41. selamat malam

7.6K 758 97
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

---

Dia yang katanya akan menjadi pemeran utama di tujuh hari kedepan, kini tengah disibukkan dengan satu hal memusingkan yang harusnya bisa dipermudah jika saja si Na ini mau berhenti untuk terus mempersulit.

"Jangan yang itu, akan kelihatan tidak nyaman, Renjun minta yang sederhana tapi buatlah terlihat elegan, lagi pula kandungannya belum besar, buat jangan sampai gundukkan itu terlihat."

Renjun memutar mata malas mendengar itu, Jaemin yang sejak tadi berdiskusi bersama perancang baju yang dipercayakan oleh Jeno itu, terlihat seperti tengah berdebat tentang harta warisan saja.

"Memangnya kenapa kalau kandunganku terlihat menonjol? Aku tidak keberatan, Na."

Jaemin menoleh dengan wajah masam, "ya, itu memang tidak masalah bagimu, bahkan Jeno, bahkan semua orang. Tapi ayolah, terlihat sempurna di hari yang akan kau lewati sekali seumur hidup apa salahnya?"

"Tapi kau membuatnya pusing." Renjun menunjuk perancang busana itu.

Si Pria yang sejak tadi mencatat semua saran dan keluhan Jaemin hanya tersenyum kecil, "tenang saja, aku menerima semua saran kok."

"Dengar?" Jaemin yang mendapat dukungan langsung, jelas mendongakkan dagu congkak.

Sedangkan Renjun hanya bisa kembali menghela napas.

"Yasudah, tolong ya buat sempurna, temanku ini sulit sekali dibilangi."

"Baik."

Setelah semua perdebatan itu selesai, Jaemin dan Renjun pamit untuk pulang, urusan mengenai busana pernikahan sang pengantin telah selesai didiskusikan.

Keduanya tak langsung kembali ke rumah masing-masing, memilih untuk mampir ke salah satu kafe di dekat sana, memesan dua gelas minuman manis guna meredakan lelah.

"Aku lelah sekali.." keluh Renjun kembali menyenderkan punggungnya di tumpuan kursi.

"Lelah sekali? Mau ke rumah sakit dulu?"

"Na, ayolah, tidak sampai harus seperti itu."

"Tapi kau tanggung jawabku saat ini, katakan jika perlu ke dokter."

"Tidak perlu, sangat berlebihan." Renjun mencibir sembari menyesap pelan minumannya.

Setelah itu, matanya melihat ke sekeliling ruangan kafe itu, ujung bibirnya sedikit terangkat, apalagi kekatika netranya tak sengaja memandang seorang pria muda yang berdiri di belakang meja kasir dengan senyum yang terus mengembang.

Ah.. apa dahulu orang-orang melihatnya seperti itu juga? Jujur, Renjun sedikit rindu dengan pekerjaannya itu.

Tapi mengingat bagaimana siapa Jeno, sangat mustahil Renjun akan merasakan sensasi pegal Karena bekerja lagi.

"Renjun."

Lelaki Huang itu kembali menoleh ke arah temannya, "ya?"

"Apa kau sudah memberitahu Lucas Hyung mengenai kejadian kemarin?"

Renjun mengangguk, "ya, tadi malam."

"Apa responya?"

"Aku diomeli tentu saja, bahkan dia mengancam untuk datang ke rumah Jeno dan memarahiku secara langsung."

Jaemin terkekeh, "responnya berlebihan sekali."

"Seperti tidak tahu si Wong itu bagaimana saja."

Istri dari Mark Lee itu mengangguk setuju, "ngomong-ngomong, apa Haechan akan hadir ke acara pernikahanmu?"

I Will Not Let You Go [NOREN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang