Happy reading
Jangan karena liat judulnya trs gajadi baca...
Hmmmm
•tandai typo•
Pelan pelan bacanya...
Aku gabisa bikin cerita yang bikin nangis"Bunda," panggil Aza ketika ia sudah sampai di depan UGD. Ia kaget. Sangat kaget ketika mendengar Keyla mengucapkan kata itu. Ia kembali mengingat ketika Arga kecelakaan beberapa bulan lalu.
"Bunda gimana keadaan kak Arga?" tanyanya namun dibalas gelengan oleh bunda intan. Aza menghela napasnya kasar.
"Kak Arga kok bisa kecelakaan, yah?" tanyanya kepada ayah mertuanya.
"Yang ayah dengar dari beberapa saksi, ada truk yang mengalami rem blong dan hilang kendali, selanjutnya dia menabrak mobil suami kamu. Ayah nggak tau pasti gimana kelanjutannya yang jelas mobil suami kamu hancur," jelas ayah Aldi membuat Aza meringis ngeri.
Tidak terbayang bagaimana nasib suaminya saat itu. Tak terasa air mata Aza sudah menetes membasahi pipi mulusnya. Ia hanya bisa berdoa sekarang agar suaminya itu bisa pulih kembali.
_____
Sudah hampir 5 jam Aza menunggu namun dokter sama sekali belum memberi kejelasan terkait keadaan Arga.
Kini yang tersisa di rumah sakit hanya Aza, Afka, Iqbal dan Keyla. Semuanya pamit pulang karena ingin mengemasi barang-barang dan membersihkan diri.
"Kakak yang tenang, bang Arga pasti baik-baik aja. Kan bang Arga kuat," ujar Keyla berusaha menenangkan kakaknya itu.
Dalam hati Aza terus saja berdoa agar suaminya itu pulih kembali. Dia tadi mengintip dari luar dan...Aza tidak sanggup membayangkannya.
Arga memang belum sadarkan diri dan kata dokter kondisinya masih tidak terlalu buruk namun cukup mengkhawatirkan.
Aza melihat dokter dan suster yang masuk ke dalam untuk memeriksa kembali keadaan suaminya. Ia hanya menghela napas kemudian lanjut berdoa kepada yang kuasa agar suaminya bisa cepat sadar.
"Apakah ada istri dari bapak Arga?" tanya dokter setelah keluar dari ruangan tersebut. Yang lainnya pun langsung berdiri.
"Saya istrinya dok," ucap Aza dan diangguki dokternya.
"Silahkan masuk, bapak Arga sudah sadar,"
"Alhamdulillah," semuanya bernapas lega. Aza pun langsung masuk ke dalam ruangan untuk menemui suaminya dan sementara yang lainnya masih menunggu di luar.
Air mata Aza tak terbendung lagi. Ia langsung memeluk suaminya erat dan menangis deras disana.
"Kak Arga ihh, kenapa ngagetin coba. Kemaren katanya mau pulang cepet, tapi kok pulangnya malah ke rumah sakit," ocehnya membuat Arga hanya bisa tersenyum tipis.
Kemudian laki-laki itu meringis membuat Aza langsung bangkit dan menatap suaminya itu. Wajahnya pucat dan sangat lemas seperti tidak bertenaga.
"Kak Arga mau apa?" tanyanya dengan air mata yang masih mengalir deras. Tangan kanan Arga berusaha untuk menggapai pipi Aza.
Dengan tangan yang bergetar, Arga mengusap pipi Aza yang basah karena air mata. Kemudian laki-laki itu berbicara namun sama sekali tidak mengeluarkan suara.
Namun Aza bisa menangkapnya lewat gerakan mulut suaminya itu.
"Jangan nangis"
Dengan cepat Aza langsung mengusap pipinya dan tersenyum lebar. "Nggak, Aza nggak nangis. Ini cuman kelilipan," elaknya membuat Arga tersenyum.
"Cantik," ujarnya lagi tanpa suara membuat Arga tersenyum. Mata teduh Arga menatap mata Aza dengan penuh kasih sayang membuat Aza kembali berkaca-kaca.
"Kak Arga cepet sembuh," ujarnya dengan nada bergetar.
Arga tidak membalas. Laki-laki itu kembali meringis membuat Aza kelimpungan. "Kenapa kak? Mana yang sakit?" tanyanya panik.
Arga memejamkan matanya. "S-sakitt," lirihnya pelan.
"Kak.."
"Dokter, dokter," panggil Aza membuat dokter yang masih berada di depan ruangan Arga itu pun masuk.
"Dokter, suami saya." Aza tidak mampu melanjutkan ucapannya. Yang ia bisa kini hanya menangis membuat mereka semua yang ada di dalam turut masuk karena penasaran.
"Kak, Abang kenapa?" tanya Afka ketika melihat kakaknya yang sedang diperiksa oleh dokter.
"Mohon maaf untuk keluarga, dimohon untuk keluar terlebih dahulu karena akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," ujar seorang suster membuat mereka mau tak mau keluar.
"Suster, tolong kakak saya," ujar Afka yang sudah berkaca-kaca hendak menangis.
"Baik, kami akan usahakan semaksimal mungkin." Setelahnya pintu ditutup. Afka dan Iqbal menghela napasnya pasrah sedangkan Aza menangis di pelukan Keyla.
"Key, kak Arga," gumamnya. Keyla hanya mampu mengelus punggung sang kakak dan hanya memberikan kata penenang. Selain itu tidak ada yang bisa Keyla lakukan.
Setelah hampir 30 menit, dokter keluar dengan wajah yang sulit ditebak membuat mereka menjadi gusar. Apakah ini berita baik? Atau justru berita buruk?
"Keadaan bapak Arga semakin memburuk. Kami tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya karena kecelakaan tadi cukup fatal," jelas dokter. Semuanya hanya bisa terdiam sembari menunggu dokter melanjutkan ucapannya.
"Sekarang bapak Arga dinyatakan kritis dan kami tidak tau pasti kapan beliau akan sadar," lanjutnya membuat tangis Aza langsung pecah.
"Kami turut prihatin atas keadaan bapak Arga, semoga segera diberikan keajaiban. Permisi."
Kaki Aza seakan lemas. Aza jatuh terduduk di lantai sembari menumpahkan tangisnya. Laki-laki kuat yang selalu berada di sampingnya kini sedang berjuang demi kesembuhannya.
Aza tidak menyangka, sikap manis Arga kemarin-kemarin ini adalah pertanda bahwa Arga akan meninggalkan Aza untuk sementara.
"Kak Arga..."
"Kakak yang sabar, pasti bang Arga bisa sadar lagi," ujar Iqbal. Laki-laki itu langsung memeluk kakaknya yang rapuh. Dia juga sama sedihnya, namun dia hanya bisa memendam.
Sedangkan Afka laki-laki itu yang memang dasarnya cengeng sudah tidak bisa membendung lagi air matanya.
Kakak laki-lakinya yang paling kuat, kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan beberapa selang di sampingnya.
Ia merogoh ponselnya yang ada di saku celana kemudian menekan tombol telepon.
"Ayah, bang Arga"
Hanya itu yang Afka ucapkan. Setelahnya anak laki-laki itu langsung menyimpan kembali ponselnya dan menghampiri kakak iparnya.
"Kak, Abang pasti kuat. Percaya sama Afka, Abang pasti sadar." Afka memegang erat tangan kakak iparnya itu. Ia sama sedihnya dengan Aza, namun ia harus bisa kuat demi kakak iparnya itu.
Maaf sumpah kalo aku sotau tentang ya apapun itu kayak omongannya dokter atau segala macem soalnya aku itu nge search di google tapi nggak seberapa ngerti alias masih agak ngang ngong ngang ngong
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Doctor! [END]
Teen Fiction🚨CERITA INI KEMBALI LENGKAP🚨 "Kak Arga nanti maunya punya anak berapa?" "2" "2 aja?" "25 maksudnya" "Hahh??" °°° Mengkisahkan tentang dua anak manusia yang memang sudah saling mengenal dan bahkan saling menyimpan rasa sejak SMA. Namun memang y...