Light 32

43 11 6
                                    

Ini sudah dua hari, demikian Chen Yuzhi menebak dari dalam kamar remang-remang yang sepi. Entah apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa, tiba-tiba saja dia jatuh pingsan dan tersadar kembali di satu ruangan asing. Ini seperti kamar tidur penghuni asrama. Tidak banyak perabot selain ranjang kecil, meja nakas, sebuah kursi kayu dan kaca di dinding. Ada sebotol air mineral di meja nakas seakan-akan ditempatkan seseorang di sana agar dia tidak mati kehausan. Ingatannya melayang pada saat-saat terakhir di tepian sungai. Halaman belakang sebuah rumah besar di mana ia dibius oleh seseorang. Satu bencana lain yang menimpanya tanpa terduga gara-gara dia menjauhkan diri dari Jiang Yuelou. Itu kebodohannya sendiri.

Chen Yuzhi duduk lemas di tepian ranjang dengan wajah muram. Penampilannya berantakan sekarang. Walaupun si penculik memberinya makan, minum dan membiarkannya menggunakan toilet, dia tidak mengganti pakaiannya sejak dia hari dan dia pun menerima beberapa pukulan saat ia mencoba memberontak keluar dari tempat ini.

Rangkaian peristiwa yang menimpanya bagaikan mimpi buruk tanpa akhir. Chen Yuzhi sungguh tidak mengerti mengapa ia harus terlibat hingga sejauh ini. Dia menempatkan wajah di kedua telapak tangan, mengacak rambutnya. Suasana begitu hening di tempat ini, begitu pula di luar. Yang dia lihat hanyalah tanah kosong, semakin belukar dan pagar kawat di kejauhan. Lima menit kemudian, bunyi detak sepatu menggema di depan pintu kamar yang membuatnya terkejut dan juga takut. Pasti seseorang telah datang.

Chen Yuzhi menahan napas, siap menyambut sosok misterius yang sering datang memberinya makanan. Beberapa menit kemudian masih tak Ada suara hingga ia menatap pintu untuk waktu yang lama. Tetap tidak ada seorang pun. Pada saat itu ia begitu ketakutan sehingga rasanya ingin jatuh pingsan.

Dia meraih botol airnya, tetapi saat ia mengangkat wajah, pintu tiba-tiba terbuka dan ia melihat seseorang berdiri di pintu dengan mantel hitam dan tudung menutupi wajahnya. Chen Yuzhi membeku, benar-benar ketakutan. Dia nyaris tidak bisa bergerak.

"Mau apa kau?" Ia bisa mendengar suaranya tercekat.

Kekehan seram bergema dalam ruangan. Sosok itu melangkah ke dalam kamar, meletakkan satu kantong kertas berisi makanan di atas meja.

"Bertahanlah sehari lagi," katanya parau.

Chen Yuzhi tidak mengenali suara itu.

"Apa yang kalian inginkan dengan menculik dan menyekap aku di sini?"

Orang itu berbalik, mengabaikan pertanyaan Chen Yuzhi yang terus berulang tanpa mendapatkan jawaban.

"Jawab aku," ia mendesak, mengumpulkan segenap keberanian.

Sosok bermantel hitam menoleh sekilas. "Kau tahu bahwa target kami tidak hanya dirimu," katanya. "Kau hanya umpan."

Chen Yuzhi menatap sosok itu, yang selalu menyembunyikan wajahnya dengan tudung. Jantungnya berdebar kencang saat mengingat seseorang.
"Kau ingin menjebak Jiang Yuelou?"

Kekehan lagi, lalu sosok itu berjalan meninggalkan kamar. Sebelum menutup pintu dia berkata lagi, "Tapi jangan khawatir. Kami akan membiarkan kalian mati bersama. Cara yang romantis untuk mati, bukan?"

Pintu ditutup dengan satu bantingan keras. Meninggalkan Chen Yuzhi sendirian, menatap kosong ke pintu kayu membisu.

Yuelou, Yuelou, apa yang terjadi padanya sekarang?

Dia memejamkan mata. Jemarinya terkepal saat rasa takut dan cemas mencengkram tiap bagian tubuhnya dengan kuat. Rasa bersalah menyergapnya karena lagi-lagi dia telah menyeret pengacara tampan itu ke dalam situasi yang tidak menguntungkan.

=====

Jiang Yuelou mengawasi Bar Pop Corner di Shaoxing Lu untuk kesekian kali. Hujan turun sejak tadi sore dan masih berlangsung hingga malam ini. Kali ini dia tidak berbaur ke dalam melainkan hanya duduk di balik kemudi menatap keluar kaca mobil. Di luar gelap dan suram, sehingga terasa sudah larut malam. Melirik arlojinya, Jiang Yuelou menyadari bahwa ini baru pukul sepuluh.

𝐀 𝐓𝐡𝐨𝐮𝐬𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐢𝐭𝐲𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭𝐬 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang