Selamat membaca :)
^
.
.
Pangeran Athar di temani Putri Amira dan Sekertaris Duta kembali ke kediamannya di Istana.
Selama perjalanan pulang, Pangeran Athar hanya diam. Dia hanya akan menjawab sangat singkat ketika ada yang bertanya atau bahkan hanya menganggukkan kepalanya saja.
Bahkan, Putri Amira yang berada tepat di samping Pangeran, seperti tidak di anggap. Sama sekali tidak membuat obrolan dengan Putri Amira. Jika Putri yang memulai pembicaraan, Pangeran Athar hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya, tanpa menatap lawan bicaranya.
Putri Amira bahkan tidak berani protes kepada Pangeran, ketika masih ada Sekertaris Duta bersama mereka.
'Huft.. Dia selalu mengabaikanku. Aku akan bicara padanya nanti, ketika sudah di kamar kami.'
**
Sesampainya mereka di dalam istana.
Pangeran Athar turun dari mobil setelah Paman Jo membukakan pintu.
"Selamat malam, Yang Mulia Pangeran." sapa Paman Jo memberi hormat.
Pangeran sama sekali tidak menjawab, moodnya benar benar hancur. Dia berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya, melewati beberapa pelayan yang siaga di depan. Membuat Putri Amira mau tidak mau berusaha mengikuti Pangeran di belakangnya.
Langkah Putri Amira tiba tiba terhenti. Mematung memandangi punggung suaminya dengan tatapan terkejut. Bagaimana tidak, saat ini Pangeran Athar bukannya naik ke lantai atas menuju kamar pengantin mereka, tetapi justru berbelok masuk ke dalam kamar yang adalah kamar Asya, di lantai 1.
Dada Putri Amira terasa sangat sakit, rasanya ada batu besar menimpa dadanya saat ini. Matanya memerah dan panas, seperti tak kuasa menahan airmatanya lagi. Dengan segera Putri Amira berlari naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Menghiraukan dekorasi kamar yang sudah di siapkan pelayan untuk pengantin baru itu. Putri Amira menghamburkan dirinya ke atas ranjang dan menangis sesenggukan, melampiaskan rasa sakit yang dia rasakan saat ini.
Setelah beberapa saat menangis, tiba tiba terlintas sesuatu di pikiran Putri Amira. Dengan segera dia mengambil ponselnya yang ada di dalam tas, kemudian menelepon seseorang.
**
Pangeran masuk ke dalam kamar Asya yang berada di kediaman pribadinya. Mengunci pintu kamar, kemudian melepas jas dan sepatunya sembari berjalan mendekat kearah ranjang dan duduk di ujungnya.
"Hhhh.." helaan nafas itu terdengar sangat berat.
Pangeran Athar mulai merangkak naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut. Beruntungnya Athar, ruangan itu masih meninggalkan aroma Asya.
Baru saja memejamkan matanya,
Tok tok tok~
Ketukan di pintu terdengar, namun Pangeran Athar malas menanggapinya.
Tok tok tok tok~
Ketukan pintu kembali terdengar.
"Yang Mulia Pangeran.. Ada Tuan Besar Hagar ingin menemui Anda," suara itu adalah suara Paman Jo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Pangeran | END
Romancemenikah dengan pria yang dunianya berbeda denganku . aku hanya rakyat biasa sedangkan dia seorang penerus Raja . aku sangat tahu diri , tapi kenyataan membuatku harus berada di sisinya walaupun sulit karena satu hal . aku mengandung darah dagingnya...