Map 40

25K 1.2K 72
                                    

note : bab ini belum di revisi !

Selamat membaca 🦋

.

.

.

Pangeran Athar memeluk erat istrinya yang sedang duduk di atas ranjang pasien itu. Entah kenapa Asya ragu membalas pelukan suaminya. Asya teringat kejadian di mansion.

Sejak semua orang pergi meninggalkannya seorang diri di mansion untuk mengantar Amira. Asya mulai berfikir kalau dia memang tidak seharusnya ada di antara Pangeran Athar dan Nona Amira. Asya merasa seperti penghancur kebahagiaan wanita lain.

Walaupun Asya juga sudah mulai tumbuh rasa pada Pangeran tapi ketakutannya lebih besar. Asya tidak mau egois yang bisa membahayakan keselamatan putranya. Tapi bagaimana Asya bisa pergi kalau Pangeran tidak mau melepaskannya?

Sejak saat itu Asya bertekad akan berusaha meyakinkan Pangeran agar melepaskannya supaya Pangeran Athar hanya focus pada Nona Amira yang juga akan menjadi istrinya. Asya ingin melanjutkan kehidupannya bersama putranya tanpa mengganggu kebahagiaan orang lain.

Asya mendorong perlahan dada Pangeran Athar hingga membuat jarak diantara mereka berdua.

Tentu saja Athar merasakan itu. Athar menatap wajah Asya dengan raut sedih dan bingung dengan sikap Asya.

"bagaimana keadaan Nona Amira?" Tanya Asya pada Pangeran.

"Amira sudah baik baik saja. tidak ada yang salah kecuali lengannya yang sedikit retak" jelas Athar pada Asya. membuat wanita hamil itu menghela nafas dalam dan menangis.

"kenapa kamu katakan hal itu Pangeran?" Tanya Asya lirih. Tangannya memukul mukul pelan dada bidang Athar sembari menangis.

"Nona Amira sampai jatuh dari tangga. Dia pasti marah dan benci padaku karena ucapanmu"

Athar menggelengkan kepalanya menatap sendu kearah Asya.

"no sayang. Ini bukan salahmu. Tapi semua salahku. Jangan menyalahkan diri kamu karena kecelakaan Amira"

"tentu saja semua salahmu! Kalau kau tidak egois dan mau melepaskan Asya, semua ini tidak akan terjadi" sungut Kenzo yang berdiri bersedekap tidak jauh dari ranjang Asya.

Athar menatap tajam kearah Kenzo kemudian kearah Bima juga.

"ini bukan urusan kalian. Jadi jangan ikut campur! Bisakah kalian keluar dari sini?! Aku tidak suka kalian terlalu menempel pada istriku!!"

Kenzo benar benar terpancing dengan ucapan Athar.

"brgsk kau Athar!!" Kenzo bergegas mendekat kearah Athar. Menarik kerah baju Athar dan mengayunkan satu pukulan ke wajah pria itu hingga jatuh di lantai.

Hal itu mengejuttkan Asya dan Bima yang ada disana.

"KENZO STOP!!" teriak Asya saat melihat Ken masih melanjutkan pukulannya ke Athar.

Tapi Kenzo tak menghiraukan teriakan Asya. dia tetap memukul Athar membabi buta. Athar yang juga terpancing pun mencari celah agar bisa membalas Kenzo dengan pukulan pukulannya. Dua pria dewasa itu berkelahi di kamar pasien Asya.

"Mas Bima. Tolong lerai mereka. kenapa kamu diam saja dan malah duduk santai??" Asya panic dan minta pertolongan pada Bima.

Tapi Bima malah menyilangkan kakinya dan menyesap minuman di meja tamu depannya.

"sudahlah Sya jangan khawatir. Mereka sama sama pria dewasa. Adu kekuatan itu perlu" ucap Bima dengan santainya yang membuat Asya membelalakan matanya tidak habis pikir.

Segera Asya dengan susah payah hendak menurunkan kakinya yang di perban itu. Tapi di saat kedua kakinya baru saja menggantung di pinggir ranjang.

"HENTIKAN!! KALIAN BUKAN ANAK KECIL!!" suara teriakan dari arah pintu ruang rawat Asya menghentikan mereka semua. Seketika itu mereka semua menoleh ke asal suara.

Amira berdiri di ambang pintu dengan masih memakai baju pasien dengan satu lengan kanannya di gips di dalam gendongan pundaknya. Berjalan kearah dua pria yang masih dalam posisi saling memegang erat baju satu sama lain.

Kemudian tangan kiri Amira menarik telinga kakaknya hingga Kenzo melepas Athar dan berjalan tertatih mengikuti adiknya.

"AA.. AA.. AAWW SAKIT RA LEPASIN! AW AW SAKIT SAKIT SAKIT"

Semua tertegun melihat apa yang di lakukan Amira kecuali Bima yang malah tertawa senang melihat adegan itu.

Dengan sebal Amira melepas jewerannya di telinga Kenzo. Dengan cepat Ken mengusap usap telinganya yang panas. Kemudian Amira berjalan perlahan mendekat kearah Asya yang duduk di pinggir ranjang dengan kaki yang masih menggantung.

Amira mengambil pelan tangan Asya dengan tangannya yang tidak di gips dan menggenggamnya. Dua wanita itu saling menatap dengan raut wajah yang nanar. Asya menegang sampai tidak bisa mengucapkan apapun.

"Asya.. aku jatuh ini bukan karena kamu. Jadi jangan menyalahkan diri kamu. Aku hanya terkejut saja dan tidak sengaja jatuh karena kelalaianku sendiri yang tidak hati hati" ucap Amira lembut pada Asya.

Semua pria yang ada disana tertegun melihat interaksi dua wanita di depan mereka.

Asya semakin menangis karena merasa bersalah sudah menyakiti wanita sebaik Nona Amira.

"Nona.. aku tidak akan merebut Pangeran dari Nona Amira. aku yakin Pangeran hanya merasa kasihan padaku jadi aku akan.."

"tidak Asya" sela Amira memutus kalimat Asya.

"kamu tidak boleh meninggalkan Pangeran. Anak ini butuh sosok ayah dan ibunya. Kamu jangan merusak kebahagiaan anak ini untuk keegoisan kalian. Tolong jangan pergi, biarkan Pangeran melakukan kewajibannya sebagai seorang ayah. Aku benar benar tidak apa apa Asya" mohon Amira pada Asya dengan tulus.

"RA!! Jangan mengorbankan kebahagiaan Asya dan kamu! Aku tidak rela kalian tersakiti hanya demi pria egois ini! dan aku yakin anggota kerajaan juga tidak akan mau Ra" sungut Kenzo.

"tidak kak. Ini semua demi anak yang di kandung Asya. dialah penerus Pangeran. Aku belum tentu bisa memberikan Pangeran anak karena penyakitku ini. setelah menikah aku akan berusaha meyakinkan para tetua kerajaan agar mau menerima Asya dan putranya. Jadi kamu jangan khawatir ya Sya. Aku akan selalu membantumu" Amira segera memeluk Asya yang masih menangis memikirkan keadaan rumit ini.

Sedangkan Pangeran Athar hanya bisa menundukkan kepalanya. Apa yang dikatakan Amira benar. Dia juga memang tidak mau melepas Asya. tapi sejujurnya Athar juga takut dengan apa yang akan di lakukan orang orang di sekitarnya pada Asya.

"kalian semua benar benar sudah gila! Oke kalau memang itu yang akan kalian jalani. Tapi kalau sampai terjadi apa apa pada Asya barang seujung kukunya saja. aku tidak akan segan lagi benar benar membawanya pergi dari hidup Athar! Ingat ucapanku!" tekan Kenzo dan berlalu pergi dari sana dengan kondisi yang sangat marah.

Di sudut lain Bima yang juga berada di dalam ruang rawat Asya mencerna semua yang terjadi dan hanya diam membatin dengan wajah serius 'pria itu juga sangat menginginkan Asya. sial.. sainganku semakin berat. Kenzo bukan orang sembarangan. Kalau saja Asya belum terikat pernikahan sah dengan Pangeran Athar dan karena permintaan adiknya. Aku yakin pria kejam itu pasti tidak akan mengembalikan Asya kemari dan benar benar membawa Asya pergi'...

Mengandung Anak Pangeran | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang