Light 4

177 30 8
                                    

"Chen Yuzhi?" Yuelou mengulangi nama itu dengan takjub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chen Yuzhi?" Yuelou mengulangi nama itu dengan takjub. Tanpa terasa kedua tangannya terangkat menyentuh wajah pemuda itu, mengelus pipinya lembut.

"Bagus sekali. Kau mengingat namamu dengan cepat." Dia mengangkat kedua alis tebalnya sebagai tanda salut.

Pemuda itu menatapnya bimbang untuk beberapa detik yang penuh kegalauan. Dia yakin sekali itu namanya, potongan ingatan datang dan pergi, ia masih merasa semua peristiwa mengabur dan tidak tersusun.

"Kuharap aku benar," ia bergumam, secara reflek menekan jemari Yuelou di wajahnya. Keintiman yang aneh, mereka bahkan baru beberapa jam bertemu. Yuelou memperlakukan tamu misteriusnya dengan kelembutan dan keramahan yang jarang sekali ia berikan bahkan pada kawan-kawannya. Seseorang akan melakukan pengecualian minimal satu kali dalam hidupnya. Memikirkan itu, Yuelou merasa tidak ada salahnya mempercayai pemuda asing linglung ini.

"Tidak perlu memaksakan diri jika kau tidak ingat. Aku khawatir kepalamu akan sakit," ujar Yuelou tersenyum sekilas, lantas menurunkan tangannya dari wajah pemuda itu.

"Hmmm.." pemuda itu mengangguk canggung, kembali menatap layar televisi. Tetapi bukan pada benda itu fokusnya tertuju. Dia hanya melihat ke sana, sementara pikirannya berenang di tempat lain.

✨✨✨

Tidak sampai satu jam setelah menghabiskan ramen instan dan kopi, Chen Yuzhi tertidur.

Yuelou menempatkan pemuda itu di tempat tidurnya sendiri, bukan di salah satu kamar tidur yang lebih kecil di lantai bawah, dan dia menyelimutinya dengan baik. Kepalanya tenggelam ke dalam tumpukan bantal. Yuelou mematikan lampu tetapi tetap di kamar tidur di mana dia bisa mengawasinya. Dia menarik kursi empuk di dekat jendela sehingga bisa mengawasi halaman depan, dan dia menutupi selimut tipis di atas lututnya.

Dia tahu dia tidak akan tidur sendiri.

Dalam sepi, ingatannya melayang ke masa lalu. Selimut tipis ini adalah kenangan dari ibunya yang telah meninggal hampir lima belas tahun lalu, saat Yuelou baru beranjak remaja. Dia ingat  satu panggilan telepon yang telah mengubah hidupnya. Panggilan telepon dari polisi di distrik Puxi, Shanghai, untuk memberi tahu dia bahwa telah terjadi kecelakaan di jalan licin yang disapu salju, bahwa sebuah mobil sedan telah melewati tanda berhenti di jalan raya pedesaan, bahwa kami sangat menyesal tetapi orang tuamu tewas dalam kecelakaan itu.

Maka dimulailah rangkaian peristiwa yang akan mengacaukan seluruh dunianya, seperti benang-benang lepas yang terurai. Beruntung pada tahun itu pamannya mengadopsi dirinya sebagai anak, memberikan semangat dan kehidupan baru. Pamannya seorang petugas polisi dan beberapa tahun terakhir telah mencapai pangkat komisaris di kepolisian Shanghai.

Semuanya tampak baik-baik saja sekarang. Namun, tak ada yang sempurna. Kariernya di firma hukum elit Shanghai penuh dengan siasat, kebusukan, kebenaran yang dipelintir, dan popularitas semu serta uang kotor. Bersama kawan baiknya, Yuan Zinning, satu dari dua pengacara wanita di firma tersebut, di antara segerobak bangsat berdasi lainnya, Yuelou berjuang untuk tetap menjadi pengacara jujur dan membela kebenaran dalam setiap situasi mau pun di bawah tekanan. Tetap saja, syaraf bajanya merasa lelah hingga ia memutuskan mengambil cuti selama satu bulan untuk beristirahat di villanya yang ia beli di kota seribu lampu.

𝐀 𝐓𝐡𝐨𝐮𝐬𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐢𝐭𝐲𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭𝐬 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang