10

409 58 3
                                    

Sehun sedang dalam mood yang buruk, setelah mendengar kata-kata Chanyeol, moodnya bertambah buruk.

"Dari sudut mana kau melihat jika kami ini akrab? Terimakasih padamu, kami berdua menjadi musuh sekarang. Memangnya jika kami tidak rukun, itu masalah untukmu?"

Chanyeol terkekeh, tapi tidak menjawab pertanyaan Sehun. Ia menduga bahwa kekasih-nya yang terlalu polos pasti telah kalah dalam adu argumen dengan Minhyung yang licik. Chanyeol menepuk puncak kepala anaknya.

Minhyung hanya memutar matanya malas. "Abamama, aku masih mempertimbangkan apakah aku akan menyukainya atau tidak." Minhyung terkekeh kecil. "He he, kau benar. Pria yang lebih suka mati daripada menyerah ini, kini memperdulikan Phoenix."

Setelah mengatakan itu, Minhyung melanjutkan memberitahu Ayahnya semua yang baru saja terjadi. Meskipun itu akan membuat Sehun marah, dan pria itu benar-benar bingung. Ia tetap duduk tenang di tempat duduknya, tidak tahu apakah ia harus menjelaskan atau tidak.

Setelah Minhyung selesai makan, dia menatap Sehun dengan senyum gembira. "Ayahku baru saja membuat pengumuman yang menggemparkan penjuru negeri, di luar mungkin masih terasa tegang. Kau harus merawat dirinya. Aku selalu menjadi orang yang bijaksana, aku tidak akan berlama-lama disini dan akan segera pergi." (Maksud Minhyung di sini, dia ga mau gangguin romantisme chanhun).

Beralih pada Chanyeol. "Ayah, aku tahu keputusan ini masuk akal. Ketika saat tiba memindahkan ibukota, kau harus ingat untuk membawa semua hal yang telah kutentukan di dalam daftarku." Setelah itu, Minhyung berjalan angkuh keluar ruangan.

.

.

Chanyeol tak bisa menahan tawanya, tapi Sehun hanya memandangnya dingin. "Ayah dan anak sama saja. Anakmu tumbuh sama menjengkelkannya dengan dirimu."

Chanyeol menjawab dengan senyum. "Kau marah karena tidak bisa menang melawan kata-katanya kan? Apakah kau tidak meliihat bahwa Minhyung itu sangat cerdas dan lucu? Sejak kelahirannya dia telah mengalami banyak kesulitan, dia bahkan sudah kehilangan ibunya. Tapi dia tidak pernah membuatku merasa khawatir, ketika dia naik tahta di masa depan Minhyung pasti akan menjadi pemimpin yang luar biasa."

Sehun tidak menjawab, tapi dalam hati ia membenarkan apa yang Chanyeol katakan. Meskipun mereka adalah musuh, sehun tetap saja tersentuh dengan kekompakan hubungan ayah dan anak itu. Sangat luar biasa mengingat mereka begitu royal satu sama lain.

Renungan Sehun buyar ketika Chanyeol mendekatinya. Memerintahkan pelayan untuk menghidangkan makanan lain, dia melingkarkan lengannya pada tubuh Sehun. Memeluk pria itu dari belakang.

"Tanggal keberuntunganmu telah diputuskan. Tidak lama lagi, kau akan kembali ke tanah airmu. Jika kau berperilaku baik, aku akan membiarkanmu bertemu dengan teman-teman lamamu. Apakah kau bahagia, Sehun-a?"

"Hm...aku pikir aku akan lebih bahagia jika kau membiarkan aku bertemu mereka meskipun aku tidak berbuat baik." Sehun menghela napas dan memandang keluar jendela, menatap kosong untuk sementara waktu.

"Gunung dan sungai akhirnya hancur berkeping-keping dan dibawa oleh angin. Chanyeol-nim, bahkan jika kau mengizinkanku bertemu teman-teman lamaku, apa yang akan berubah? Moonlight bukan lagi Moonlight. Bahkan jika kami bertemu, keadaan dan orang-orang telah berubah. Mengingat itu hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan."

Chanyeol tidak membalas, hanya memeluk Sehun semakin erat. Chanyeol terus berpikir, apakah ia harus lebih menekan Sehun saat tiba di mantan wilayah Moonlight. Chanyeol merasa, ia telah bersikap tidak adil pada Sehun. Lebih dari sebelumnya, yang telah ditutupi oleh bekas luka dari banyak kesengsaraan.

War Prisoner | CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang