Map 72

2.1K 123 8
                                    


Selamat membaca :)

^

.

.


Langit mulai menggelap. Udara di sekitar mansion Bima juga semakin dingin.

Asya membawa As untuk masuk ke dalam rumah.

Baru saja melewati pintu yang terbuka. Langkah Asya terhenti. Dia tidak sengaja melihat sebuah dasi yang tergeletak begitu saja di lantai dekat pintu.

"Bunda, kenapa berhenti? Ayo, masuk. As kedinginan." tanya As, saat menyadari Bundanya berhenti.

Asya mendongak, menatap As yang terlihat mengeratkan selimut yang mereka pakai tadi.

"Emm.. As pergi duluan ke atas ya, sayang. Bunda mau ke dapur sebentar. Setelah itu Bunda susul ke atas. Oke!?" ucap Asya, yang kemudian di angguki oleh As.

"Oke, Bunda." As pun melangkah naik ke lantai dua mansion.

Asya kembali menunduk menatap dasi itu, kemudian memungutnya.

'Ini dasi siapa?' batin Asya, yang refleks mencium bau parfum yang dia yakini sama seperti yang di gunakan Bima.

Seorang pelayan terlihat tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Permisi." panggil Asya pada pelayan wanita.

"Ya, Nyonya? Ada yang bisa saya bantu?" pelayan itu mendekat dan sedikit membungkukkan badannya.

"Aku menemukan dasi ini di lantai dekat pintu. Apa ini milik Mas Bima?" Asya menyerahkan dasi itu, yang langsung di terima si pelayan.

"Oh, benar, Nyonya. Ini milik Tuan Bima. Mungkin terjatuh, karena beberapa saat yang lalu Tuan Bima berdiri di sini." jawab pelayan setelah mengamati dasi itu.

"Hm? Berdiri di sini? Lalu sekarang, dia ada di mana?" tanya Asya, yang heran kenapa Bima tidak menemuinya kalau memang sudah kembali.

"Saya lihat, Tuan Bima keluar lagi, Nyonya." jawab pelayan.

"Oh.. Oke, baiklah. Terima kasih." Asya tersenyum ke arah pelayan, kemudian berjalan ke atas untuk menyusul putranya.

*

Malam pun tiba.

Asya menemani As hingga putranya tertidur di ranjang. Menyelimuti As, dan tidak lupa mencium kening putranya.

ceklek

Pintu kamar terbuka. Kemudian Bima masuk dan berdiri di dekat pintu sembari menatap ke arah Asya yang juga menatapnya.

Wajah Bima tampak lesu.

Baju yang di kenakan Bima juga berantakan.

Membuat Asya menatapnya heran.

"Mas Bima, kamu kenapa?" tanya Asya, kemudian turun dari ranjang dan mendekati Bima yang masih terdiam di dekat pintu.

"Mas? Kok diam aja? Kamu sakit?" tanya Asya lagi, karena belum mendapatkan jawaban dari Bima sama sekali.

Masih dengan menatap lekat ke arah Asya yang saat ini sudah berdiri di hadapannya.

Bima hanya diam, sama sekali belum menjawab pertanyaan Asya. Hal itu membuat Asya mengerutkan keningnya, heran.

Tiba-tiba saja, Bima memeluk tubuh Asya. Mendekap erat tubuh Asya seakan tidak mau sampai terlepas.

Asya membelalakkan matanya, terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengandung Anak Pangeran | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang