Map 69

1.3K 79 1
                                    


Selamat membaca :)

^

.

.



Asya tidak sadarkan diri, setelah memuntahkan banyak cairan bening akibat mual hebatnya. Beruntung Athar terus menemaninya dan dengan sigap membawanya ke ranjang.

Toktoktok~

"Masuk!" titahnya.

"Pangeran.. Dokter datang." ucap salah satu pelayan.

"Periksa sekarang." Dokter wanita itu pun segera memeriksa keadaan Asya bersama ke dua perawat yang datang bersamanya.

Ketika sudah selesai, Dokter wanita itu menoleh ke arah Athar yang masih dengan setia duduk di sofa dalam kamar.

"Pangeran Athar. Kami sudah selesai."

"Jelaskan!" titah Pangeran Athar.

"Menurut saya, Nyonya Asya sedang mengandung. Kemungkinan besar saat ini masih di tahap awal kehamilan, karena itu Nyonya sering mual dan mudah lelah.. Untuk detail usia kandungan dan kesehatan janinnya, sebaiknya Nyonya Asya di bawa ke spesialis kandungan, untuk pemeriksaan lebih lanjut." jelas Dokter.

Tangan Athar mengepal erat. Wajahnya menunduk. Tidak ingin orang orang di sana melihat jelas raut wajahnya, saat sedang marah dan kecewa.

"Kalian semua keluar." perintahnya dengan suara rendah.

Dokter dan ke dua perawatnya pun segera meninggalkan ruangan itu.

'Sial! Asya mengandung anak Kenzo.. Kenapa Asya tidak mengatakannya padaku? Apa Asya juga belum tahu? ARGH! SIALAN! Kenapa hatiku sesakit ini?' batin Athar.

Dengan hati yang tidak menentu, Athar berjalan mendekat ke samping ranjang. Membenarkan selimut Asya dan menatapnya lekat

"Beri aku waktu untuk menerima semua ini, Asya. Tapi satu hal yang pasti, aku sangat mencintaimu dan tidak akan pernah melepaskanmu lagi, bagaimana pun caranya." gumam Athar walaupun tidak di dengar Asya.

Athar turun ke lantai dasar. Di ikuti Paman Jo "Tolong, panggilkan Sita kemari."

"Baik, Pangeran Athar."

••

cklek.

Pelayan Sita, di bantu Paman Jo, berjalan memasuki ruang kerja Pangeran Athar.

Setelah insiden penyerangan di rumah rahasia Kenzo. Sita dan Jenny juga di rawat di sana dengan pengawalan ekstra, karena Jenny terus berusaha menerobos keluar dan memaki bodyguard Athar untuk segera melepaskan Nyonya Asyanya.

"Pangeran.." Paman Jo memanggil Athar yang sedang duduk di kursi kerjanya, menghadap jendela.

"Ada Sita di sini."

Sita tertunduk, tidak berani menatap Athar meskipun Pangeran Athar membelakanginya.

"Ma-maafkan saya, Pangeran Athar.."

Sita segera bersujud dan memohon ampun. Walaupun kakinya masih belum sembuh benar.

Mendengar ucapan itu, Athar memutar kursinya menghadap Sita dan Paman Jo.

"Maaf? Jelaskan permintaan maafmu ini." Athar menatap lekat ke arah Sita yang terus menunduk dan berlutut di hadapannya.

"Maaf, karena tidak berpihak pada Anda, Pangeran.. Mohon ampuni saya.."

Mengandung Anak Pangeran | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang