Malik menjambak rambutnya frustasi. Ternyata, proyek yang dikerjakan oleh Kaili berhasil mendapatkan juara pertama. Ia tahu sebagai teman yang baik ia seharusnya merasa senang, namun sebaliknya. Hatinya justru terasa sangat sakit. Ia merasa bahwa Kaili melompat-lompat diatas penderitaannya. Proyek yang telah ia kerjakan dengan susah payah, keberhasilannya justru dipetik oleh orang lain.
Selepas permainan truth or dare pada acara syukuran kecil-kecilan kemenangan Kaili, Malik memilih untuk kembali ke kamarnya. Ia merasa berkumpul bersama teman-temannya bukan hal yang bisa dilakukan saat ini. Perasaannya terlalu campur aduk. Ia merasakan amarah yang sudah berada di puncak kepala nya akan segera meledak.
Sudah hampir 3 jam lebih ia mencoba memejamkan matanya, namun ia selalu terbangun. Sekujur tubuhnya dipenuhi peluh, padahal pendingin ruangan di kamarnya berfungsi dengan baik. Kecemasan akan bayang-bayang ayahnya menghantuinya sepanjang malam.
Tok tok
Terdengar bunyi ketukan pintu pada kamarnya. Malik langsung duduk di tepi kasurnya, dan berjalan membuka pintunya. Betapa ia terkejut melihat orang yang saat ini paling enggan ditemuinya justru sedang berdiri disana.
"Eh, Bang. Gue ganggu lo tidur ya?"
Malik menggeram dalam hati, "Ngga kok, gue belom bisa tidur dari tadi." jawabnya.
"Eum.. gue boleh ngomong bentar gak, Bang?" tanya Kaili.
Malik menghela napasnya, "Masuk aja."
Kaili pun masuk dan duduk di atas karpet di lantai kamar Malik. Sementara Malik duduk di tepi kasurnya, dan menghadap Kaili.
"Mau ngomong apa?" tanya Malik to the point.
Malik menggigit bibir bawahnya pelan, "Gue mau minta maaf, Bang."
Hati Malik mencelos, "Maaf buat apa?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Gue mau minta maaf karena selama ini gue udah bohongin lo. Mungkin kalo lo belom tau, Pak Yohan, dosbing lo, dia yang ngasih proyek skripsi lo ke gue untuk dilombain, Bang. Jujur gue gatau kenapa bisa gitu karna gue juga baru tau pas 2 minggu sebelum lomba. Gue mau mundur pun udah gak bisa karna sejujurnya, gue juga pengen banget ikut lomba ini, Bang."
Malik tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Kaili tanpa ekspresi.
"Gue jujur juga ganyangka gue bisa menang. Tapi setelah gue menang gue ngerasa kemenangan ini ga seharusnya buat gue, Bang. Gue ngerasa bersalah banget sama lo dan gue mau minta maaf. Gue bakal ngelakuin apapun buat nebus kesalahan gue ini ke lo, Bang."
Tanpa ia sadari, airmata Malik menetes. Dadanya terasa begitu sesak. Selama ini ia sudah mengetahui kebenarannya, tetapi mendengarnya langsung dari mulut Kaili terasa jauh lebih menyakitkan.
"Bang..." menyadari Malik menangis, Kaili bergerak mendekat ke arahnya.
"Lo mau ngelakuin apapun buat nebus kesalahan lo, Kai?" tanya Malik. Kaili mengangguk.
Entah mendapat dorongan darimana, Malik mengambil bantalnya dan langsung menerjang Kaili hingga ia tersungkur ke lantai. Ia membekap wajah Kaili dengan bantal tersebut hingga tubuh Kaili yang berada di bawahnya meronta-ronta.
Malik mengerahkan seluruh tenaganya, sementara Kaili dibawahnya memukul-mukul dan mencakar tangannya sambil berteriak minta tolong.
"Maaf lo gak bakal bikin proyek gue balik, Kai. Ngeliat lo setiap hari bakal bikin gue makin sakit hati." gumam Malik. Airmata masih mengalir deras dari matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As It Was | nct 127
Fanfictionyou know it's not the same, as it was. "kenapa semuanya jadi begini semenjak kepergiannya?" NCT 127 Thriller/Mystery Fanfiction. Start: 9 Mei 2022 End: 5 Agustus 2022