setelah berganti baju.

"Oh, si Kai menang?" tanya Adnan.

"Lo gabaca grup emang? Heboh banget itu kemaren pengumuman dia katanya juara 1." jawab Radi sambil duduk di sebelah Adnan.

"Kaga baca gue hehe." Adnan meringis. "Lo juga udah tau Bang?" tanya Adnan pada Malik. Yang ditanya menganggukkan kepala nya.

"Ocean lagi otw dari pagi, Emil tadi siang bilang udah di tol." ujar Malik. Radi manggut-manggut.

"Yaudah gue mandi dulu deh, sama mau naroh koper ke atas." Adnan bangkit dari kursinya dan menenteng ranselnya ke kamarnya yang berada di lantai 2.

**********

PLAKK

Suara tamparan nyaring itu terdengar sangat menyakitkan. Pemuda itu mengelus pipinya yang kini sudah berwarna kemerahan.

"Kamu pikir saya mau denger semua omong kosong kamu? Saya gak peduli." lelaki di hadapannya tersebut berteriak dengan nyalang.

Ya, sia-sia saja penjelasan yang sudah pemuda itu berikan panjang lebar. Pada akhirnya, ia hanya punya dirinya sendiri.

Ia menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya. Perih di pipinya masih sangat terasa. Ia tersenyum getir. Apakah ini benar akhir dari semuanya?

**********

Tin Tin

Klakson berbunyi di belakang Sakya yang tengah mengendarai motor vespa nya. Sakya menoleh dan ia melihat mobil pajero sport hitam di belakangnya. Sakya mengernyit dan akhirnya orang di kursi penumpang menurunkan kaca mobilnya.

"Hai, Bang."

Kaili melambaikan tangannya ke arah Sakya yang masih kebingungan. Mobil tersebut melaju mendahului Sakya dengan vespa nya di belakang. Sakya hanya menggelengkan kepalanya.

Sesampainya di kosan, Sakya langsung memarkir motornya di garasi. Ia melihat Kaili tengah duduk di teras sambil tersenyum lebar ke arahnya.

"Macet bang di jalan?" tanya Kaili. Sakya menggeleng sambil melepas helmnya.

"Nggak sih, biasa aja." jawabnya. "Lo gabareng Harris lagi, Kai?"

Kaili menggeleng, "Bang Harris balik naik kereta sama Bang Ethan." jawabnya. Sakya manggut-manggut.

As It Was | nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang