22

382 37 22
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. hari-hari Sehun sebagai budak istana dimulai. Hari ini, ketika surya menginjak senja, Sehun telah selesai melakukan tugas mencuci pakaian. Pinggangnya serasa akan patah, punggungnya sakit dan dia benar-benar merasa lelah.

Sejak kecil Sehun dibesarkan dalam keluarga menteri. Hidup sebagai Tuan Muda dan tidak pernah menyentuh pekerjaan kasar seperti mencuci pakain. Saat usianya menginjak dua puluh tahun, Sehun berhasil lolos ujian pemerintah dan memasuki pemerintahan sebagai pejabat muda. Tidak lama setelahnya, Sehun diangkat menjadi seorang Jenderal. Meskipun selama beberapa tahun Sehun mengalami kesulitan di daerah perbatasan, tetapi keadaannya tetap sangat berbeda. Saat itu yang sulit dihadapi adalah cuaca ekstream, angin berhembus setajam pisau, salju setajam pedang, juga kengerian pertempuran berdarah. Tapi, tidak pernah sekalipun ia melakukan pekerjaan kasar dan tidak pula harus menderita kesengsaraan dan penghinaan seperti ini. Selain itu, hampir semua orang di istana bahkan pelayan, memendam kebencian mendalam terhadapnya karena telah menghianati Raja mereka. Hingga mereka mengambil setiap kesempatan yang ada untuk menyiksanya sebagai bentuk balas dendam.

Beruntung bagi mereka karena Sehun memiliki sikap rendah hati dan pemaaf. Jadi, sekasar dan semenyakitkan apapun tindakan mereka, Sehun masih bisa mentolelirnya. Jika tidak, mereka mungkin hanya tinggal menunggu waktu kematian mereka, mengingat latar belakang Sehun merupakan seorang Jenderal.

Seperti hari-hari sebelumnya, Sehun melakukan pekerjaan sebagai tukang cuci dengan tekun dan tidak banyak bicara. Matahari semakin tergelincir ke peraduan, cahaya merah yang berpendar di kaki langit dengan cepat memudar. Sehun adalah satu-satunya orang yang tersisa di ruang cuci, sisanya telah selesai melaksanakan tugasnya dan pergi untuk makan malam. Melihat bahwa bagian terakhir cuciannya telah selesai, Sehun duduk dan menunggu dalam keheningan. Menunggu seseorang datang dan menggantikan tugasnya. Setelah menunggu untuk waktu yang lama, dua orang gadis pelayan datang ke ruang cuci, dan dengan tawa menghina, mereka berkata "baiklah, kau bisa pergi."

Sehun tahu bahwa mereka sengaja berlama-lama sebelum kembali ke ruang cuci untuk menggantikannya, tapi ia tak ingin mempermasalahkannya. Saat ia tertatih-tatih keluar, tawa gadis-gadis itu mengikutinya. Dengan banyak kesulitan, Sehun akhirnya bisa kembali ke tempat para pelayan makan. Para pelayan yang bertugas mendistribusikan makanan telah pergi, meninggalkan bagian miliknya yakni semangkuk sup daging.

Sehun makan dalam diam, menyendok setiap tetes sup dingin itu ke dalam mulutnya. Mengisi kembali energinya yang terkuras seharian ini. Sebenarnya, meskipun para pelayan memiliki jam makan yang sama- dan Sehun seharusnya makan bersama pelayan lainnya. Makanan untuk pelayan rendah seperti mereka tidaklah mewah, hanya terdiri dari sepotong roti dan sup daging jika beruntung. Hanya saja semua orang di istana kini membencinya, ketika Yang Mulia Raja tidak pernah menanyakan keadaan Sehun di sana, mereka mengambil kesempatan untuk menganiaya Sehun. Bukan hanya mengejek dan menghina Sehun setiap ada kesempatan, pekerjaan yang diberikan padanya pun dua kali lipat lebih banyak dari pada pelayan lain. Bahkan beruntung sekali jika mereka masih menyisakan semangkuk sup untuknya. Namun, bagaimana bisa Chanyeol tahu tentang hal ini sekarang?

Sehun baru menyelesaikan acara makannya saat bulan menggantung indah di langit. Tubuhnya terasa begitu lelah dan sakit, seolah-olah tubuhnya telah terpisah dari dirinya. Entah mengapa rasanya tubuhnya seakan bukan miliknya lagi. Menyeret kakinya dengan susah payah, dia berhasil naik ke tempat tidur. Saat akan merebahkan tubuhnya, terdengar suara langkah kaki. Sehun mendesah panjang, ia tahu suara langkah kaki milik siapa itu. 'kenapa kau repot-repot untuk datang?' pikirnya lelah.

Sehun segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, memejamkan mata dan berusaha tidur. Sebuah suara yang begitu akrab dan ia rindukan memasuki indra pendengarannya.

"ah, kau menjadi lebih tirus."

Kalimat itu dikatakan dengan suara lembut dibarengi sentuhan pada sisi wajahnya. Meskipun Sehun tahu bahwa ia tidak bisa mengatakan jika hatinya sekeras besi, namun ia juga tidak pernah merasa dirinya yang malankolis atau terlalu emosional. Tapi sangat mengejutkan, hanya mendengar Chanyeol berkata demikian, hampir membawanya ke titik di mana ia ingin menangis tak terkendali. Sehun memaksa kedua matanya tertutut rapat untuk menahan air matanya. Tapi karena itu, sentuhan akrab di wajahnya melambat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

War Prisoner | CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang