38. Hari Yang Kembali

8.9K 920 107
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

———

"Kenapa! Hyung! Tidak meneleponku?! KENAPA KALIAN SEMUA DIAM SAJA! Tolong, putar waktu untukku.."

Jeritan kembali terdengar, kali sama pilunya dan Taeil harus merelakan dadanya menjadi samsak tinju untuk sang istri.

Lelaki manis yang tengah mengandung itu terisak saat melihat foto orang yang paling dia kenal, terpampang jelas untuk sebuah pemakaman.

Kabar penyerangan Jungwoo yang mengakibatkan lelaki Kim itu masuk ke rumah sakit beberapa waktu lalu, sudah mampu membuat amarah Doyoung naik hingga ubun-ubun karena dirinya mendapat kabar paling akhir.

Dan sekarang?

Doyoung menggeleng, kakinya lemas bukan main, di saat terakhir pun, kenapa harus dia yang mendapat kabar setelah semuanya telah usai?

Tubuh itu merosot perlahan, dipapah dengan dekapan lembut oleh sang dominan, kemeja bagian depan milik Taeil kini sudah lecek tak karuan, menjadi sasaran empuk untuk melampiaskan sesak di dada si manis.

"Taeil Hyung, sesak sekali.. tolong bilang kalau Jungwoo tidak akan merasa sakit lagi.."

Taeil mengangguk seraya mengelus pelan bahu sang istri, "Jungwoo sudah lebih baik Doyoungie, relakan ya.."

Bibir bawah tergigit kuat, pening menghampiri kepalanya secara bertubi.

Jungwoo, selamat karena kembali bertemu dengan cintamu yang kau gadang-gadang paling sempurna itu, cari Jaehyun walau sosok Taeyong berdiri di antara kalian di sana.

Tatapan Jeno melihat dengan kosong figuran berisi senyum si Kim, hatinya mencoba yakin kalau dirinya sudah berusaha sekuat mungkin.

Dia, memilih agar lebih lapang, karena masih ada cintanya yang lebih berharga untuk dia dekap, tidak mungkin terus larut dalam sedih.

Genggaman Jeno pada tangan mungil Renjun mengerat pelan, "sudah selesai, tanggunganku tinggal dirimu dan anak kita," dominan itu menoleh pelan ke arah Renjun.

Si Huang mendongak seraya mengangguk, "iya."

Taeil berusaha mengangkat kembali tubuh sang istri, membawa dengan sedikit sulit untuk menjauh dari area pemakaman.

Napas Jeno terhembus layaknya lega paling serius, jadi.. sudah kan? Sampai di sini.

Kabarnya, Johnny Suh juga tidak bisa diselamatkan, dua peluru yang ternyata menembus hingga jantungnya, berhasil merenggut nyawa Pria itu.

Dendam masa lalu tidak perlu diperpanjang lagi, keegoisan yang menimbulkan luka dan kerugian bagi anak-cucu cukup sampai di mereka.

Si manis yang hidup lama dalam rasa sesak, Jeno rengkuh agar keluar dari gelapnya kehidupan, sakit yang Renjun rasa harus hilang.

"Aku mendapat informasi dari Guanlin, kalau Ayahmu memakamkan Mamamu di Jepang, dan makam Tuan Yuta sendiri berada di sebelah makam Nyonya Winwin."

Renjun menoleh cepat ke arah Jeno, matanya kembali memanas dengan detakan jantung yang terpacu hebat.

Jeno menarik tubuh ringkih itu ke dalam pelukannya, mendekapnya erat seraya mencium pucuk kepala si manis beberapa kali.

"Kita kunjungi nanti ya?"

Renjun memejamkan mata kuat, mengangguk setuju seraya terisak kecil.

Akhirnya, dia tahu di mana dia bisa pulang sejenak untuk melepas rindu kepada kedua orang tuanya.

I Will Not Let You Go [NOREN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang