Light 21

109 21 11
                                    

Ketika Chen Yuzhi tersadar, pada mulanya ia masih merasa tersesat di dunia asing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Chen Yuzhi tersadar, pada mulanya ia masih merasa tersesat di dunia asing. Terbaring di lantai mobil dalam kegelapan total, dia tidak bergerak untuk beberapa lama. Seluruh tubuhnya terasa dingin. Di luar, hujan deras sudah mereda. Hanya menyisakan lapisan gerimis tipis dan hembusan angin yang menggigilkan.

Di mana aku, adalah pertanyaan pertama yang hinggap di benaknya.

Ada goncangan dalam mobil, lantas bunyi pintu yang ditutup. Sepertinya pengemudi baru saja melangkah keluar. Chen Yuzhi membuka mata, menatap ngeri pada kegelapan. Rasa cemas, takut, dan perasaan terancam membuat dadanya sesak. Susah payah, ia berhasil menggerakkan tubuh, merangkak untuk mendorong pintu belakang mobil. Pintu terbuka tanpa kesulitan. Jelas si pemilik belum menguncinya. Chen Yuzhi merasakan sakit kepala yang luar biasa, lemas, dan juga lapar. Dari balik selubung kabut yang seolah melapisi pandangan mata yang berkunang-kunang, ia menatap pada satu bangunan.

Sebuah rumah. Di hadapannya berdiri sebuah rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas. Mobil itu terparkir tidak jauh dari teras. Pintu utama rumah terbuka dan ada suara-suara samar percakapan yang malas. Chen Yuzhi disergap dilema. Dia bisa saja memasuki rumah itu dan meminta perlindungan. Tetapi nalurinya memperingatkan untuk tidak sembarangan mempercayai seseorang.

Diamatinya rumah dan halaman itu. Tidak jauh dari jalan raya yang dilalui kendaraan. Tetapi di malam begitu pekat dan berkabut dengan gerimis rapat yang tak kunjung reda sepenuhnya, nyaris tak ada yang melintas.

Chen Yuzhi meraba-raba tepi mobil, lantas tersaruk-saruk menjauhi halaman. Suara-suara dari dalam rumah perlahan sirna, lalu seorang pria bergegas keluar dari pintu. Chen Yuzhi segera bersembunyi di balik sebatang pohon di tepi jalan. Dia mengintip pria itu. Gerak-geriknya nampak bingung. Seolah-olah mencari sesuatu. Tak lama kemudian pria itu mengangkat bahu, menekan alarm mobil dan kembali masuk ke rumah.

Chen Yuzhi menatap hampa. Siapa pria itu? Mengapa dirinya bisa berada di antah berantah?

Warna yang dia temukan dalam benaknya hanya ada hitam kelam. Chen Yuzhi mengerjap-ngerjap. Rasanya menakutkan, mengapa ia tidak bisa mengingat semuanya dengan benar?? Apakah karena sakit kepala yang menimbulkan trauma, ataukah memang dia menolak untuk mengingatnya.

Angin berhembus lagi, lebih kencang. Giginya bergemeletuk menahan dingin. Dia menoleh ke kanan, ada jalan aspal basah terbentang. Penerangan lampu jalan tidak terlalu terang dan ada banyak pohon di sisinya berselang seling dengan rumah dan bangunan lain.

Demi Tuhan, di mana ini?

Tidak tahu apa yang dia cari, atau arah mana yang dituju, ia mulai melangkah terseok-seok menembus gerimis.

Entah berapa lama dan berapa jauh ia berjalan. Chen Yuzhi tidak tahu. Ada satu dua mobil yang lewat di sampingnya, tetapi tak ada yang berhenti atau peduli padanya. Satu ketika, ia mendengar derum mesin mobil dari arah belakang, dan satu kendaraan dilengkapi lampu biru berkedip-kedip membuatnya silau sekaligus terkesiap.

𝐀 𝐓𝐡𝐨𝐮𝐬𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐢𝐭𝐲𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭𝐬 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang