ALULANA 21

121 10 0
                                    

04-Desember-2022• ALULANA •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

04-Desember-2022
ALULANA

Panas matahari bersinar terik siang ini, Riana membenarkan letak kaca mata hitamnya sambil berjalan menuju mobil pribadi. Ada seorang supir disana, sedang menunggu dengan handphone di genggamannya.

"Nggak yakin aku, setengah harga aja!"

"..."

"Ck, gak bisa aku kalo harus ke Bandung malam ini, ada kerjaan. Tolong kau sewakan aja dulu."

Tangan si supir memegang sebuah foto seorang wanita. Ia masih tidak sadar ada Riana yang sedang berjalan mendekat, dan sekarang sudah berdiri di belakangnya.

"Nah iya. Nanti aku kasi lebih, gampang!"

"Apa yang gampang?"

Supir itu tersentak, ia berbalik kemudian mematikan sambungan teleponnya sepihak. Seorang supir yang berusia hampir 40 tahunan, kulitnya sawo matang, ada beberapa helai di rambutnya berwarna putih tersenyum ramah kepada Riana, menundukkan kepalanya takut. "Maaf Nyonya, saya kira tidak ada Nyonya di belakang."

Riana melirik foto yang berusaha supirnya sembunyikan, menunjuknya dengan dagu. "Berikan fotonya."

"Eh?" Supir itu gelagapan. "Ini nggak penting, Nyonya."

"Penting atau tidak, apa urusannya dengan kamu?"

Si supir semakin ketakutan. Sambil menahan napas ia menggeleng cepat.

"Berikan."

Pria setengah baya itu tidak bisa menolak. Dengan tangan bergetar menyerahkan sebuah lembar foto kepada Riana.

Mata Riana membelalak melihat seseorang dalam foto tersebut. Orang itu tersenyum manis, sama seperti senyum tujuh belas tahun lalu. Riana memegangi dada, napasnya memburu.

"Nyonya?"

Mata Riana melirik sengit. "Jelaskan apa ini?"

Pria itu terdiam.

"Jawab!"

"Dia salah satu pekerja di sebuah Club Bandung, Nyonya. Biasanya wanita itu akan menawarkan tubuhnya kepada para pengunjung melalui perjanjian satu malam. Maaf, Nyonya, tapi saya janji hal ini tidak akan membuat saya mengabaikan tugas."

Pasokan udara di sekitar Riana menipis, dadanya bertambah sesak. "Ternyata selama ini kamu masih hidup."

Riana tersenyum, pertama kalinya supir itu melihat atasannya tersenyum seperti ini. Namun tak berlangsung lama, senyuman Riana lenyap. Sorot matanya berubah, seakan tersirat kebencian dan sebuah dendam.

"Sebagai pelacur."

Si supir bingung harus bagaimana. Riana sepertinya marah. Beruntung handphone Riana tiba-tiba berbunyi, sehingga ia bisa bernapas lega karena seseorang telah menyelematkan nyawanya.

ALULANA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang