Part 3

655 123 5
                                    

Daun-daun yang semula berwarna hijau mulai menguning, tekstur daun itu mengering, tiupan angin membuatnya mulai berguguran. Musim gugur, musim yang paling Sooyoung sukai. Dimana fashion-fashion item dengan warna netral dan juga warna gelap akan menjadi trend. Dan... Menurutnya Taehyung paling tampan saat mengenakan warna-warna seperti ini.

"Tidak bisakah kau menunda kepergianmu?", lamunan Sooyoung buyar begitu saja begitu menyadari gadis dengan mata kucing itu datang dan menatapnya dengan ekspresi sebal.

"Kenapa harus pindah kesana segala sih?", yang satu lagi datang dengan membawakan kimbab untuk keduanya lalu gadis yang baru muncul itu mengikat rambut sebahunya yang mulai panjang itu menjadi ekor kuda.

"Terima kasih Wen", ujar Sooyoung dan Jennie bersamaan. Wendy malah memutar matanya dan menatap Sooyoung kesal.

"Kau belum menjawab. Kenapa harus pindah ke London? Jika kau rindu padanya kau cukup liburan dan mengunjunginya saja kan?", tanya Wendy lagi. Jennie mengangguk setuju dengan mulut penuhnya yang kini tengah mengunyah sandwich buatan Wendy.

"3 bulan ini sudah cukup menyiksaku. Aku terbiasa dengan adanya Taehyung sejak aku kecil. Dan dia sahabatku",

"Lalu kami bukan sahabatmu?", balas Jennie dengan nada kecewanya.

"Bukan begitu...", lirih Sooyoung. Hatinya menjadi gundah dan serba salah.

"Kau menyukainya kan?", sergah Wendy.

"Tidak! Hanya saja di...", ucapannya terpotong oleh kehadiran seorang senior cantik bergigi kelinci itu.

"Park Sooyoung! Aku sudah mendapatkan alamatnya!", Nayeon berujar dengan ceria dan memberikan secarik kertas pada Sooyoung. Sebenarnya Sooyoung bisa dengan mudah mendapatkan ini dari ibu Taehyung langsung. Tapi ia tidak mau pemuda itu tahu akan kedatangannya. Taehyung saja pergi tanpa berpamitankan? Dan menurut gadis itu jelas karna pemuda itu sudah muak dengannya.

"Sunbae... Terima kasih banyak", ujar Sooyoung dengan ekspresi terharu yang dibuat-buat. Jennie membuat gelagat seolah-olah ingin muntah saat ini juga.

"Ekspresi seperti itu benar-benar tidak cocok dimukamu, Sooyoung", ujar Wendy blak-blakan mengundang tawa dari Nayeon ataupun Jennie, dan tatapan tajam dari Sooyoung.

......................................................................

Kamar bernuansa Lilac milik Sooyoung terlihat ramai saat ini, apakah kata ramai berlebihan untuk kamar super luas yang kini diisi dengan tiga manusia? Jika biasanya ia akan sendirian di kamar maka kini ayah dan ibunya turut berada disana.

"Apa? Appa serius?!", mata lentik milik Sooyoung berbinar begitu indah dengan senyuman merekah penuh pesona khas seorang Park Sooyoung. Ayahnya mengangguk lalu melebarkan kedua lengannya menanti putrinya untuk segera menghambur memeluknya.

"Ayahmu ini terlalu mengkhawatirkanmu. Jadi ia tidak tega jika kau sendirian disana", jelas sang ibu sembari mengecheck ulang bawaan putrinya. Sooyoung melepas pelukan manjanya pada tubuh ayahnya dan mulai melompat-lompat layaknya anak kecil.

"Aku menjadi lebih lega, jika mereka menemaniku. Terima kasih banyak! Hidupku di London pasti akan menyenangkan",

"Kau yakin tidak ingin memberitahu Taehyung soal ini? Mungkin ia akan menjemputmu sesampai disana", ujar sang ayah. Sooyoung menggeleng dengan cepat dan tersenyum pelan.

"Aku ingin memberikannya kejutan",

......................................................................

Ketiga gadis itu terduduk santai di dalam Limousin. Mobil itu bergerak mengantar ketiganya menuju rumah yang akan mereka tempati selama melanjutkan studi mereka di London.

"Rumah kita persis berada di seberang rumah milik Taehyung!",

"Apa?!", pekik Sooyoung kaget. Jennie mengendikkan bahunya dan beralih menatap ke arah Wendy yang sibuk mengecheck maps.

"Ayahmu benar-benar pengertian Soo! Daebak", puji Jennie. Wendy, gadis sederhana ini sebenarnya hanya melaksanakan balas budi atas pertolongan keluarga Park pada keadaan adiknya.

"Kau akan lebih mudah menemuinya bukan?", tanya Wendy turut senang. Sooyoung menghela nafas gadis ini mencoba menetralkan debaran jantungnya. Ia ingin bertemu dengan Taehyung. Tapi entahlah. Gadis ini rasa ia belum siap, apalagi setelah tiga bulan tidak bertemu, tiga bulan adalah jangka waktu paling lama bagi keduanya untuk tidak bertatap muka.

"Nayeon Sunbae memberikan nomor barunya?", tanya Jennie penasaran. Joy kembali mengangguk.

"Coba hubungi dia",

"Tidak perlu. Kampusku dan kampusnya satu gedung dan hanya akan beda lantai. Jadi... Aku akan menemuinya di kampus",

"Hey! Itu masih Minggu depan", tukas Wendy.

"Tidak masalah. Aku akan menantikan hari itu", Jennie menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Cinta benar-benar sanggup membunuh karakter seseorang", komentar Jennie.

"Apa maksudmu? Aku tidak mencintai Taehyung",

"Tidak ada yang bilang kau mencintainya. Tapi sepertinya kau memang mencintainya. Ingat Soo semakin kau tidak mengakui suatu hal. Itu justru membuatmu semakin menunjukan perasaanmu", jawab Wendy dengan nada meledeknya.

"Yya! Son Wendy! Sepertinya kau sudah lupa daratan! Semenjak aku baik padamu kau jadi berani",

"Oops! Aku takut", ledek Wendy namun beberapa detik kemudian ketiganya terbahak.

......................................................................

"Joy Park", nama Inggris milik Sooyoung, dan namanya menjadi topik utama dalam jurusan perkuliahannya. Gadis ini muncul dengan tampilan yang terlihat sederhana namun jika diteliti setiap item yang ia pakai memiliki harga fantastis. Wajahnya menarik perhatian dan jangan lupakan lekuk tubuhnya yang...

'Asian hottie rich', baru hari pertama kehadirannya dalam gedung itu tapi julukan itu mulai melekat pada dirinya. Sejujurnya awalnya kata crazy tersemat dalam julukannya. Hanya saja para pemuda-pemuda disana tak cukup tega untuk mengatai Joy gila.

Masa bodoh. Joy tak terlalu mempedulikan hal itu. Kaki jenjangnya terus melangkah menuju escalator kampus tersebut.

"Where you going?", tanya seorang pemuda dengan wajah barat yang mencolok dengan ramah padanya.

"Medical departmen", jawab Joy. Gadis ini mencoba untuk bersikap ramah.

"Aku Vernon", Joy membulatkan matanya lalu tersenyum lebih lebar.

"Bahasa Korea? Kau mempelajari ini?", tanya Joy. Vernon mengangguk sebagai jawaban.

"Ibuku memaksaku untuk mempelajari bahasanya", jawaban itu cukup untuk membuat Joy ber oh ria. Gadis ini menjadi sedikit bersyukur karna kedepannya Vernon yang satu jurusan dengannya yakni jurusan Fashion itu akan banyak membantunya.

"Kau ingin mencari siapa disana?",

"Senior",

"Namanya?",

"Victory Kim", Vernon mengangkat sebelah alisnya lalu menatap Joy singkat dan terkekeh pelan.

"Well... Kau baru sehari disini tapi kau sudah tahu mana yang kualitasnya ok hmm?", Vernon berucap layaknya sebuah layangan candaan sesungguhnya. Joy memiringkan kepalanya menatap Vernon seperti mencoba berfikir.

'Apa ada banyak Victory Kim di kampus ini? Kualitasnya ok?',

"Pas sekali, Joy! Yang kau cari sedang berdiri disana",

TBC

.............................................................

Jangan lupa tinggalkan jejak ya! Vote n komen dan juga follow akun author. Percayalah akan ada banyak karya untuk kedepannya. Tanggal 5 double up lagi

AMBITIOUS ( VJOY ) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang