Cuaca hari ini begitu sejuk, setelah dipaksa untuk pergi berjemur oleh Chanyeol. Sehun memilih duduk di kursi halaman. Karena alasan geografis, kerajaan Phoenix memiliki sedikit jalan yang ditumbuhi bunga-bunga yang cerah, hanya pepohonan hijau yang menjulang ke langit dengan semak belukar. Dalam keanggunan dan keindahan, halaman ini tidak bisa dibandingkan dengan milik kerajaan Moonlight.
Sehun merasa sedikit emosional, mendesah keras dia berpikir. 'Meskipun pohon ini tidak memiliki bunga yang berwarna cerah, tapi daun-daunnya subur dan sehat. begitu indah, tapi tidak bisa dibandingkan dengan yang ada di selatan.'
Sama seperti dirinya yang tenggelam dalam pikirannya, dia mendengar suara yang begitu dingin. Diwarnai nada sarkasme, seperti membacakan sebuah pusisi.
"Gadis-gadis cantik berusaha begitu keras, sayangnya, bahkan dengan dandanan mereka yang indah, mereka hanya dapat menikmati musim semi secara diam-diam. Tidak memiliki satu kesempatan pun untuk berkomunikasi dengan Yang Mulia. Sepanajang hidup kesulitan besar adalah kematian. Jenderal Oh, bukan hanya anda yang berduka di dunia ini."
Sehun sangat kaget, menoleh ke arah suara itu, dia melihat seorang laki-laki dengan rambut dipangkah habis duduk di salah satu bangku taman. Matanya tidak menatap Sehun, melainkan menatap langit cerah di atas sana.
"Jenderal Oh, apa kau pikir modifikasi puisi itu terdengar bagus?" ujar pemuda dengan rambut cepak itu acuh seraya mengalihkan pandangannya pada Sehun.
Sehun adalah ahli di bidang seni dan militer. Tentu saja dia mengerti bahwa pemuda itu meminjam prosa kuno tersebut untuk mengejeknya. Menyiratkan bahwa dia adalah pria serakah dalam hidup, dan takut mati.
Sehun menghela napas berat. "Tuan, kau telah menemani Jenderal Yifan pada ekspedisi militer, bersama-sama kalian telah melakukan pengabdian yang besar untuk Phoenix dan menghancurkan kerajaan Moonlight. Negaramu dan orang-orangnya kini berkuasa, selain itu Tuan juga telah mendapatkan penghargaan yang besar karena pengabdianmu. Perasaan Oh Sehun sekarang adalah pada orang-orang yang dilumpuhkan, di mana kematian lebih baik daripada melanjutkan hidup. Bagaimana mungkin kau bisa mengerti itu?"
Perlahan Kyungsoo memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak. Dengan wajah datar, dia berkata. "Saya sudah lama mendengar cerita mengenai bakat Jenderal Oh. reputasi anda begitu sempurna. Seharusnya saya tahu hal ini akan terjadi, setelah semua ini bagaimana bisa orang biasa seperti anda menarik perhatian Raja kami? Terutama anda yang seorang pria?"
Wajah sehun menjadi lebih muram, ia melangkahkan kakinya dan duduk di sebelah Kyungsoo.
"Tuan, jangan ragu-ragu dalam mengejek saya, Rajamu tidak peduli dengan reputasinya. Saya juga menyadari jika perilakunya begitu tidak bermoral."
Kata-kata yang diucapkan Jenderal Oh membuat ekspresi Kyungsoo menjadi dingin. "Hamba, Doh Kyungsoo tidak akan pernah berani mengomentari urusan Yang Mulia. Tapi jika Jenderal Oh tidak bersedia menerima Yang mulia, saya mendukung anda. Ada solusi yang lebih baik daripada merutuki diri sendiridi dan tenggelam dalam kesedihan. Kecuali jika Jenderal Oh memilih peran sebaliknya."
Sebelum Kyungsoo selesai, ia melihat bahwa ekspresi Sehun mulai berubah. Kyungsoo bergegas untuk menenangkan pria itu.
"Jika pemuda yang rendah ahti ini telah sengaja menyebabkan Jenderal Oh tersinggung, mungkin saya bisa mengajarkan metode memprovokasi Yang Mulia agar tidak lagi tertarik pada anda untuk menebus kesalahan saya."
Dengan kata-kata itu. Kyungsoo memonopoli perhatian Sehun. Menderita siang dan malam, merasa bahwa posisinya yang kurang beruntung, dia juga tidak memiliki sarana untuk mendapat bantuan. Jika Chanyeol bersikeras mengambil kesenangan dengan Sehun, dia bisa melihat bahwa tak ada cara lain selain kematian. Tetapi, meskipun Sehun tidak takut mati, dia tidak bisa menggunakan cara itu, takut Chanyeol akan murka kepada para prajurit-prajurit dan rakyat dari Moonlight.
KAMU SEDANG MEMBACA
War Prisoner | CH
Fanfiction"Sehun-a, jika aku dapat memilikimu, aku tidak akan pernah menginginkan apapun lagi dalam hidupku." . . "Kau berjanji untuk apa? Katakan dengan jelas, aku ingin mendengarnya." Seolah-olah semua kekuatannya telah hilang. Sehun jatuh ke tanah. Menat...