19. Malu

27.8K 1.4K 5
                                    

Tandai typo
💸happy reading💸

Setelah kejadian malam tadi, Aza menjadi sedikit menjauh dari Arga karena malu. Arga pun sama, laki-laki itu sudah tidak terlalu manja kepada Aza.

"Ini kenapa pada diem-dieman?" tanya bunda intan penasaran. Kemarin saja nemplok-nemplok kayak cicak, sekarang kok kayak orang nggak kenal.

"Gapapa, Bun," jawab mereka bersamaan. Semuanya pun kembali fokus pada makanan masing-masing.

Kalian mau tau apa yang terjadi semalam?
Nggak mau?
Oke. Intinya ya gitu deh...
Jangan sok polos kawan-kawan:)

"Kak, sini cek suhunya." Aza memberanikan diri untuk mendekati Arga yang tengah selesai berganti baju.

Arga duduk di pinggiran ranjang sembari menatap Aza yang juga tengah menunggu hasilnya.

"34,3 derajat," gumamnya sembari tersenyum. Oke, Arga sudah dinyatakan sembuh.

Aseekk bisa gitu ya.

"Tapi besok nggak boleh kerja dulu," lanjutnya dengan tatapan tajam membuat Arga mendesah kecewa.

"Saya sudah 3 hari tidak masuk," jelas Arga dan tentu saja diangguki Aza. Aza tau Arga sudah 3 hari tidak masuk kerja.

"Terus?"

Arga menghela napasnya pelan. "Oke, tapi lusa saya harus masuk," ucapnya dengan nada yang terdengar tidak menerima penolakan.

"Oke."

Aza hendak melangkahkan kakinya menuju pintu kamar namun langsung ditahan oleh Arga.

"Kenapa kak?" tanya Aza penasaran. Bukannya menjawab, Arga malah menatapnya lekat membuat Aza salting tidak karuan.

"Bahaya ni orang. Pengen gue pites deh," batinnya geram. Setelahnya Arga menarik tangan Aza agar gadis itu duduk di pangkuannya.

"Aduh," pekiknya kaget karena perlakuan tiba-tiba dari Arga. Jantungnya berdetak bukan main saat Arga yang mulai menyentuh rambutnya dan menyelipkannya di belakang telinga.

"Rambut kamu.....wangi," ucapnya kemudian mendekatkan wajahnya kearah rambut Aza.

"Hehe, habis keramas kak."

Arga mengangguk. Ia semakin mengeratkan pelukannya dan semakin mengirup aroma shampo yang digunakan Aza.

"Pakai ini setiap hari."

"Saya suka"

_______

Kini Aza sedang mencuci piring sembari senyum-senyum sendiri. Aahh, perlakuan Arga tadi membuat jantung Aza berdetak dengan cepat.

"Aaaaa," teriaknya tertahan membuat Afka yang baru saja datang hendak mengambil minum terdiam menatap kakak iparnya itu.

"Kakak ipar gue nggak lagi kesurupan kan? Sumpah. Gue belum punya ponakan ini, tolong dong setan keluar dari tubuh kakak gue," batinnya.

"Kak..." Panggilnya pelan namun Aza bukannya menjawab malah semakin mengembangkan senyumnya.

"Wah, nggak beres nih," ucapnya. Dia segera mengambil air putih lalu entah maksudnya apa Afka malah menjadi dukun dadakan.

My Perfect Doctor! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang