note : bab ini belum di revisi
Selamat membaca ~
.
.
.
Pangeran Athar menundukkan wajahnya menatap lantai kamar pribadi milik orangtuanya yang terlihat hangat dan tebal. Sungguh bertolak belakang dengan suasana hatinya saat ini yang dingin.
"Ayahanda.. Ibunda.. aku tahu aku sudah membuat kalian semua kecewa. Tapi bagaimana pun ini semua sudah terjadi. Aku memang tidak bisa meninggalkan kewajibanku untuk menjadi penerus Raja. Aku tahu rakyat Bota membutuhkanku untuk menjadi Raja. Mereka adalah tanggung jawabku." Pangeran menjeda kalimatnya sembari mengangkat wajahnya dan menatap dalam kedua orangtuanya.
"tapi Asya sedang mengandung darah dagingku. Mereka juga tanggungjawabku yang Mulia. Ada darah keturunan Rashaad dalam rahim Asya. aku tidak bisa memilih untuk merelakan salah satu dari mereka semua. Baik itu rakyat Bota, Asya maupun Amira. Bagiamana pun caranya aku harus memiliki mereka semua meskipun anggota keluarga Kerajaan menentang keberadaan Asya karena hanya rakyat biasa dan bukan berasal dari Negara kita." Tegas pangeran Athar.
Matanya tajam menatap Baginda Raja sembari menahan airmatanya, membuat mata Pangeran terlihat merah dan berkaca kaca. Tangannya dengan erat terkepal di samping tubuh tegapnya.
Raja yang mendengar pernyataan putranya itu memejamkan matanya. Kepalanya serasa berdenyut memikirkan apa yang sedang terjadi ini.
Sedangkan Ratu terus menangis. Masih duduk di atas ranjang di belakang Raja.
Lama terdiam, kemudian terdengar Raja menghembuskan nafas panjang.
"oke" Raja mulai membuka matanya kembali.
"aku juga tidak bisa mengembalikkan keadaan. Pikirkan bagaimana langkah selanjutnya Athar. Aku harap kau bisa melindungi semuanya seperti perkataanmu tadi."
Raja berdiri dan meninggalkan ruangan itu dengan tidak lupa menepuk pundak kanan putranya. Kemudian bergegas pergi. Meninggalkan Pangeran Athar bersama Ibunda Ratu.
Pangeran menatap nanar pada ibunya yang masih menangis dalam diam. Kemudian melangkah mendekat ke ranjang ibundanya dan meletakkan kepalanya di paha sang ibunda sembari memeluknya.
"maafkan Athar sudah membuat Ibunda bersedih dan kecewa. Tapi sungguh Athar tidak pernah memang berniat untuk menyakiti seorang wanita mengingat aku punya Ibunda dan saudari saudari yang juga wanita. Asya memang datang ke dalam hidupku atas ijin dan cara dari Tuhan Bu. Semua kejadian ini adalah buktinya" Pada akhirnya Pangeran Athar bisa meluapkan apa yang di pikirkan selama ini ke Ibundanya sendiri.
Ratu menatap putranya penuh makna. Tangannya mengusap rambut Pangeran Athar lembut. Tidak lama Ibunda Ratu tersenyum.
"Pangeran Athar. Biarkan Ibunda menemui menantu Ibu. Aku ingin memberikan berkat dan juga doaku untuknya dan juga cucuku"
Pangeran Athar mendongak menatap terkejut kearah Ibunda Ratu. Wajahnya yang sendu kembali merona senang setelah mendengar perkataan dari Ibu kandungnya itu.
"pasti. Aku pasti akan membawa kalian untuk bertemu. terimakasih banyak Ibunda" ucap Pangeran Athar kembali memeluk Ibunya erat.
**
Di Rumah Sakit. Ruang VVIP.
Kenzo yang masih menggunakan kacamata hitamnya berjalan keluar dari lift pribadi khusus untuk lantai ruang rawat VVIP di kawal oleh Grek dan beberapa bodyguardnya. Berhenti di depan kamar VVIP yang di jaga beberapa bodyguard dan Sekertaris Duta yang duduk di salah satu sofa tunggu di depan ruang rawat Asya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Pangeran | END
Romancemenikah dengan pria yang dunianya berbeda denganku . aku hanya rakyat biasa sedangkan dia seorang penerus Raja . aku sangat tahu diri , tapi kenyataan membuatku harus berada di sisinya walaupun sulit karena satu hal . aku mengandung darah dagingnya...