ALULANA 06

162 14 0
                                    

Hey, tiati ada yang nemenin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hey, tiati ada yang nemenin

06-06-2022
ALULANA

Tiba-tiba langit menangis, mengguyur kota, membasahi tanah dalam hitungan detik. Kedua orang itu tersentak, sontak kaki mereka berlari mencari tempat untuk bernaung.

"Harusnya tadi kita ketemu di tempat tertutup, biar gak keujanan gini." Aluca berdecak kesal karena kecerobohannya dalam menentukan tempat.

"Tapi kalo main ujan bareng-bareng seru juga, yah!" serunya sambil menggosok-gosok telapak tangan.

"Lo mau sakit? Sini." Kedua tangan Aluca membuka sedikit jaketnya. Seketika Klana berkerut tipis.

"Mau ngapain?"

"Gue tau lo kedinginan, jaketnya kita bagi berdua."

Klana menatap dada Aluca yang terbalut kemeja putih tipis. Tak lama kemudian kepalanya menggeleng.

"Aku gak kedinginan," kilahnya.

"Boong. Sini Klana, gue pingin peluk lo."

"Ishh kamu modus mulu kenapa, sih!"

"Nggak modus, gue cuma kangen."

Bahu Aluca menjadi sasaran empuk untuk Klana pukul. Aluca malah kebingungan, ia menggerakkan dagunya untuk meminta Klana segera mendekapnya.

Ragu-ragu tangan seputih susu itu melingkar di pinggang Aluca. Rasanya semacam sengatan bagi Aluca, pertama kalinya ia merasakan sensasi ini, senang, gugup dan malu menjadi satu. Hebatnya ia mampu menutupi itu semua dengan sangat rapi.

Aluca membalut tubuh mungil Klana menggunakan jaket itu. Mereka diam beberapa detik saling menikmati kehangatan masing-masing.

"Gue tau lo suka hujan, tapi nggak harus hujan-hujanan juga," ujar Aluca.

Lama mereka diam dalam posisi yang sama. Aluca meletakkan dagunya di puncak kepala Klana, ia memejamkan mata sebentar. Aluca berani bertaruh, ini adalah pelukan ternyaman yang pernah Aluca rasakan sepanjang hidupnya.

"Peluk lo aja sehangat ini, apalagi kalo sama Bunda."

Tanpa sadar Aluca tersenyum tipis.

"Kamu pegel gak?" Klana bertanya sedikit keras karena suaranya kalah dengan suara hujan.

"Gak. Lo pegel?"

"Engga, sih, cuma nanya aja."

"Ini nyaman, gue suka."

"Dari tadi ngomongnya suka mulu, siapa tahu aku ini udah punya pacar."

Aluca sedikit merenggangkan pelukan mereka, ia menatap Klana yang lebih pendek darinya. "Lo punya pacar?"

"Maunya punya atau engga?"

"Enggak lah!"

Aluca semakin mendekatkan dekapan mereka, sampai Klana merasa sedikit sesak dan tidak nyaman. Ia mencoba untuk menjauh dari Aluca, tapi sangat sulit.

ALULANA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang