34. kabar untukmu

9.6K 1K 129
                                    

Vote dan komen jangan lupa!!

Enjoy it~

———

Renjun duduk diam di ruang kerja sang kekasih, dengan tangan saling meremat gelisah.

Sedangkan Jeno, sibuk melihat beberapa berkas di meja kebanggaannya.

Sesekali Renjun melirik ke arah Jeno, menelan salivahnya susah payah karena gugup yang dia pendam seorang diri.

"Jeno."

"Ya." Sahut Jeno tanpa menoleh dari tumpukkan berkas di atas mejanya.

Renjun ingin melanjutkan ucapannya, namun sungguh, sulit sekali.

Gugup, takut dan khawatir menjadi satu saat ini.

Jeno yang tak lagi mendengar suara dari si lelaki Huang, akhirnya mengadah, melihat ke arah Renjun yang kini sibuk memandangi kedua tangannya sendiri.

"Ada sesuatu yang menganggu pikiranmu, Sayang?"

Jantung Renjun mau merosot rasanya, suara lembut Jeno dan panggilan spesial itu, bukannya menenangkan hati Renjun, malah semakin membuatnya cemas.

"Sedikit."

"Sudah kutebak, ke mari."

Jeno meletekkan berkas penting yang dia pegang sejak tadi itu, lalu melepas kaca mata yang juga sempat bertengger di hidung bangirnya.

Dengan ragu, Renjun bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Jeno yang kini menunggu di ujung sana.

"Ada apa? Aku tau ada yang aneh dengan dirimu beberapa hari ini, katakan, jangan pendam sendiri, bagi denganku, aku kekasihmu sekarang."

Renjun menelan salivahnya susah payah.

"Jeno."

"Ya, Renjunku."

"Jika kau mengetahui sesuatu yang mungkin saja tidak pernah terpikir olehmu, apa kau akan tetap menerimanya?"

"Dalam konteks apa?"

Renjun meremat kedua tangannya, lagi.

"Sebuah nyawa."

Alis Jeno berkerut bingung, seratus persen tidak mengerti dengan kalimat yang Renjun ucapkan.

"Langsung ke poinnya saja, ya?"

"Janji kau tidak akan mengucapkan sebuah penolakkan?" Tatapan Renjun mulai memohon.

"Kau membuatku takut."

"Aku sudah takut lebih dulu, Jeno."

"Baik, sekarang katakan."

"Berjanji padaku lebih dulu, jika kau menolak, aku akan pergi saja." Renjun mengulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Jeno.

"Bicara apa kau, hah?! Kau tidak akan pergi ke mana-mana, Huang! Ternyata kau berniat ingin pergi, iya?!"

Jeno kaget? Tentu. Apa-apaan kalimat Renjun barusan?!

"Aku menyuruhmu untuk mengikat janji denganku! Simpan emosimu lebih dulu, Lee!"

"Ren—"

"BALAS ULURAN JARIKU ATAU KUPUKUL KEPALAMU!"

"Baik!" Jeno mengalah dengan wajah kesal bercampur marah, dikaitkannya jari kelingking miliknya dengan kepunyaan Renjun.

Padahal tadi suasana hati Jeno sedang baik-baiknya.

Sekarang semua hancur berantakan.

Renjun menarik napas panjang, semua akan baik-baik saja setelah ini, pasti. Tangan kirinya yang bebas dari kaitan itu, terangkat dan menggenggam tangan kanannya juga tangan Jeno.

I Will Not Let You Go [NOREN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang