Chapter 14

840 79 14
                                    

Efek obat bius sudah hilang, membuat pria yg mendonorkan sumsum tulang belakangnya itu mendadak kesakitan. Ia berusaha menahan rasa nyeri yg menderanya.

"Tuan Dazai, anda sudah boleh pulang." Suara suster menganggu istirahatnya.

Dazai menekan telpon selulernya dan meminta seseorang untuk menjemput dan membawanya pergi.
Sekarang kita tahu bahwa Dazai lah yg mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk (name).

"Hahh...." Keluhnya tanpa kata.
"Ak benci rasa sakit." Keluhnya sembari menatap keluar jendela.

"Dazai Sama..."

"Hahh kau datang juga Mayu, cepat bantu ak dan bawa ak pergi." Perintah Dazai.

"Mengerti!"

Di tempat lain, semua orang sedang berbahagia karena (name) sudah melewati masa sulitnya dan kini ia sudah berada di markas mafia.

"Syukurlah..... (Name) Chan sudah kembali sehat." Ucap Yuki.

"Papa ?" (Name) mengumamkan nama itu saat dia berada di ranjang.

"Istirahat saja dulu, jika dia sudah kembali ak akan memintanya menemui mu." Hibur Koyou.

••••

7 Hari Kemudian ....

"Dazai Kun, ke mana saja kau?"

Mori adalah orang pertama yg memergoki Dazai baru kembali ke markas setelah beberapa hari ia pergi.

Setelah sumsum tulang belakangnya di donorkan Dazai jadi merasa mudah letih dan pusing.

"Hahh.... Hanya ingin menenangkan diri, Mori San." Jawab Dazai.

"Apa kau berniat untuk menjabat lagi ?" Tanya Mori.

"Ku rasa ak sudah kehilangan semangat menjadi bos, sebaiknya anda teruskan saja." Jawab Dazai tak peduli.

Ia langsung menuju ke ruangan lamanya dan merebahkan diri di sofa. Rasa sakit dan lelah membuatnya sedikit menitikan air mata, ia hidup dengan obat obatan demi putrinya sendiri.

"Ak tdk tahu, sampai kapan ak  bertahan...."

Dalam lamunanya seorang gadis menatap intens ke arahnya, ia seperti tahu bahwa Dazai sedang sedih.
Tangan kecilnya menyentuh pipi Dazai, membuat pria itu membuka matanya.

"Kau rupanya, apa mau mu?" Tanya Dazai dengan wajah tanpa ekspresi.

"Papa tdk apa apa?" Pertanyaan itulah yg keluar dari mulut (name).

"Tidak." Jawab Dazai sembari memalingkan wajahnya.

Ia tak mengerti mengapa hatinya terasa pedih saat melihat gadis kecil itu.

"(Name) membawa kertas lipat dan Kak Nana meminta ku membuat sesuatu tp ak bingung." Adu (name) pada Dazai.

Dazai menatap kertas lipat yg di bawa gadis kecil itu lalu bangkit dari tdrnya dan meraih satu kertas lipat. (Name) melihat dengan serius apa yg di huat Dazai.

"Waaa bunga, cantiknya..." Iris hazel gadis kecil itu berbinar saat melihat hasil karya dari papanya.

Namun setelah membuat origami Dazai mendadak pusing dan menyuruh (name) untuk keluar kali ini ia tak membentak gadis kecil itu hanya memintanya keluar.

(Name) berlari sembari menangis, (tau kan ya mewek) ia menuju ruangan Koyou dan mendorong pintu ruangannya sembari menangis.

"Ada apa sayang?" Tanya Koyou.

"Kenapa menangis?" Tanya Yuki.

"Papa.... Hiks.... Hiks..."

"Cik lagi lagi!" Geram Yuki.

"Papa sakit hiks.... Hiks... Huwaaaahhh...."

Semua yg ada di dalam terkejut dengan pengaduan gadis kecil itu, mereka pikir Dazai menyakitinya ternyata bukan.

"Sh... Shhh.... Tidak apa apa, papa sudah dewasa dia bisa menjaga diri, dia tak mau melihat (Name) Chan sedih saat tahu dia sakit jadi papa meminta mu pergi." Yuki berusaha meyakinkan (name) agar tak menangis lagi.

"Sungguh?"

"Iya benar, sekarang anak manis sebaiknya kau beristirahat juga hmm..." Yuki kemudian menuntun (name) menuju kamarnya.

"Haah dia sungguh baik." Celetuk Koyou sembari meminum tehnya.

.

.

.


.
TBC

One's Hope | Dazai X Child ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang