Light 26

112 21 8
                                    

Fajar datang mengakhiri gelapnya malam bersamaan dengan cahaya merah di langit timur yang merekah ragu-ragu, Chen Yuzhi terjaga dari tidurnya yang gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar datang mengakhiri gelapnya malam bersamaan dengan cahaya merah di langit timur yang merekah ragu-ragu, Chen Yuzhi terjaga dari tidurnya yang gelisah. Keying masih terlelap di sisinya hingga ia harus bergerak bangun dan turun dari tempat tidur dengan sangat perlahan. Yuzhi tidak langsung menuju kamar mandi. Dengan tampilan rambut dan wajah yang masih kusut, ia berjalan menuju jendela, membuka tirainya untuk melihat seberapa terang langit di luar sana. Ternyata ini baru fajar awal, masih satu jam lagi menuju matahari terbit. Setelah semua momen penuh kecemasan ia memikirkan saat-saat damai untuk dirinya sendiri. Sepertinya berjalan-jalan di pekarangan yang luas dan asri sambil menikmati cahaya matahari pagi merupakan gagasan yang menarik. Menghembuskan nafas, akhirnya Chen Yuzhi mundur dari jendela dan menuju kamar mandi.

Angin semilir lembut membelai wajahnya di pagi hari musim gugur yang dingin. Walaupun sinar matahari mulai memancar terang, sesekali Chen Yuzhi masih menggigil. Rumah ini dan keindahan tamannya membuatnya terus menerus merasa kagum.

Chen Yuzhi berjalan mengitari halaman seorang diri. Satpam yang berjaga di dekat pintu gerbang menoleh dan mengangguk padanya, sambil mengangkat satu papercup berisi kopi panas. Chen Yuzhi membalas tawaran itu dengan senyuman. Beberapa helai daun naik dari permukaan tanah kala angin pagi berhembus makin kencang. Dia mendengar pintu utama terbuka dan Jiang Yuelou bergegas menuju padanya.

“Aku mencarimu ke kamar. Keying bilang kau keluar untuk mencari udara segar,” Yuelou berkata, menepuk bahunya lembut penuh perhatian. “Kau selalu begini. Udara pagi memang segar, tapi cuaca lumayan buruk akhir-akhir ini. Aku khawatir kau masuk angin.”

Chen Yuzhi tertawa pelan. “Aku bukan anak kecil, Yuelou. Lagipula aku seorang dokter.”

“Kau harus menjaga dirimu. Sekarang ada Keying yang akan bergantung padamu.”

Jiang Yuelou melingkarkan lengannya ke bahu Yuzhi, mengajaknya duduk di bangku taman.

“Ngomong-ngomong, apa pamanmu sudah bangun?” Yuzhi menoleh sedikit waswas.

“Setengah jam lagi kita akan sarapan bersamanya. Setelah itu, kau tidak boleh membuang waktu lagi. Jelaskan semua yang kau lihat dan kau dengar pada paman.”

“Jadi, kasus pembunuhan itu sudah sampai ke telinga pejabat Kepolisian?” tanya Yuzhi, mulai cemas. Dia selalu ingin menghindari konfrontasi dengan polisi. Dia benci kejahatan, sekecil apa pun itu, dan tidak berminat terlibat di dalamnya. Chen Yuzhi seorang yang cinta damai dan penuh kasih sayang. Itulah yang mendorongnya menjadi seorang dokter, seiring dengan pemikiran naif bahwa dunia akan baik-baik saja dan selalu damai jika ia berbuat baik pada orang lain. Nyatanya, pemikiran mulia itu tidak sepenuhnya benar. Chen Yuzhi menggigit bibirnya, kian risau sementara wajah Yuelou tetap tenang.

“Pria yang kau saksikan dianiaya dan ditembak, kemungkinan adalah seorang pejabat Kejaksaan. Namanya Zhao Jinmin. Dia dikabarkan hilang seolah ditelan bumi. Hampir satu pekan sejak orang-orang terakhir kali melihatnya,” Jiang Yuelou menjelaskan.

𝐀 𝐓𝐡𝐨𝐮𝐬𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐢𝐭𝐲𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭𝐬 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang