19

283 34 20
                                    

Wu Yifan memacu kudanya dengan kecepatan sedang melewati jalan ibu kota yang ramai. Beberapa warga terlihat membungkuk ketika melihat Yifan lewat, yang ditanggapi dengan anggukan singkat.

Tapi belum setengah mil ia pergi meninggalkan gerbang istana, gemuruh derap kaki kuda menyusul di belakangnya. Ketika dia berbalik, Wang Seja Park Minhyung dan pengawal pribadinya Jeno tengah mengikutinya. Yifan segera menghentikan laju kudanya lalu melompat turun dan berlutut.

"hormat pada Putra Mahkota. Maaf jika hamba lancang bertanya. Hal penting apa yang terjadi hingga anda secara pribadi ada di sini?"

Kuda yang dinaiki Minhyung berhenti tepat dihadapan Yifan. Bocah itu mendengus. "hatiku gelisah mengetahui ibu Ratuku pergi. Dan aku ingin ikut denganmu untuk mengejarnya. Jenderal Yifan, segera naik ke kudamu. Jangan membuang waktu untuk hal yang tak berguna, kita harus menemukan ibu Ratu sesegera mungkin." Ujarnya dingin dengan beberapa penekanan kata.

Dibalik wajahnya yang tertunduk, Yifan berdecak kesal. 'sial! Jika bocah nakal ini ikut, maka sudah pasti rencanaku akan gagal.' Pikirnya geram

"tapi Yang Mulia, anda tidak perlu melakukan itu. Tidak semestinya seorang Pangeran seperti anda ikut mencari Oh Sehun. Dia subyek yang berbahaya." Yifan mencoba mengajukan keberatan. Ia sengaja mengatakan Sehun sebagai orang yang berbahaya, sedikit berharap bocah itu akan mengerti dan kembali ke istana.

Manik bundar Minhyung menyipit tidak suka. "hentikan omong kosongmu!" hardiknya. "ayahku bahkan belum menggulingkan Ratu, tapi kau sudah berani mengatainya sebagai subyek berbahaya? Kau bersalah atas kejahatan untuk tidak menghormati keluarga Kerajaan. Apa kau tidak takut akan konsekuensinya? Jangan halangi aku, jika tidak...maka aku tidak segan membuat laporan atas tindakanmu pada Raja. Percayalah, aku bisa membuatmu mendapatkan hukuman yang lebih buruk dari kematian." Minhyung tertawa sinis, kemudian memacu kudanya melewati Yifan yang masih setia berlutut.

Tentu saja Yifan sangat tahu betapa liciknya Pangeran kecil itu. Melawannya hanya akan membawa petaka baginya, jadi untuk saat ini Yifan hanya akan diam dan mengikuti kemauan bocah licik itu. Namun, bukan berarti dia akan diam saja. Yifan masih memiliki rencana lain, sebuah rencana yang bila berjalan dengan mulus, maka saat dimana Park Chanyeol menuntut Oh Sehun dengan hukuman mati akan terjadi.

.

.

Sehun tidak tahu berapa lama ia pingsan, karena saat ia membuka mata, hal pertama yang ditangkap retinanya adalah sebuah tempat asing dan banyak orang asing yang mengelilinginya. Dia tidak tahu siapa mereka, karena mereka mengenakan pakaian berbeda.

Ketika orang-orang itu mengetahui Sehun telah sadar, mereka menatap Sehun dengan tatapan mencemooh. Salah satu dari mereka melangkah maju. "Yang Mulia Permaisuri, saya diperintahkan oleh Jenderal Yifan untuk membuat permintaan kepada anda atas namanya. Dia meminta agar Yang Mulia Permaisuri bekerja sama dengan kami. dia mengatakan bahwa demi kehidupan rekan-rekan anda, Yang Mulia Permaisuri pasti akan bersedia untuk memenuhi permintaan itu." Ucapnya dingin. Pria asing itu dengan sengaja mengucapkan kata 'Yang Mulia Permaisuri' dengan nada mengejek.

Sehun menghela napas lelah. Akhirnya saat dimana Wu Yifan dan Doh Kyungsoo menjalankan rencana untuk membunuhnya telah tiba. Mungkinkan ini adalah takdir hidupnya? Karena menjadi Permaisuri Phoenix, dia akhirnya mendapat teguran dari kaum terpelajar yang setia kepada Moonlight. Memaksanya untuk mengatakan bahwa ia berhianat pada Chanyeol. Orang-orang Moonlight yang berpihak pada pemerintahan Chanyeol jauh lebih banyak, tidak diragukan lagi mereka akan menghinanya karena telah menghianati sang Raja.

Apakah seperti ini takdirnya? Menjadi obyek cemoohan dan ejekan dari orang-orang yang dulu mati-matian ia lindungi?

Lelah berpikir dan meratapi nasib yang seakan tidak pernah memihaknya. Sehun balas menatap pria asing dihadapannya dengan tatapan datar. "aku sudah tahu jenis peran apa yang harus aku mainkan. Aku hanya seorang diri. Hidupku tidak layak, bahkan untuk negaraku sendiri. Tidak apa-apa jika aku terluka. Yakinlah aku akan duduk dengan tenang dan menunggu hingga Jenderal Yifan datang membunuhku."

War Prisoner | CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang