Chapter 17

734 86 12
                                    

BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN ......

Kini (name) sudah berusia 14 Tahun ia tumbuh menjadi gadis cantik dengan rambut coklatnya dan mata iris hazelnya, selama Dazai pergi ia tak pernah diajarkan membenci papanya.
Gadis itu juga sudah mulai belajar dan ceria seperti biasanya.

"Sampai jumpa (name) chan..." Seorang teman melambaikan tangan ke arahnya saat berada di gerbang sekolah.
(Name) membalas dan bergegas pergi.

Sampai detik ini, gadis itu masih berharap bisa berjumpa dengan papanya. Oleh sebab itu setiap pulang sekolah (name) selalu mencari keberadaan Dazai.

"Papa ada di mana ? Hiks..."

Sudah berumur 14th tp gadis itu masih sama, masih cengeng seperti waktu ia masih kecil.

"Hey gadis manis, kenapa kau menangis?"

(Name) yg merasa ada yg memanggilnya segera menoleh dan mendapati seorang pria paruh baya sedang menatap aneh ke arahnya.

(Name) yg merasa ketakutan segera berlari menjauh namun pria paruh baya itu dengan cepat menarik tangannya.

"Kau manis sekali, ayo kita bermain sebentar..." Pria paruh baya itu berusaha untuk melecehkan (name).

"Tidak... TIDAK MAU.... HIKS.... HIKS.... TOLONG LEPASKAN.... LEPASKAN...."

(Name) menjerit sekuat kuatnya dan meronta sejadi jadinya, ia berusaha agar ada yg menolongnya di saat beberapa kancing bajunya sudah hampir terlepas.

"TOLONG!!!!"

PLAK.....

PLAK ...

Pria paruh baya yg melecehkan (name) terpental menabrak dinding.

"Dasar om om pedo...." Keluh seseorang yg merupakan pelaku pemukulan pria paruh baya itu.

Tampak seorang wanita dengan rambut pendek mendekati (name) dan membantunya menutup aurotnya. (wkwkwkwk terekspose)

"Arigatou..." Ucap (name)

"Tidak apa apa..."  Jawabnya.

Karena (name) tampak ketakutan, wanita itu mengajaknya menuju tempat kerjanya.

••••

"Yosano San, siapa dia?" Tanya seorang pria berambut putih yg melihat pertama kali.

"Hahh gadis ini ku temukan hampir diperkosa om om pedo." Ucap wanita bernama Yosano.

"Kasiaaan.... Apa kau berhasil di le-"

Plak!

"Hentikan Naomi!"

(Name) diberi segelas air dan beberapa makanan untuk meredakan rasa takut yg ia rasakan.

"Yaaaa Mina San, ak kembali...."

Seseorang dengan suara bodoh tiba tiba muncul merusak suasana damai di kantor.

"Apa ada klien?" Tanya seorang pria berkacamata.

"Tidak, hanya saja tadi ada gadis muda yg hampir di lecehkan oleh pria tua." Jawab pria berambut putih.

"Huwaaa beraninya orang itu Atsushi Kun....." Pria bodoh itu segera menyerbu ruang tamu.

Namun langkahnya terhenti saat ia mengenali warna rambut itu.
Kedua mata seiras itu saling bersitatap sejenak sebelum Dazai sadar dan memutus kontak mata.

Dazai memilih duduk di tempat kerjanya dan memakai headphone miliknya. Dalam hati ia tak menyangka bahwa anaknya itu datang ke kantor.

(Name) masih penasaran dan meyakini apa yg dia lihat, kemudian dia menghampiri Dazai yg duduk di meja kerja sambil mendengar musik.

"Hey nak, kau tak boleh masuk ke ruang kerja." Larang seorang pria berkaca mata.

"Tidak apa apa kok Kunikida San, lagi pula (Name) Chan tidak berisik." Bela Atsushi.

(Name) hanya diam menatap Dazai yg berpura pura tdr saat kerja. Gadis itu terus menatapnya dan sedikit butiran air mata jatuh di pelupuk matanya.

"Ak permisi..." Pamit (name) sembari berlari keluar.

Setelah (name) tak ada barulah Dazai membuka mata dan ia mengintip dari jendela.

"Padahal ak ingin mengantarnya, bagaimana jika dia dilecehkan lagi." Ucap Atsushi.

Dazai yg baru mendengar cerita bahwa gadis itu di lecehkan segera turun kebawa mengejarnya.

Benar saja baru beberapa meter tp orang yg sama hendak melakukan aksi tdk senonohnya pada (name).

"TIDAK TIDAK MAU.... HIKS... HIKS..... TOLONG JANGAN... JANGAN SAKITI AK LAGI."

"CIH anak nakal kau ha-"

Ucapannya terhenti saat tangan berbalut perban mengenggam tangan pria yg hendak melecehkan (name). Hanya ditatap saja sudah membuat pria itu bergidik ngeri.

Dazai lalu menutup tubuh (name) dg mengancingkan bajunya dan membantunya berdiri.

"Papa? Hiks...." Dazai menahan tubuh (name) agar tdk memeluknya.

"Taxi sudah datang, cepatlah pulang." Ujarnya sembari pergi dari hadapan (name).

"Papa...." Meski dipanggil Dazai tak menoleh padanya ia tetap pergi.

"Gomen (name)." Batin Dazai.

(Name) yakin itu papanya dia sanggat yakin, namun dia bingung mengapa papanya tak mau mengakui. Ia hanya bisa menangis dan terus menangis.

.





.
TBC

One's Hope | Dazai X Child ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang