Map 62

3.6K 144 11
                                    


Selamat membaca :)

^

.

.


Sinar matahari menerobos ke dalam ruang kamar. Di dalamnya ada dua orang manusia yang sedang tertidur pulas di atas ranjang besar bernuansa putih.

Tubuh mereka sama sama polos, hanya tertutup oleh selimut putih.

Asya mulai mengerjapkan matanya karena silauan matahari dari luar jendela. Membuka matanya dan langsung di suguhi wajah tampan Kenzo yang masih tertidur pulas setelah permainan panas mereka, semalaman. Entah sudah berapa ronde semalam, pria yang dulu di sebut sebut adalah pria impoten ini menggempurnya.

Asya tersenyum mengingat apa yang terjadi.

Tapi seperti biasanya, setelah melakukan hal itu, Asya selalu teringat apa yang di lakukan Athar padanya. Karena trauma itu, Asya pasti menangis. Padahal, sebisa mungkin Asya melupakan kejadian buruk yang di alaminya 3 tahun yang lalu. Tapi tetap saja nihil, hal itu terus teringat dan membuat dada Asya sakit, bahkan terkadang sampai sesak.

"Jangan menangis, Sayang.." ucap Kenzo tiba tiba, meskipun mata pria itu belum terbuka. Hal itu membuat Asya tersadar dari lamunannya.

Ken membuka matanya perlahan dan menatap intens di kedua mata Asya. Mata wanita itu sudah basah karena menangis.

"Maaf, Sya.." Asya mengerutkan dahinya mendengar permintaan maaf Kenzo.

"Kenapa kamu meminta maaf? Kamu tidak melakukan kesalahan apapun, Zo." jawab Asya dengan kebingungannya.

"Jangan kira aku tidak tahu, kalau kamu selalu menangis setelah kita melakukannya, Asya."

DEG.

'Dia tahu?' batin Asya.

Asya tertegun, tidak tahu harus mengatakan apa. Dirinya sendiri pun tidak tahu, kenapa dengan dirinya yang seperti ini.

"I-ini.. ini bukan salahmu, Zo. Tapi, salahku sendir-" Asya tidak bisa melanjutkan kalimatnya, karena tidak bisa menahan tangisnya.

Melihat hal itu, Kenzo menjadi panic dan segera menarik Asya ke dalam pelukannya. Mengelus rambut dan punggung istrinya, perlahan.

"Hei, hei.. Sayang.. Jangan menangis seperti ini, aku mohon. Salahku atau bukan, jika kamu menangis di hadapanku seperti ini, aku pasti merasa bersalah." ucap Kenzo masih mendekap tubuh bergetar istrinya.

"Aku hanya merasa tidak enak padamu, Zo. Dengan sikapku yang seperti ini. Hiks hiks.." ucap Asya di sela sela tangisnya.

"Aku tidak menyalahkanmu, Asya. Aku hanya tidak ingin kamu terus menerus menangis." Kenzo melepas pelukannya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Asya. Tangan kanannya bergerak mengelus pipi Asya.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan.. Itu juga bukan salahmu, Asya.. Itu adalah traumamu. Tidak perlu menjelaskan apa yang kamu rasakan kalau itu berat. Cukup ingat, ada aku dan bersandarlah padaku, supaya kamu kuat. Aku akan menemanimu menyembuhkan rasa sakit itu." jelas Kenzo, kemudian mencium kening Asya dan tersenyum tulus menatap wanita yang di cintainya itu.

'Aku berjanji akan melindungi kamu dari orang orang yang berusaha menyakitimu, Asya. Baik itu Athar, Ayahku maupun Adikku Amira. Mereka akan tahu akibatnya, jika menyentuhmu barang seujung kuku saja.' batin Kenzo.

**

Dua bulan sudah berlalu. Asya dan Kenzo sudah kembali ke mansion mereka di dalam hutan.

Asya kembali ke sana karena permintaan Asya sendiri. yang sudah nyaman di salah satu tempat rahasia Ken itu, bersama semua pelayan dan pengawal Kenzo.

Mengandung Anak Pangeran | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang