Dengan susah payah, Ocean menarik tangan Adnan agar ia bangun dari posisinya. Adnan sudah hampir tidak sadarkan diri. Penampilannya tampak berantakan karena sudah hampir 2 hari ia tidak pulang ke kosan.
Ocean membopong tubuh Adnan untuk keluar dari ruangan dengan cahaya remang tersebut. Begitu mereka berdua keluar dari ruangan tersebut, mereka berpapasan lagi dengan pria bertubuh gempal yang tadi sempat bertemu dengan Ocean..
"Bawa pulang dah temen lu. Dia gak biasa make itu, lagi stress doang dia." ujar pria tersebut.
Ocean mengangguk, "Iya, ini mau gue bawa balik, Bang. Duluan ya." pamit Ocean.
Ia membopong Adnan untuk turun ke bawah menuju parkiran. Sesampainya di parkiran, Ocean merogoh kantong celana Adnan untuk mencari kunci mobilnya. Setelah ia menemukannya, Ocean langsung memasukkan Adnan ke dalam kursi penumpang, sementara ia masuk di belakang kemudi.
Ocean tidak langsung menyalakan mobilnya. Ia hanya menatap Adnan yang kini dalam kondisi berantakan. Tubuhnya di penuhi peluh, suhu tubuhnya tinggi namun sedari tadi Adnan menggigil. Ia juga terus menerus mengeluarkan suara-suara aneh seperti orang mengigau.
Ocean mengambil tisu dan mengusap peluh di kening Adnan. Ia mencoba menepuk-nepuk pipi Adnan, berusaha menyadarkannya.
"Nan."
Namun Adnan tidak bergeming. Matanya tetap terpejam namun ia masih mengeluarkan suara-suara tersebut. Ocean bingung harus berbuat apa. Ia tidak mungkin membawa Adnan pulang dalam kondisi seperti ini, namun ia juga tidak bisa membawa nya ke rumah sakit.
"Argh, lo kenapa mesti kayak gini sih, Nan?" geram Ocean. Ia mengacak rambutnya.
Setelah terdiam selama beberapa menit, Ocean akhirnya mulai menyalakan mesin mobil Adnan. Bahkan ia seolah lupa terhadap motornya yang masih terparkir di depan ruko tersebut.
Ia menjalankan mobilnya tak tentu arah. Ia terus berpikir kemana ia harus membawa Adnan. Ia melirik Adnan yang kini sepertinya sudah tertidur pulas, namun nafasnya masih terdengar berat. Ocean pun akhirnya memutuskan untuk membawa Adnan ke sebuah hotel terdekat untuk beristirahat malam itu karena sepertinya kondisi Adnan tidak memungkinkan untuk dibawa pulang
Setelah check in, Ocean langsung membawa Adnan ke kamar yang telah dipesannya. Ia menidurkan Adnan disana, dan membiarkannya beristirahat. Sementara ia keluar untuk membeli obat, makanan, dan juga pakaian ganti untuk Adnan. Ia juga mengambil motornya yang masih terparkir di depan ruko tadi.
"Gue gak pernah nyangka beban di pundak lo ternyata sebesar itu, Nan." gumam Ocean saat ia turun ke lobi untuk pergi keluar.
**********
Ethan berguling kesana kemari. Entah sudah berapa lama ia mencoba untuk tidur, namun rasa kantuknya tak kunjung datang. Pikirannya sedari tadi dipenuhi oleh berbagai macam kemungkinan skenario yang ada.
Obrolan Ocean dengan Adnan beberapa hari yang lalu masih menghantui pikirannya. Ditambah lagi, setelah hampir 3 hari Adnan tidak pulang ke kosan dan menghilang tanpa kabar, Ocean juga kini ikut menghilang tak bisa dihubungi.
Sejak pergi kemarin sore, Ocean seolah ikut hilang ditelan bumi hingga malam ini. Ethan merasa ada yang tidak beres dengan kedua temannya tersebut. Namun ia memikirkan terlalu banyak kemungkinan yang terjadi pada mereka berdua.
"Mereka nyembunyiin apa sih?" gumam Ethan. Ia pun bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi kasur.
Ia merasa Ocean dan Adnan juga menyimpan rahasia besar. Namun ia sendiri tidak bisa memastikan apakah rahasia mereka berdua ada kaitannya dengan kematian Kaili, namun yang jelas, kecurigaan Ethan mulai timbul kepada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
As It Was | nct 127
Fanfictionyou know it's not the same, as it was. "kenapa semuanya jadi begini semenjak kepergiannya?" NCT 127 Thriller/Mystery Fanfiction. Start: 9 Mei 2022 End: 5 Agustus 2022