08-November-2022
• ALULANA •Semalam, Aluca tiba-tiba menelepon
Klana dan memintanya untuk pergi ke tempat di mana mereka pertama kali bertemu setelah empat tahun, halte itu. Klana mengerti kenapa Aluca mengajaknya untuk bertemu, hubungan mereka akhir-akhir memburuk, Aluca pasti sedang berusaha untuk memperbaikinya.Duduk sendirian di bangku halte, mengayunkan kedua kakinya untuk menghilangkan bosan, Klana sekali lagi melirik pada jam tangannya. Aluca selalu telat, bahkan saat pertemuan kedua mereka setelah empat tahun, laki-laki itu tidak datang tepat waktu sesuai apa yang ia janjikan.
Untung saja pagi menuju siang ini cuacanya tidak begitu panas, kondisi langit tertutupi awan putih seluas mata memandang. Klana jadi takut hari ini akan turun hujan. Langit tidak bisa ditebak.
"Maaf lagi karena gue telat."
Seperti biasa, laki-laki itu datang dengan pakaian kusut usai berlari, peluh menetes dimana-mana, wajah pucat, rambut basah dan berantakan.
Lama-lama Klana mulai terbiasa. Gadis itu menghela napas, beranjak dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Kenapa kamu suka banget terlambat, Al?"
Klana mengusap wajah berkeringat Aluca dengan lap wajah yang selalu dibawanya kemana-mana. Ini memang lap wajah khusus untuknya, tapi nanti bisa saja Klana harus punya lap wajah khusus untuk Aluca juga.
"Gue bangun kesiangan, jam tidur gue selalu berantakan."
Aluca tersenyum seraya mengucapkan terimakasih setelah Klana selesai membersihkan wajahnya.
Mereka berdua duduk di atas bangku. Aluca menatap wajah Klana yang terlihat kusut, mungkin karena lama menunggu.
"Oh ya, hari ini gue mau ngasih tau sesuatu sama lo," celetuk Aluca.
Dahi Klana mengernyit. Lelaki berambut hitam itu menoleh ke sekeliling, tak lama kemudian Aluca berdiri menghampiri sebuah tanaman kecil yang tak jauh dari mereka.
"Kamu mau ngasih aku ulet, Al?" tanya Klana malas.
Aluca tidak menjawab. Tidak lama kemudian ia kembali duduk di samping Klana. Di tangannya terdapat lima buah bunga berukuran kecil, empat diantaranya berwarna kuning, tapi satu yang lain berwarna putih.
"Kamu ngapain bawa bunga-bunga ini ke sini?"
Aluca tersenyum singkat. Ia mulai menyematkan bunga berwarna putih di telinga Klana, lalu menyisakan empat bunga kuning di tangannya. Aluca mengangkat bunga-bunga itu diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALULANA [END] ✓
Подростковая литература"Gue sakit. Kalo bukan karena Bunda mungkin gue udah mati dari dulu." ******************** [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Sejujurnya, sulit sekali untuk mendeskripsikan mereka berdua menjadi beberapa baris kata yang harus aku tuangkan ke dalam cer...