ALULANA 07

153 11 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haloo lama nggak ketemuuu

15-08-2022

•ALULANA•

Saat pintu terbuka, nampak seseorang dengan perawakan tinggi berdiri gagah di seberang meja kerjanya. Jam sudah hampir tengah malam, sunyi mendominasi ruangan yang hanya berisikan dua orang ini.

Dengan kaki jenjangnya laki-laki itu melangkah mendekati Aluca, di tangan kanannya terdapat berkas berwarna biru--yang Aluca tidak tahu apa isinya. Dengan satu tarikan laki-laki bertubuh gagah itu melepas kaca mata yang bertengger di hidungnya.

"Ada apa, Al, kamu tahu saya sedang sibuk sekarang."

Yang diajak bicara diam beberapa detik, lantas menunduk merasa bersalah. "Maaf."

Bima mengerti, dan memegang bahu
Aluca dengan satu tangan, "Bisa kita bicarakan ini lain kali?"

"Ini udah satu minggu. Harusnya waktu itu cukup buat dokter ngurusin semuanya."

Alis lelaki yang berprofesi sebagai dokter itu terangkat, kepalanya reflek menggeleng heran. Keras kepala Aluca memang kerap kali kambuh.

"Kamu udah tahu sesibuk apa saya saat ini, Al. Memangnya tidak bisa lain kali? Harusnya kamu mengerti," timpal Bima sedikit meninggikan suaranya.

Kepala Aluca semakin tertunduk, "Aluca udah banyak ngerepotin, maaf sekali lagi."

Setelah beberapa detik suasana lengang, terdengar embusan nafas yang panjang.

"Apa yang membuat kamu seteguh ini Al?" tanya Bima dengan dahi berlipat.

Aluca mengangkat bahu singkat. "Aluca bosen, seharian cuma mondar mandir nggak ada tujuan."

"Hanya dengan alasan itu kamu terus mendesak dan membuat saya meninggalkan banyak tugas penting, Al?" Intonasi bicara Bima belum membaik, laki-laki itu semakin heran setelah mendengar alasan tidak masuk akal dari Aluca.

Setelah menghela napas kasar, Bima melangkah menuju meja kerjanya, mengambil salah satu berkas yang tersimpan rapi di dalam laci. Berkas berwarna kuning itu lantas diberikan kepada Aluca yang masih geming dari ambang pintu.

"Saya udah coba bicara sama Riana, tapi dia juga sama sibuknya. Jadi saya pikir untuk mengurusnya semuanya sendiri tanpa ada campur tangan dari Tante kamu itu. Ini mungkin sedikit mendadak tapi kamu udah boleh masuk lusa nanti, Al."

Kepala Aluca yang semula menunduk kembali terangkat senang, netra cokelat itu menerawang tatapan Bima untuk mencari kebohongan, nyatanya bisa Aluca lihat kalau Bima mengatakannya dengan sungguh-sungguh, senyuman manis diantara keduanya ikut tercetak lebar. Aluca tidak bisa mengungkapkan rasa terimakasihnya dengan kata-kata, yang ia lakukan hanya memeluk Bima dengan erat.

ALULANA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang