04. aku ada dua

344 57 3
                                    

"Kau tidak usah kembali lagi, jika kau pulang Taeyong. Sungguh! Aku tidak akan memberi mu masuk." Ancam Johnny menunjuk Taeyong dengan mata yang menatap nya tajam.

Taeyong hanya membalas tersenyum, bibirnya keluh untuk beberapa saat. Hatinya berdenyut nyeri dan jantungnya berdetak begitu cepat.

"Terus bagai-"

"Aku tidak peduli! Kau akan tetap disini, tidak kembali kesana. Kumohon, Taeyong." Potong Johnny cepat. Ia sudah tidak bisa menahan segala resah di dalam dada kala ini.

Setelah bertahun-tahun lamanya terlewati, manusia terkejam itu telah keluar dari penjaga. Keluar dari segala frekuensi yang telah ia perbuat, ini harinya.

Johnny tidak mau Taeyong terjadi sesuatu, biarkan lah hari pertamanya bekerja di sebuah studio dance, menjadi resepsionis kebersihan di sana, tidak ia lakukan. Asalkan Taeyong tetap dirumah, ia akan menemaninya jika perlu.

Kembali kerumah neraka itu? Johnny membayangkannya saja sudah tidak bisa apalagi yang di bayangkan nya terjadi pada Taeyong.

"Hahaha! Kau lucu sekali!" Wajah Johnny sudah datar se datar-datarnya, bahkan lebih datar dari pada sebuah Triplek. Bisa-bisanya Taeyong mengucapkan kata lelucon seperti itu, apa dia tidak tau jika Johnny masih terbakar api keresahan sekarang?

"Sudah lah Johnny, aku tidak akan apa-apa. Lagian itu rumah sudah atas nama ku dan sudah lama juga aku tidak pulang kesana, aku harus menyambut kepulangan orang gila itu kan?" Kata Taeyong ada benarnya.

"Tapi-"

"Biarkan Taeyong pulang Johnny, Taeyong tau apa yang harus ia lakukan jika ayahnya berulah kembali. Kau tidak perlu takut, kalau kau mau, kau temani Taeyong saja." Mereka berdua menoleh, mendapatkan wajah cantik ibunya Johnny yang mendekat ke arah mereka.

"Engga perlu, Johnny juga mau kerja kan? Udah ah, Taeyong pamit ya Tante." Tidak lupa Taeyong mengecup punggung tangan ibunya Johnny yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

"Maksud mama apa! Kalau Taeyong kenapa-kenapa gimana?!" Omel Johnny tidak habis pikir kepada ibunya, sang ibu hanya diam dan melambai ke arah Taeyong.

"Tenang saja, dia tidak akan terluka. Apa kau tidak tau Taeyong sekarang bagaimana, hm? Bodoh! Udah sana kamu mau kerja kan?" Ibu Johnny memandang anaknya yang masih nampak sangat kesal atas dirinya.

"Ayah ibunya lagi sukses tapi anaknya malah nyari kerja! Pakai uang mama papa aja lah!" Johnny memutar bola matanya jengah, sudah setiap saat selalu begini.

"Lebih baik uang mama sama papa itu di tabung biar nanti kalau bangkrut engga perlu ngaduh ke Johnny!" Kata Johnny dengan santai, mencium pipi Ibunya lalu melambai pergi dari rumah.

Ibu Johnny hanya menggeleng kan kepalanya saja.

Sebuah motor sport telah terparkir rapi di halaman rumah, sebab kali ini Johnny akan memakai motor kesayangan pemberian ayahnya yang sedang mabuk-mabuknya kerja tersebut.

"Tuan muda mau kemana?" Seorang pria baru baya bertanya kepada Johnny yang baru saja menaiki motor nya, Johnny tersenyum tipis. Untuk beberapa saat menghilangkan pikiran buruk tentang Taeyong.

"Mau cari mantu, pak." Kepala pelayan di rumah Johnny ini memang sudah sangat-sangat tua, bahkan lebih tua dari pada umur ayahnya. Dari sejak Johnny kecil, pelayan ini lah yang selalu bersama Johnny. Menemaninya ketika ayah dan Ibunya sedang bekerja.

"Semoga lekas dapat ya?"

"Makasih, pak. Johnny berangkat dulu." Setelah mendapat anggukan, Johnny memakai Helm nya dan segera melajukan motor nya membelah padatnya malam.

UNTIL I FOUND YOU [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang