22. Air Mata

171 28 26
                                    

TEN terdiam cukup lama di dalam mobil pribadinya, menatap lurus kedepan dengan radio mobil yang terus memutar beberapa lagu, sudah hampir setengah jam ia duduk tanpa melakukan apapun setelah keluar dari pekarangan rumah Jaehyun dan Taeyong.

Tapi sebuah air mata jatuh dari kedua bola matanya padahal sendari tadi ia mencoba menahannya. Tangan Ten terangkat, memijat dahinya dan pangkal hidung nya yang terasa berdenyut nyeri.

Isak tangis tak lama menyambut sesudah Ten berhenti memijat kasar, berhenti tepat menutupi kedua matanya.

Sakit.

Baru pertama kali ini ia bersifat begitu egois, bahkan ibunya membenci sifat egois, jika ibu Ten yang belum sembuh seutuhnya itu tau perbuatan anaknya, pasti ia akan membenci Ten dengan sebuah alasan pasti.

BAK! BAK! BAK!

Tidak tanggung-tanggung, Ten menjedutkan kepalanya berkali-kali sampai ia merasa tenang di stir mobil, mulai dari ketukan pelan hingga kuat.

"AGRKKKKKKK!" Teriak kesal Ten menendang dan memukul segala arah secara acak.

"GILAAAAA?! AKU SUDAH GILAAAAA?!" Pekiknya lagi namun tak lama ia malah tertawa begitu kuat bahkan sampai urat lehernya tercetak begitu jelas dan beberapa detik kemudian meringis lalu menangis kembali.

"Ibu..." Panggilnya lirih, menutup matanya dengan lengannya, menangis semakin menjadi begitu ingatan sesaat lalu terlintas jelas.

—U.I.F.Y—
azkacxz

Disebuah rumah besar, rumah yang seharusnya di sebut dengan istana itu tampak cukup sepi, dikarenakan beberapa orang sedang melakukan kegiatannya masing-masing, menyisakan Winwin sendiri di ruang tamu. Masih memakai pakaian formal yang sangat rapi begitupun tataan rambutnya.

Pandangannya kosong, tidak seperti biasanya.

Yuta yang sendari tadi mondar-mandir mencari keberadaan sang kekasih bernafas lega begitu ia sudah mendapati Winwin di ruang tamu, sedang duduk di sofa sambil menyilang kakinya. Begitu anggun.

"Ini salah satu hal mengapa aku tidak mau mempunyai rumah yang besar. Itu akan membuatku letih sendiri..." Oceh Yuta sambil berjalan menghampiri Winwin bahkan yuta tidak tanggung-tanggung, melompati sofa mahal tersebut untuk akhirnya duduk di sebelah Winwin.

Pemuda itu mengerutkan dahinya begitu Winwin tidak melakukan respon yang pasti, dia masih diam sambil menggigiti kukunya gusar. Yuta tersenyum kecil, sudah mengerti apa yang membuat pujaan hatinya bersikap seperti ini.  

Perlahan tapi pasti tangan Yuta membawa kepala Winwin untuk berakhir bersandar di bahunya dengan dirinya yang merengkuh hangat Winwin. Winwin yang merasa pergerakan tersentak tapi setelah ia mengetahui bahwa itu Yuta, ia semakin mencari titik lebih nyaman.

"Kakakmu sudah dewasa sayang, ia pasti sudah bisa membedakan mana yang benar dan salah, kita lihat saja jalan apa yang akan Ten ambil. Jika itu salah maka kamu sebagai adiknya boleh membenarkannya, tapi secara—perlahan. Tidak bisa dengan cara yang spontan karena semua itu butuh proses."

Winwin tidak menyahut ucapan Yuta, ia lebih memilih menyalipkan tangannya dari belakang punggung pemuda itu untuk ia peluk sangat erat, menenggelamkan kepalanya di atas dada Yuta.

"Tidurlah..."

U.I.F.Y
Azkacxz

Malam sudah menyapa namun mata Taeyong sama sekali tidak bisa terpejam untuk terlelap. Jujur, sebenarnya Taeyong sangat letih tapi matanya tidak bisa di ajak kompromi, alhasil ia hanya menatap langit-langit kamar dalam diam.

UNTIL I FOUND YOU [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang