|0813-2223-3222|
Tadi sy ketemu kakakmu
Gatau gimana, tapi Ibuk sy sm Mas Jez segereja
Sebenernya apa maksudmu soal takdir itu?
Kamu... bukan dukun, kan??
🍂
"Hah???"
Kal dan Reda seolah hendak terbang dari sofa apartemen Jez saking terkejutnya, sementara si tuan rumah santai mengepul asap dari linting tembakau seusai ia cerita soal mimpi indahnya bertemu denganku malam itu, maksud tuturanku yang taksa, juga pertemuannya dengan Dia beserta ibunya di gereja.
Kal tertegun sebab cerita mimpi itu seolah menjadi nyata, betulan ada relevansi. Sedang Reda terlonjak sebab Dia tidak salah soal dirinya yang sudah seperti dukun, karena mereka betulan ada temu lagi.
"Tapi, bentar deh, Da. Kok kamu tahu aku sama ibunya segereja? Kok kamu tahu juga kalau namanya Dia?" Giliran Jez menginterogasi. Sebab tadi, saat datang, Reda tahu-tahu menodong Jez dengan seperangkat tanya soal Dia dan ibunya, yang secara langsung mengaktivasi bakat terpendam Jez sebagai detektif ala Upin-Ipin.
Reda yang entah sudah keberapa kali mengacak surai, berujung menghela napas panjang sebelum lalu mengaku.
Kilas balik.
"Maaf lagi, tapi, saya rasa, kakak saya itu berkelindan takdir dengan kamu."
Dia yang heran kemudian bungkam, tertegun sekaligus bingung. "Maksudnya?"
Reda diam sebentar, entah menyusun kata entah ragu harus memberi tahu. Ia paham kalau konversasi ini tidak bisa dijangkau dengan mudah oleh nalar siapa pun.
Maka ia putuskan untuk menyimpan informasi tentangku sementara waktu. Menurutnya, ia perlu lebih banyak temu untuk bicara. Bagaimana pun, Reda dan Dia baru saling menyebut nama sekitar lima menit bersilam. Kalau tahu-tahu Reda meracau---soal aku dan mimpi Jez yang aneh itu, jatuhnya jelas akan terdengar seram.
"Ini," sebagai ganti, Reda lalu memberi Dia sebuah kartu nama, "Kalau kamu nggak keberatan, tolong hubungi saya, semisal kamu ketemu sama kakak saya lagi. Oke?"
Dan begitulah singkat cerita, hingga Dia betulan menghubungi Reda lewat nomor yang tertera di atas kartu nama. Begitulah hingga pada sekon ini, Jez mengacak surai merah cerinya yang sudah bebas terurai ke mana-mana.
"Kalau begini, sama aja kamu yang menaut takdir, Da."
Tajam, tapi benar.
Reda hanya menunduk, menghela napas berulang kali. "Ya aku bisa apa, Mas? Aku takut, kalau kamu mau tahu."
Jez diam. Ia pun lebih dari paham.
"Kayaknya, memang ini maunya Tuhan, Jez." Giliran Kaldera bersabda.
Namun, agaknya langsung ditampik oleh Reda, "Maunya Tuhan gimana maksudmu?"
"Ya maunya Tuhan, maunya semesta, buat mereka ketemu. Termasuk, maunya Tuhan juga kalau memang takdir Gwen jadi milik Jez."
Si lakon utama masih diam, diam-diam tersenyum selagi Kal dan Reda menaruh pandang. Jez sepakat, dalam dirinya sama sekali tiada penolakan. Kalau memang itu maunya Tuhan, dia pun akan senang.
Namun, hati Reda berbeda.
"Terus, kita harus gimana?"
🍂
"Ya nggak gimana-gimana tha, Nduk," Ibu menyahut dari dalam kamar mandi, sedang cuci kaki. Ini salah satu kebiasaan beliau setelah pulang ke rumah dari pergi.
Sementara Dia yang hatinya terombang-ambing seperti Reda, hanya duduk di samping meja yang menyimpan kerupuk sambil mengerucut mulut, usai Dia rampung bercerita soal perkenalan aneh bersama seorang lelaki tampan di warung Mbok Darmi tadi pagi.
Dia juga kesal, karena dalam pesannya, Reda hanya membalas: Terima kasih, informasimu sangat membantu.
Membantu bagaimana maksudnya, Mas Sered? Bahwa Anda memang seorang dukun yang jatuh dari langit kesepuluh? Kurang lebih begitu yang dipikirkan oleh Dia.
"Tur ya malah apik tha, nek kerep ketemu (lagian ya malah bagus, kan, kalau sering ketemu)?" Ibu menambah lagi sambil mengeringkan telapak kaki pada keset bertulis Welcome. "Mana Jez anaknya ganteng gitu," beliau lanjut kesengsem.
Demi Tuhan.
Dan wajah Dia pun spontan memanas saat ingat bagaimana cara laki-laki merah ceri tadi tertawa.
Ehm.
"Tapi, kayaknya, pertemuan kami ini bakal membawa sial, Bu."
"Huss!" Ibu spontan membantah, membatal doa dari tutur yang dilafal, "Setiap pertemuan itu pasti membawa pelajaran, Nduk. Bukan membawa sial."
Dia diam. Ibu benar, dan selalu. Tapi, masalahnya, kenapa Reda tadi berkata begitu?
Simpul semacam apa yang sebenarnya ada di antara mereka?
Pelajaran apa, yang ingin semesta tunjukkan lewat Jezamai dan Reda?
Aku pun ingin tahu, Dia. Sangat.
🍂
Jahe's:
Minal aizin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin, teman-teman semua. Maaf kalau selama berinteraksi dengan kalian di sini banyak canda yang kelewatan, ya❤️
Selamat makan es gempol di rumah~
Salam anget^^
KAMU SEDANG MEMBACA
KENANG
FanficJez bilang, nggak semua orang punya kesempatan. Buat sekadar nyiram kaktus, atau dengerin lagu-lagunya Tulus. Buat makan pisang goreng angkringan, atau pura-pura minum kopi biar jadi anak senja. Termasuk, nggak semua orang punya kesempatan buat bers...