Mine

1.8K 266 5
                                    

(Sakura)

"Aku lebih suka jika kau berhenti memandangiku, Sasuke," kataku setengah berbisik. "Panggungnya ada di depan, kalau-kalau kau lupa.

Dia tak memberikan reaksi apapun selain satu dengusan acuh. Aku heran kemana semua emosi manusiawi yang seharusnya dimiliki olehnya seperti saat sedang berada di rumah. Pesta ini untuknya. Sesuatu yang dipersiapkan para pemegang saham dan para kolega serta karyawan-karyawannya secara khusus dan penuh kejutan atas kesuksesannya menjalin kerjasama besar dengan satu perusahaan penting di pulau Jeju, Korea Selatan.

Aku tahu ia tak terlalu suka keramaian. Tapi ayolah, apa salahnya sedikit bersenang-senang sekali-kali. Dia terlalu banyak bekerja. Dan hampir sekelas para antisosial akut. Teman yang ia miliki hanya Shimura Sai, seorang dengan kepribadian aneh dan nyaris seperti bermuka dua.

"Kubilang berhentilah memandangiku seperti itu!" Aku berbicara seraya menyodorkan segelas wine ke dekat bibirnya. Mencoba mengalihkan segala perhatian meresahkan yang ia berikan. Aku menyadari–demi Tuhan–penampilanku hari ini memang sedikit berbeda dari biasanya. Gaun biru tua dengan bahan sutra halus membungkus tubuhku sampai ke mata kaki, tanpa lengan dan terlalu berlekuk di beberapa tempat.

Sebenarnya aku suka gaun ini, hanya jika bukan aku yang mengenakannya.

Sandal bertali dengan hak sepuluh sentimeter yang menjadi alas kakiku juga sama sekali tak membantu rasa percaya diriku yang berada nyaris di bawah rata-rata.

"Seperti apa?" Ia bertanya kalem. "Seperti aku akan membaringkanmu ke atas meja ini dan men ... ,"

"Jangan mulai, Sasuke." Bahkan dengan nada geram aku tahu bahwa wajahku memanas. Sasuke mulai tak kenal tempat ketika mengeluarkan kalimat-kalimat menyudutkannya.

"Kau cantik sekali." Perkataannya membuat wajahku kian memanas. Anehnya ia terdengar sedikit keberatan dengan hal tersebut.

Memangnya apa salahku?

"Dengar Sasuke, kalau kau mau memulai perdebatan disini ... ," Aku memandang ke depan. Kurasa MC acara berpipi gembul yang memperkenalkan diri sebagai Choji di depan sana akan memanggil pria tak kenal tempat ini. Bukankah pesta ini untuknya?

"...urungkan niatmu sekarang juga," sambungku memperingatkan.

Ia terlihat bingung. Satu kedut di dahi membuktikan hal tersebut. "Aku juga sedang tak ingin berdebat," katanya. "Aku bilang kau cantik sekali."

"Ya maksudku, berhentilah berbohong." Ia meneguk wine yang tadi kusodorkan sampai habis. Matanya tak sekejap pun meninggalkan wajahku. Untungnya kami hanya duduk berdua di meja bundar mewah ini. Kalau tidak, aku tak tahu apa yang akan orang-orang katakan saat mendengar debat aneh ini.

"Berbohong tentang apa?"

"Yah." Aku mendesah sekali. "Mengatakan bahwa aku cantik." Suaraku pelan sekali. Hampir seperti gumaman tidak jelas. Tapi dapat kulihat ia mendengarnya. Sekarang bibirnya yang berkedut. "Dasar aneh."

"Nah itu lebih masuk akal."

"Kau lebih suka aku mengatakan bahwa kau aneh dibanding cantik?" Ia melingkarkan lengannya di pinggangku, membuat tubuhku condong ke samping ke arahnya. "Sayangnya aku lebih suka mengatakan bahwa kau cantik," bisiknya di dekat pipiku. "Kau cantik sekali Sakura. Cantik hingga membuatku kesal." Aku tak bisa menghindar ketika ia mengecup pipiku sekilas lalu berdiri dan berjalan ke arah panggung setelah menggumamkan "Aku akan segera kembali."

Aku tak menyadari keadaan sekitar dalam menit-menit ketika ia berdekatan denganku. Bahkan saat si Choji itu memanggil namanya menggunakan mikrofon yang bergema di seluruh ruangan.

Just Married (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang