Light 27

96 18 5
                                    

Siang hari di rumah Komisaris Bai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang hari di rumah Komisaris Bai. Suasana yang terlalu tenang melumpuhkan semangat mereka. Setelah acara makan siang, Chen Keying tidur siang di kamar tamu, dan Chen Yuzhi meringkuk di sofa di depan televisi mengikuti siaran berita yang tidak terlalu menarik minatnya. Siang yang mendung membuat Jiang Yuelou nyaris ketiduran di sofa dengan buku tebal di pangkuannya.

“Apakah belum ada kabar dari pamanmu?” tanya Chen Yuzhi, untuk sejenak mengalihkan perhatian dari televisi.

Pertanyaan itu mengejutkan Jiang Yuelou. Matanya terbuka seketika dan menjadi berkunang-kunang untuk sesaat.

“Akan butuh waktu untuk memastikan semua berjalan lancar. Terlebih agenda paman terkadang sulit diprediksi. Dia bisa saja terjebak pertemuan penting secara mendadak,” sahutnya sesaat setelah menggosok mata.

“Maaf, Yuelou. Aku mengejutkanmu.” Chen Yuzhi menatapnya dengan wajah diselimuti rasa bersalah.

“Tidak apa-apa. Ah, mungkin aku butuh secangkir kopi panas.” Dia menyingkirkan buku di pangkuannya kemudian berdiri, meregangkan otot-otot kaki dan lengan. Tatapannya tertuju pada Chen Yuzhi dan bertanya, “Kau mau satu?”

“Tidak. Terima kasih.”

“Oke kalau begitu, aku ke dapur dulu.”

Ketika Jiang Yuelou membuat kopi panas di dapur, dia berdiri sejenak di dekat jendela kaca yang menghadap halaman belakang. Sepintas halaman itu tidak seindah bagian depan rumah meskipun Gao Yun tampaknya cukup berusaha untuk membuat halaman tetap bersih meski tanpa bunga. Dia melipat tangannya di depan dada dan bersyukur atas satu hari yang tenang di tengah badai. Rumah yang nyaman, tenang dan cukup aman bagi Chen Yuzhi untuk bersembunyi sementara. Tetapi jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa halaman yang kosong dengan burung gereja yang melayang di atas pucuk pohon dan capung yang terbang di antara tanaman merambat tidak akan damai lama. Ini hanya ketenangan sebelum badai. Dia menatap langit.
Bening dan biru.
Menipu.

Dengan cangkir di tangan, Jiang Yuelou kembali ke ruang duduk utama dan mendapati Chen Yuzhi sudah tertidur di sofa, kepalanya terbenam di antara bantal besar dan empuk sementara televisi terus menyala.

Yuelou tersenyum, meletakkan cangkir di meja dan mendekati kekasihnya, berniat memandangi wajah damainya dari dekat. Bersamaan dengan langkahnya,  ponsel miliknya mengeluarkan bunyi dering yang menyentak. Pemuda itu seketika berhenti menghampiri Chen Yuzhi, berbalik arah meraih ponsel di dekat buku yang tadi sempat ia baca sebelum rasa jenuh membuatnya menutup halaman.

Saat Yuelou mengetahui siapa yang menelpon, sekilas keningnya nampak mengernyit.

Zinning. Ada apa lagi? Bukankah ia sudah melarang wanita itu untuk menghubungi dirinya atau ikut campur urusannya.

Pada panggilan pertama, Jiang Yuelou tidak menjawab. Namun deringnya kembali menyentak dan mendesak. Akhirnya dia memutuskan menerima telepon, tapi ia segera menuju kamarnya untuk bicara lebih tenang tanpa mengusik tidur Chen Yuzhi.

𝐀 𝐓𝐡𝐨𝐮𝐬𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐢𝐭𝐲𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭𝐬 (𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐞𝐫) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang