Jake sedang berteleponan dengan sang kakak, Yeonjun tiba-tiba menelepon dan melaporkan keadaan mansion saat itu.
"Apa hyung mendengar suara keributan?"
"Kamar appa kedap suara. Aku khawatir terjadi sesuatu pada baba, apalagi jika appa tiba-tiba emosi."
Jungkook pergi ke mansion Shim disaat Yeonjun tidak ada di mansion, seorang pelayan menelepon Yeonjun dan memberitahu jika keduanya sempat bertengkar lalu pergi ke kamar.
"Hyung, kita tunggu besok. Mau mendobrak pun percuma, seluruh pintu mansion sulit di dobrak mau berapa banyak orang."
"Jake—"
"Aku tau, aku juga khawatir pada baba. Pasti baba sudah memikirkan ini matang-matang, pasti ada alasan baba mau menemui appa. Aku juga khawatir, hyung."
Yeonjun menghela nafas berat. "Kau benar, baba sudah merencanakan ini. Semoga saja appa tidak mencelakai baba. Ku matikan teleponnya."
Belum Jake menjawab, telepon langsung dimatikan sang kakak.
5 days later….
Sunghoon memperhatikan pantulan dirinya sendiri di cermin, sepasang lengan melingkar di pinggang nya. Kecupan ringan diberikan Jake di pipi.
"Aku ingin menggugurkan kandungan nya."
Jake menuntun Sunghoon untuk menjauhi cermin, ia dudukkan di sisi ranjang. Dirinya sendiri duduk di kursi, mereka saling berhadapan. "Sunghoon… bayi nya tidak salah. Dia titipan Tuhan, dia pantas untuk hidup."
"Tapi ayahnya—"
"Eoh? Kau akan mengatakan aku ayah yang jahat? Aku ayah nya mulai sekarang, bahkan sejak awal. Kau tidak perlu khawatir itu, aku akan bertanggung jawab."
"Ini bukan salah mu." Ujar Sunghoon berkaca-kaca.
Jake menggenggam kedua tangan teman masa kecilnya. "Ini salah ku. Aku mencintaimu, apapun yang ada pada dirimu aku akan menerima nya. Aku akan menjaga kalian, aku tidak akan pergi. Jangan katakan itu lagi."
"Aku tidak mau merepotkan mu."
"Aku tidak merasa seperti itu, aku melakukan semuanya dengan tulus. Bayi nya akan sedih mendengar perkataan mu tadi."
"Dia tidak dengar." Bibir Sunghoon mengerucut dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Ia usap pipi Sunghoon dengan lembut. "Tapi dia bisa merasakan perasaan ibu nya. Seperti, aku yang merasakan penderitaan ibu ku yang hidup sendirian dan terkurung. Karena itu, kau harus menjaga perkataan mulai sekarang."
"Kalau kau melanggar nya, aku tidak akan membelikan mu ice cream dan cokelat lagi. Aku akan memberi mu setiap hari buah dan sayuran."
Sunghoon menggeleng cepat. "Tidak mau. Aku akan menjaga perkataan ku mulai sekarang."
"Janji?" Jake mengangkat jari kelingking.
Ia kaitkan jari kelingking nya dengan jari kelingking Jake. "Janji."
Sunghoon langsung memeluk sahabatnya dengan erat, dan Jake membalas sembari mengusap kepalanya.
Sahabat? Mereka memang saling mengatakan cinta, tapi hubungan mereka berdua tidak ada kemajuan, masih sebatas hubungan sahabat. Semoga bisa berubah.
Seperti biasa, Jake belum tidur karena mengerjakan tugas nya. Sunghoon sendiri sudah tidur dengan nyaman di kasur nya, ia memilih untuk duduk di sofa yang berada di kamar.
Tiba-tiba Yeonjun menelepon, tentu saja langsung ia angkat untuk menanyakan keadaan kedua orang tua nya.
"Pergilah ke rumah sakit tempat Karina bekerja, sekarang."
"Kenapa?"
"Appa dan baba."
"Baiklah." Karena nada suara Yeonjun yang serius, cepat-cepat ia ambil jaket, dompet dan kunci mobil nya.
Ada yang ia lupakan… menelepon seseorang untuk berjaga di apartemen. Dan semalam keadaan Sunghoon tiba-tiba down, berpikir untuk menggugurkan kandungan.
Tapi fokus Jake benar-benar terbagi. Yang sebelumnya ia sudah pusing dengan tugas dan keadaan Sunghoon yang terkadang berbicara asal, lalu sekarang orang tua nya masuk rumah sakit?
To be continued….
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] White Rose || JakeHoon
FanfictionBunga Mawar memberikan kesenangan dari keindahan nya, dan durinya memberikan luka. Mawar bagi Sunghoon adalah Jake dan mawar bagi Jake adalah keluarga nya, terutama ayah dan kakeknya. Butuh banyak perjuangan untuk keduanya bisa bersama dengan bahag...