Part ini lebih sedikit dari biasanya ternyata, aku baru sadar setelah mau revisi. Soalnya kalo nulis udah ada stok sampai part 34, sih :)
Special pic dari aku <3

22-Maret-2023
•ALULANA•"Tante nggak bisa apa-apa. Tante pengen bilang kalau Bulan harus lihat keadaan dia dulu sebelum memikirkan orang lain, tapi percuma, Bulan terlalu baik."
"Lima tahun kemudian Bulan sudah bisa membeli rumah yang cukup besar, kebutuhan ekonominya terpenuhi dengan baik, ditambah Riana juga rajin membantu Bulan mengolah usaha kue mereka. Riana dan Bulan itu sudah seperti saudara kandung. Semuanya baik-baik aja sampai Bulan bertemu Haris."
Aulia tiba-tiba diam, tatapannya turun menatap lantai, seperti enggan bercerita.
"Siapa dia?" tanya Aluca bergerak lebih dekat.
"Haris itu salah satu pelanggan toko kue Bulan, dia berkunjung hampir setiap hari. Kalau ada kesempatan Haris selalu mengajak Bulan menghabiskan waktu berdua sampai larut malam," timpal Aulia, menatap Aluca intens."Mereka berpacaran setelah melewati perkenalan singkat, sayangnya Riana menolak keras kenyataan itu. Riana bilang, Bulan yang awalnya sangat disiplin dan berhati-hati berubah menjadi ceroboh setelah bertemu dengan Haris. Tapi penolakan Riana nggak dipedulikan, sampai lima bulan menjalin hubungan, mereka memutuskan untuk menikah. Waktu itu Tante menilai Haris sebagai sosok pria yang baik, dia juga mapan kok. Jadi Tante pikir kalau pilihan Bulan memang sudah tepat.
"Pesta pernikahan mereka cukup sederhana, nggak terlalu banyak tamu yang hadir. Tapi Riana nggak datang di pernikahan itu, dia sibuk karena selain memegang tanggung jawab toko kue mereka, Riana juga membuat usaha jahit nya sendiri tanpa sepengetahuan Bulan. Riana benar-benar nggak peduli sama apa yang dilakukan Bulan, dia fokus dengan usahanya. Bulan juga sama, dia menyerahkan semua urusan toko kepada Riana.
"Berbulan-bulan selanjutnya rumah tangga Bulan ternyata tidak berjalan dengan baik, mereka sering bertengkar. Riana tau itu, tapi dia janji nggak akan pernah ikut campur lagi soal urusan Bulan sama suaminya.
"Mas! Aku nggak mungkin ngelakuin itu!"
"Cepat lakukan atau nyawa kamu sebagai gantinya!" sentak Haris, menarik tangan Bulan kasar.
"Aku tahu usaha kamu sedang nggak bagus. Lebih baik kita cari aja jalan keluar lain, aku nggak mau hianatin kamu!"
"Argh! Saya tidak peduli!"
Kilas balik ingatan terekam samar dalam setiap deretan kata yang diceritakan oleh Aulia. Sesekali ia menahan napas sebelum kembali bercerita, karena mengingat lagi bagaimana perjalanan hidup Bulan dulu adalah hal yang sulit.
"Tapi Tante nggak tau alasan mereka berantem karena apa. Setiap Tante suruh Bulan cerita, dia selalu nolak. Sampai waktu itu, Bulan hamil."
"ini kabar baik!" Aulia memekik senang, "Kapan kamu mau memberitahu Haris soal kehamilan kamu?"
Berbanding terbalik dengannya, Bulan nampak gelisah. "Aku nggak akan ngasih tau Mas Haris."
"Apa? Ini anaknya! Dia harus tau soal kabar ini," seru Aulia.
Bulan menggeleng cepat seraya memeluk perutnya sendiri. "Ini bukan anaknya. Mas Haris nggak akan senang, yang ada dia pasti marah besar. Aku akan jaga bayi ini sendirian."
Aulia termangu, Ia memegang bahu Bulan yang bergetar ketakutan. "Kamu bohong, kan? Terus siapa ayahnya?
"Aku nggak tau..."
"Sampai anak itu akhirnya lahir, Bulan menyuruh Riana untuk pergi jauh sambil membawa anaknya. Sudah jelas Riana pasti menolak. Akhirnya Bulan minta bantuan Tante buat bantu bujuk Riana. Di sana lah Tante tau semuanya."
"Aku ditipu! Tenyata usaha yang dikelola Mas Haris sudah lama mati sebelum kami menikah, dia memalsukan semua kekayaan dan gelar agar aku mau menerimanya. Setelah menikah kami sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, aku kerja serabutan, Mas Haris pergi entah kemana, sikapnya semena-mena, dia sering melakukan kekerasan fisik kalau aku tidak mau menuruti apa yang dia mau. Sampai tiba-tiba dia dapat sebuah pekerjaan yang aku sendiri pun sudah memaksanya untuk berhenti, tapi dia selalu menolak dengan kasar!"
Alis Aulia saling bertaut. "Apa pekerjaan itu membahayakan kamu Bulan?"
Bulan mengangguk pelan, kuku tangannya memutih karena mengepal kuat. "Mu-mucikari, kalau tidak salah itu namanya. Mas Haris selalu membawa ku ke tempat-tempat aneh lalu memaksa untuk melayani 'pelanggannya'. Foto ku tersebar dimana-dimana. Dan... dan anak itu ... adalah buah dari perbuatan ini."
"Jangan bercanda!" Aulia terbelalak tidak percaya.
"Aku serius! Itu sebabnya aku menyuruh Riana untuk membawa anakku menjauh. Lingkungan ku terlalu berbahaya untuknya, aku tidak bisa lepas begitu saja dari Mas Haris. Kamu tau aku hampir berkali-kali kelihilangannya selama dia masih berada dalam kandungan, aku tidak mau dia hidup menderita, semakin dia jauh semakin aman, tolong bantu aku Aul..."
"Aku nggak sejahat itu untuk memisahkan Ibu dari anaknya, pasti ada jalan keluar lain."
"Tapi kamu lebih jahat kalau membiarkan anakku tumbuh menderita bersamaku. Setelah aku menceritakan semuanya, aku harap kamu bisa mengerti, tolong..." desak Bulan sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
"Anak itu kamu, Aluca."
Satu kalimat membuat semua yang hadir terhenyak. Klana diam membisu di tempat, terkejut sampai lidahnya kelu.
"Kami kebingungan, buntu di tengah jalan. Karena nggak ada pilihan lain, akhirnya Tante juga berusaha membujuk Riana agar dia mau membawamu pergi, mengasingkan kenangan itu dari ingatan kamu. Kalau kamu tidak pernah tau apapun tentang Bulan, alasannya karena Bulan sendiri yang meminta Riana untuk menyembunyikan semuanya dari kamu, Al. Bulan sudah cukup menderita selama hidupnya, dia nggak mau kamu juga merasakan hal yang sama."
Aluca merasakan sesak setelah mendengar cerita Aulia, tangannya mengepal meremas jemari, matanya terpejam memaksa air mata untuk berhenti keluar, deru napasnya terdengar diantara isak kecil tertahan.
"Padahal Al lebih baik hidup menderita asal itu sama Bunda, Al bisa bertahan kalo ada Bunda. Kalo Bunda pergi, buat apa Al bertahan? Disini nggak ada yang peduli."
Kepalanya sakit, penglihatannya membaur, suara yang bisa ia dengar hanya mendengung tidak jelas. Aluca bergerak meringkuk memeluk tubuhnya sendiri, semua sentuhan yang ia terima ditepis kasar, tidak membiarkan siapapun mendekat.
"Siapa gue sebenernya? Gue sendirian..."
Racauan dan tangisan Aluca membuat beberapa orang di sana ikut merasa iba. Aulia mengusap air matanya berkali-kali, lalu meminta Klana untuk mundur agar ia mendapat ruang untuk memeluk Aluca.
Aulia juga menarik Nathan agar mendekatinya. Kemudian Aulia segara memeluk dua anak laki-laki itu erat. "Ini keluarga kamu, sayang."
Nathan tidak berkomentar mengenai kalimat yang dilontarkan oleh ibunya, Ia yang biasanya membantah hanya bisa terdiam setelah mendengar semua cerita kelam Bulan. Dalam lubuk hatinya Nathan merasakan penyesalan sekaligus perasaan bersalah yang amat besar.
"Udah gue duga, Tante Bulan itu orang baik. Sayangnya dunia selalu jahat sama dia."
Tok! Tok! Tok!
"Maaf, Tuan Nyonya menganggu waktunya. Di depan ada dua orang yang hendak bertamu, namanya Ibu Riana sama Pak Bima."
TBC
Tadinya mau up kemaren, tapi nggak jadi.
Eh btw selamat menjalankan ibadah puasa teman-teman 🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
ALULANA [END] ✓
Ficção Adolescente"Gue sakit. Kalo bukan karena Bunda mungkin gue udah mati dari dulu." ******************** [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Sejujurnya, sulit sekali untuk mendeskripsikan mereka berdua menjadi beberapa baris kata yang harus aku tuangkan ke dalam cer...