ALULANA 32

130 6 0
                                    

•ALULANA•11-April-2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ALULANA
11-April-2023

Tiga puluh menit lalu Klana pamit untuk ke villa sebentar, meninggalkan Aluca sendirian berkecamuk dengan banyak hal di kepalanya. Aluca ingin menahan Klana untuk tetap di sini, sayangnya tidak bisa. Setelah pergi yang Aluca lakukan hanya menatap langit-langit ruangan tanpa berkedip.

Tok! Tok! Tok!

Setelah ketukan ketiga seseorang masuk dengan rambut setengah basah. Di luar hujan memang masih asik mengguyur deras, meluapkan semua yang ditanggung oleh awan. Aluca menyadari keberadaan orang itu lewat ujung matanya, Ia memilih tidak acuh sedikitpun.

"Tadi Klana minta tolong sama gue buat nemenin lo," ujar Nathan, menyugar rambut basahnya.

Nathan dapat hanya diam. Walaupun kesal, sebenarnya Nathan juga tidak terlalu memperdulikan itu. Nathan memutuskan duduk di sofa sambil memainkan handphone. Sesekali matanya melirik Aluca, takut lelaki itu membutuhkan sesuatu. Bagaimana pun Klana sudah mempercayakan Aluca pada Nathan.

Lima menit, sepuluh menit kemudian Aluca tidak mengatakan apa-apa, bergerak saja tidak sama sekali. Nathan beralibi mengambil sesuatu di laci yang kebetulan terletak di samping bangsal. Ia mengintip Aluca masih asih menatap atap, tidak sama sekali memperdulikan keberadaan Nathan. Nathan mendengus, menutup laci dengan kasar.

Apa yang Nathan harapkan? Tidak ada respon dari Aluca.

"Lo anggap gue disini nggak sih?" Suara Nathan sedikit naik.

Hembusan kasar keluar dari mulutnya saat Aluca tetap bergeming. Nathan akhirnya memutuskan untuk kembali pada kegiatan awalnya di sofa, tapi sebelum itu Aluca tiba-tiba menahan tangan kanan Nathan, lelaki itu juga menatap kearahnya. Alis Nathan terangkat. "Apa lo pegang-pegang?"

Tangan Nathan menarik kursi, duduk sambil mengangkat kaki kemudian bersedekap. "Tadi gue ngomong lo pura-pura nggak denger, giliran mau pergi malah dicegah," cibir Nathan, jelas sekali cowok itu menahan kesalnya.

"Lo punya kertas sama pena?"

Nathan sempat termangu mendengar suara serak Aluca yang terdengar lirih di telinganya. Jika Nathan sadar, keadaan Aluca juga jauh dari kata baik--sangat jauh, garis bawahi itu. Kenapa Nathan tidak berpikir kalau Aluca bisa saja lemas untuk berbicara, itu sebabnya sedari tadi Aluca mengabaikannya.

Sempat berdehem, dahi Nathan berlipat, "Kenapa emangnya?"

"Gue minta tolong. Tulis surat dari gue, buat Klana..." tutur Aluca dengan suara pelan.

"Kenapa harus pake surat? Klana punya lo, Al. Gue nggak akan ambil dia dari lo lagi. Tinggal ngomong langsung aja sama dia apa susahnya, kan?"

Dengan gelengan pelan Aluca menyahut, "Kasih suratnya kalo gue udah nggak ada nanti."

ALULANA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang