Chapter XIX: The Truth Has Revealed

274 34 1
                                    

Sepertinya, kantor polisi kini sudah menjadi tempat yang seringkali mereka singgahi. Kini mereka bertujuh sedang berada di tempat tersebut untuk dimintai keterangan perihal ditangkapnya Malik. Saat ini Malik tengah berada di ruang interogasi yang terpisah dengan mereka.

"Ini beneran Bang Malik?" gumam Adnan. Ia masih meringis kesakitan setelah lehernya tadi masih terluka akibat goresan pisau Malik. Ia tadi sudah sempat diobati dan lukanya sudah diperban.

Ocean yang ada di sebelahnya hanya bisa menggeleng pasrah. Sekarang giliran Harris yang sedang berada di dalam ruang interogasi, sementara yang lain kini tengah duduk bersama di ruang tunggu. Radi tengah berbincang serius dengan Detektif Ravi di depan ruangan.

"Gue gapernah nyangka Bang Malik ternyata punya masalah yang berat kayak gitu. Selama ini gue ngira dia jarang ngomong karna emang pendiem aja orangnya." ujar Sakya.

Selama ini, Malik memang dikenal tidak terlalu banyak bicara. Namun ia tidak pernah mengasingkan diri dari teman-temannya. Ia selalu ikut apabila sedang ada kumpul-kumpul atau diskusi, ia selalu mendengarkan keluh kesah adik-adiknya, meskipun ia memang lebih sering menjadi pendengar.

Malik tidak pernah bercerita apapun perihal kehidupan pribadinya. Baik seputar kehidupan perkuliahan, maupun seputar keluarga. Dalam kasus ini, mungkin Malik akan menjadi orang terakhir yang akan dicurigai mengingat sifatnya yang lembut dan jarang terlibat masalah.

Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya beserta beberapa orang yang nampaknya seperti asistennya masuk ke dalam kantor polisi. Raut wajahnya tampak dipenuhi amarah, dan ia masuk dengan tergesa-gesa. Ia menghampiri Detektif Ravi yang nampaknya juga terkejut dengan kehadirannya.

"Dimana anak saya?!" tanya lelaki itu dengan suara nyaring.

"Bapak tenang dulu, pak." Detektif Ravi berusaha menenangkan lelaki tersebut. "Bapak siapa dan ada kepentingan apa?"

"Saya Bramantyo Kusumo, ayahnya Malik Adrian Kusumo." jawabnya. "Sekarang dimana anak saya?"

Detektif Ravi mengangguk pelan, "Saat ini anak bapak sedang dalam proses pemeriksaan di dalam ruangan, pak. Jadi apabila bapak hendak bertemu, mohon tunggu sampai proses selesai."

Lelaki yang ternyata ayah Malik tersebut nampak gusar. Ia menggeram pelan sebelum akhirnya berjalan keluar diikuti dengan asisten-asistennya.

"Dasar anak gatau diri." gumam nya saat berjalan keluar.

Ocean yang mendengar hal tersebut menatap Adnan dengan tatapan bertanya-tanya. Adnan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

**********

"Saudara Malik Adrian Kusumo, benar?" tanya Detektif Dimas, polisi yang bertugas untuk menginterogasi Malik. Malik hanya mengangguk pelan. Sedari tadi, ia hanya menunduk menatap lantai.

"Mahasiswa semester 9 jurusan Teknik Industri Universitas Ganesha, benar?" Malik lagi-lagi hanya mengangguk.

"Pertama-tama, bisa jelaskan hubungan anda dengan korban Kaili Sumarsono dan Ethan Julian?"

"Mereka teman sekosan saya." jawab Malik singkat.

"Bisa jelaskan bagaimana keseharian korban dengan anda? Apakah kalian seringkali bertengkar?"

Malik menggeleng pelan. Ia merasa matanya kini sudah semakin berat karena airmata sudah menggenang di pelupuk matanya. Dadanya juga semakin terasa sakit.

"Lantas apa yang mendorong anda untuk membunuh kedua korban?"

Kata "membunuh" terdengar terlalu kejam di telinganya. Namun kenyataannya, itulah yang ia lakukan kepada kedua temannya itu.

As It Was | nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang