23. Karena cemburu

15.7K 1.6K 112
                                    


Vote dan komen epeibadeh~

Enjoy it, kalo ada typo pura² ngerti aja ya~

---

"Kemana saja? Xiaojun mencemaskanmu. Aku juga sih." Kata Hendery saat pelukan itu terlepas.

Renjun menggaruk tenguknya dengan senyum kikuk, tidak mungkin kan meceritakan semua dengan gamblang? Renjun harus mencari alasan lain, dan itu butuh waktu, bukan sekarang. "Maaf Hyung."

Jeno masih berusaha menahan emosi di bangkunya, rasa ingin memukul wajah dominan yang ada di hadapan Renjun sangat besar.

Hendery tersenyum, lalu tangannya mengulur untuk mengusak surai halus milik submisif yang sudah dia anggap adik kandungan sendiri itu dengan gemas.

"Tidak apa kalau belum bisa cerita sekarang, melihatmu baik-baik saja sudah syukur, iyakan Haechan?"

Haechan yang terpanggil langsung mendongak untuk melihat Hendery yang tersenyum menggoda.

"Apa?!" Tanya submisif hamil itu galak.

Hendery terkekeh lalu kembali melihat kearah Renjun, "Renjun kau tahu? Anak ini selalu menangis saat ke kafe, setiap saat kalimatnya hanya, 'mana Renjun, mana Renjun' begitu terus." Ejek Hendery sambil meniru suara Haechan yang terus merengek.

Haechan langsung kesal, lalu meletakkan sendoknya, mendadak tidak nafsu makan.

Lucas yang melihat suasana hati istrinya rusak langsung menendang kaki Hendery hingga sepupunya itu mengaduh sakit.

"Bicara yang baik atau pergi sialan! Echan sedang sulit makan belakangan ini!" Omel Lucas.

Haechan yang merasa dibela langsung melihat Lucas dengan tatapan terharu, padahal biasanya juga Lucas selalu melakukan hal itu, Ibu hamil ini memang sedang lebay-lebaynya saja.

"Luke.."

"Sudah, jangan dengarkan orang sinting itu, makan ya? Nanti kalau babynya kelaparan bagaimana?" Tanya Lucas lembut sambil mengambil sendok Haechan yang dia letakkan tadi.

Submisif itu menurut lalu kembali memakan makanannya. Lucas tersenyum lalu mengelus belakang kepala Haechan karena gemas.

Hendery yang melihat hal itu berdecih.

"Di mana Xiaojun Hyung?"

Hendery kembali fokus pada Renjun. "Dia sedang sakit, jangan khawatir, hanya flu, besok juga sembuh."

"Titipkan salamku untuknya, Hyung."

"Pasti, kalau begitu aku permisi, banyak pelangan hari ini."

"Hyung, tunggu." Renjun menahan lengan Hendery saat dominan itu hendak beranjak dari sana, Jeno yang melihat itu langsung menegakkan tubuhnya.

"Kenapa Huang?"

"Em.. pekerjaanku di sini, bagaimana?"

"Kau tidak perlu lagi bekerja di sini."

Bukan Hendery, tapi Jenolah yang menjawab.

Antensi semua orang yang ada di sana berhasil Jeno renggut, alis Hendery menyatu saat sadar ada orang baru diantara orang-orang yang dia kenal ini.

Cukup, Jeno sudah mulai tidak bisa menahan kekesalannya.

"Maaf?" Tanya Hendery kurang paham dengan maksud Jeno, memangnya siapa Pria ini, seenaknya mengatur.

Renjun menoleh panik, sadar akan situasi submisif itu langsung melepas tangannya dari Hendery, astaga, menyesal rasanya sudah bertanya, harusnya dia biarkan saja Hendery pergi tadi.

I Will Not Let You Go [NOREN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang