13. tidak, ini terlalu sakit

157 27 7
                                    

Tuhan, jangan lakukan itu...” Batin Taeyong berlari di koridor rumah sakit yang terasa begitu penuh dan sumpek.

Sarangnya orang-orang untuk berobat dan mengobati. Bau obat yang mendominasi aroma rumah sakit manapun kini sudah tidak di perdulikan lagi oleh Taeyong.

Di belakang Johnny berlari menyusul Taeyong. Lari Taeyong seperti orang gila, linglung bahkan tidak jarang ia menabrak orang namun ia tidak memperdulikannya bahkan yang meminta maaf pun Johnny.

Kekalutan luar biasa kini menghinggapi hatinya, resah, takut, dan kelabu menjadi satu.

BRAK!

Nafas Taeyong masih terengah-engah setelah mendobrak keras pintu rumah sakit, keringan dingin mengalir dari dahi sampai jatuh ke lantai rumah sakit yang dingin.

Menjadi tatapan orang-orang disana kecuali satu pemuda yang menunduk dalam sambil memegangi telapak tangan ayahnya, itu Jaehyun.

Punggungnya bergetar penuh kekhawatiran, tangisnya sudah tidak dapat di bendung. Apa yang ia takutnya sekarang sudah di depan mata.

Tangan tremor milik Taeyong mengentikan pergerakan Yuta yang akan membantunya, setelah menarik nafas dalam-dalam Taeyong menarik kedua sudut bibirnya.

Berjalan tegap seperti tidak ada yang terjadi, Johnny baru saja terlihat di balik tubuh Taeyong dengan nafas yang tidak jauh berbeda, terengah-engah seperti lari maraton.

"Hallo paman." Sapa Taeyong membuat kepala Jaehyun terangkat dan menatap Taeyong yang sudah berada di sebelahnya, tersenyum manis kepada ayahnya yang ikut tersenyum walaupun terhalang selang di dalam mulutnya.

Bukannya malah berhenti menangis, tangis Jaehyun semakin menjadi begitu melihat Taeyong di sampingnya yang berusaha mengobrol dengan ayah nya.

"Dimana yang sakit paman?"

Bodoh jika Taeyong menanyakan 'apa kabar?' kepada paman Jung. Pasti kondisinya tidak baik, Taeyong terlalu tidak bisa berbasa-basi.

Tangan ayah Jaehyun terangkat untuk membelai wajah Taeyong yang menekuk sedikit tubuhnya agar Ayah Jaehyun leluasa membelainya.

Tangan yang sudah tidak sekuat dahulu kala merangkul Taeyong untuk masuk kerumah nya kini Taeyong ambil untuk ia kecup telapak tangannya.

"Kita hajar ya penyakit nya, biar engga ngerasa sakit lagi..." Ujar Taeyong sedikit bergetar, mati-matian mengatur nafasnya agar tidak mengeluarkan Isak tangis bersama air mata yang menumpuk.

Tidak lama Ayah Jaehyun membuat kata isyarat seadanya.

"Tetap bahagia nak, aku menyayangimu. Kau berharga bagi semua orang begitupun bagi Jaehyun dan diriku. Jaga dia untukku, aku mengandalkanmu Taeyong. Buat kalian berdua bahagia, menikahlah. Berjanjilah kepadaku, bisa?" Jari kelingking ayah Jaehyun keluar.

Taeyong mengangguk, mengangguk mantap masih dengan senyuman yang sama membalas tautan jari kelingking tersebut. Ayah Jaehyun tersenyum kembali dan semua orang yang berada di ruangan ini menjadi saksi atas janji tersebut.

"Saya berjanji paman. Tapi paman harus sembuh."

Ayah Jaehyun mengangguk sebagai jawabannya. "Saya akan sembuh, Taeyong." Isyarat Paman Jung.

"Paman, Taeyong sudah sembuh. Taeyong sudah tidak sakit lagi, paman senang? Ini juga karena paman. Paman selalu menyemangati Taeyong, sekarang paman yang harus sembuh." Taeyong menarik selimut Paman Jung sampai sebatas dada.

Walaupun anggukan lemah dari paman Jung yang Taeyong dapat, tidak masalah.

"Sudah ayah? Sekarang ayah harus sembuh, sehat agar kita bisa pulang kerumah." Jaehyun membuat kata isyarat kepada ayahnya sedangkan paman jung hanya tersenyum dan mengangguk kembali.

UNTIL I FOUND YOU [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang