2

462 58 0
                                    

Di dalam tenda kecil, aroma daging menyebar di setiap sudut. Satu porsi shabu-shabu disajikan dengan indah dan halus di atas meja pot dengan beberapa arang menyala terang di sebelahnya. Meskipun cuaca di luar berangin, namun di dalam tenda terasa seperti musim semi, hangat dan nyaman.

Di samping meja, dua orang duduk. Salah satunya adalah seorang pria yang telah mendengar lantunan melodi padang pasir dan yang lain adalah pemuda lain dengan senyum jenaka yang selalu bertengger di wajahnya, matanya yang kecil membuatnya semakin terlihat manis.

"Yang mulia, intelijen mengirim pesan. Saya tidak yakin apa itu ada gunanya atau tidak." Pemuda itu tersenyum, sementara tangannya sibuk menuangkan anggur warna kuning dari nektar ke dalam gelas.

Pria ini tak lain adalah Park Chanyeol, Raja dari Phoenix. Ketika Chanyeol melihat abdi kepercayaannya- favoritnya bertanya, dia memberi senyum misterius. Mengambil potongan daging dari panci lantas melahapnya, mengunyahnya perlahan dan panjang sebelum membuka mulutnya.

"Baekhyun, apa kabar yang kau dapat?"

Byun Baekhyun dengan hormat menjawab. "Hambamu ini melihat Oh Sehun secara diam-diam. Dia sangat indah, sulit dipercaya bahwa dia adalah Jenderal yang sama yang telah memenangkan banyak pertempuran." Baekhyun tertawa setelahnya.

Chanyeol tersenyum miring. "Benarkah? Maka kau lebih beruntung dariku. Aku bahkan belum pernah melihatnya sama sekali, hanya mendengar permainan sulingnya saja."

Matanya sempit melebar. "Apa? Dia memainkan sebuah lagu?" Baekhyun bertanya dengan nada penasaran. "Hambamu ini mendengar desar-desus bahwa meskipun dia adalah seorang Jenderal, dia juga mahir dalam sastra dan seni rupa. Itu benar-benar hebat bukan? Bagaimana bisa pria-pria dari Phoenix dipukuli dalam pertempuran oleh tangan lembut seorang cendekiawan seperti itu?" lanjutnya.

Manik sehitam jelaga Chanyeol berkilat, nadanya dingin. "Orang ini sangat hebat di kedua bidang, sipil dan militer. Memang, tiga tahun yang lalu pertempuran terakhir diantara kami. Aku melanggar perintah Abamama dan menyamar menjadi tentara musuh. Aku menyaksikan sendiri rencana strategisnya, namun beberapa hari kemudian, tentara Phoenix telah jatuh. Sayangnya aku tidak berpengalaman saat itu jadi ayah tidak mendengar saranku. Jika tidak, kita tidak akan kalah. Akibatnya, Beliau meninggal dengan banyak penyesalan." Ketika Chanyeol baru saja selesai dengan hidangannya, suara 'krak' terdengar. Cawan di tangannya hancur.

Seketika aroma anggur menyebar. Matanya berapi-api, mendesis giginya bergesekan. "Jika pembalasan ini tidak dilakukan, aku bersumpah untuk tidak menjadi seorang 'laki-laki' lagi.

Baekhyun dengan cekatan mengganti gelasnya, tersenyum dan berkata dengan nada menenangkan. "Yang Mulia, bersabarlah. Kerajaan Phoenix hari ini lebih besar dari tiga tahun lalu. Sampai tentara tiba, apakah Anda tidak percaya jika Anda bisa membalaskan dendam padanya?" lalu ia sekali lagi menuangkan anggur kedalam cangkir sang Kaisar. Ketika melihat amarah pria itu perlahan-lahan mereda, dia akhirnya merasa lega.

.

.

Pasir tertutup embun berkabut saat fajar tiba. Beberapa orang yang sedang menunggang kuda tiba di mana Chanyeol berkemah semalam. Sehun yang memimpin prajurit itu, dia melihat jika tenda sudah tersusun rapi di atas tanah. Akan tetapi tidak ada seorang pun di sana, dan sebuah bendera besar berkibar bertuliskan empat kata.

'Ini adalah tanah kami!'

Sehun menatap kata-kata itu untuk waktu yang lama, tiba-tiba mengekang kudanya dan berbicara dengan dingin.

"Kita terlambat. Park Chanyeol sudah pergi."

Letnan mendekati bendera. "Jenderal, tampaknya mereka telah terburu-buru dan melupakan benderanya."

War Prisoner | CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang