PART 01

300 10 4
                                    


Ibu kota memang tak slalu sepi apalagi jalannya pagi hingga malam selalu saja macet, seperti sore hari ini diriku terjebak macet sudah hampir satu jam lamanya. Hari ini aku pulang agak telat pasalnya setelah mengajar diriku menghadiri seminar yang mengharuskan diriku untuk datang dan alhais pulang kali ini diriku terjebak macet.

Sedari tadi ponselku berdering dan slalu kuabaikan karena itu telepon dari adikku yang meminta untuk cepat pulang dan meminjam leptopku pasalnya leptopnya sedang diservis dan akan digunakan untuk menonton drama korea, akupun menolak dengan keras karena memang aku tak penyuka drama apalagi drama korea, namun ada satu wanita yang slalu memaksaku untuk menemaninya menonton drama drama romantis korea dan akupun tak pernah menolaknya.

Kulihat layar ponselku lagi dan ternyata bukan adikku melainkan wanita pemaksa itu, tanpa fikir panjang akupun langsung mengangkat telepon tersebut dan siap siap mendengar suara cemprengnya

"DAFFA!!!" teriaknya dari seberang sana membuat telingaku langsung berdengung

"engga usah teriak kenapa sih" gerutuku lagi

"habisnya kamu nyebelin, katanya sampai sini jam tujuh tapi apa ini udah jam delapan dan kamu belum sampai"

"jalan macet, bawel"

"pokoknya aku gak mau tahu, lima belas menit lagi kamu harus sampai sini titik" katanya lagi dan langsung memutuskan sambungan telepon tersebut.

Akupun hanya bisa menghela nafas dan tersenyum membayangkan wajahnya yang kesal itu, wanita yang tadi menelponku adalah Ayra Khandra Zaida gadis cerewet dan bawel yang slalu menganggu hari-hariku, aku dan dia bertetangga dan juga sahabat dekat pasalnya kami tahu tumbuh kembang masing-masing, jarak umur kami hanya terpaut dua tahun saja aku dua puluh tujuh tahun sedangkan dia dua puluh lima tahun, umurnya memang masih dibawahku tapi dia dengan seeenaknya memanggilku dengan sebutan nama tampa embel-embel kakak abang ataupun mas, katanya itu menggelikan dan dia juga sudah terbiasa dengan memanggil diriku dengan sebutan nama.

Dan iya hari ini dia ulang tahun yang kedua puluh lima dan diriku harus datang ke acara pestanya tersebut tepat waktu, tapi bagaimana bisa diriku saja masih terjabak macet seperti ini dan juga belum membeli hadiah untuknya, niatku memang ingin memberikan dia bunga mawar putih dan juga cincin karena di hari spesial ini aku ingin melamarnya dan menjadikannya wanita satu-satunya dihatiku selain bunda dan juga adikku tentunya.

Tapi mengingat waktu yang tak memungkinkan akhirnya diriku membeli bunga mawar putih saja dan cincinnya bisa besok setelah aku mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, toh cincin hanya simbol kan yang penting ungkapan perasaanya terlebih dahulu.

Dirikupun menepikan mobil didepan toko bunga yang aku sangat bersyukur jam segini masih buka dan kuharap bunga bunganya masih segar, pasalnya Ayra sangat tak suka jika melihat bunga sudah layu. Lantas tanpa menunggu lama lagi akupun langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam toko tersebut

"selamat siang kakak, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang penjual Bunga yang sepertinya masih kuliahan terlihat dari wajahnya yang masih muda

"saya ingin membeli mawar putih tapi yang masih segar" kataku lagi

"owh mawar putih baik kak, kebetulan mawarnya baru sampai"

"iya, saya ingin dirangkai seindah mungkin"

"baik kak, kakak bisa tunggu lima belas menit yah" kata wanita tersebut akupun mengangguk dan wanita itupun menyuruh diriku duduk agar tak cape berdiri terus, akupun menuruti ucapannya dan diriku langsung duduk dan membuka ponselku dan ternyata banyak sekali pesan dan yang membuatku menghela nafas kasar kala melihat pesan dari dosen senior menyuruhku untuk menghadiri seminar besok dibandung, lantas aku yang memang baru dua tahun menjadi dosen dan masih junior dikampus tersebut langsung menjawab menyutujui, dan senyumku langsung mengembang melihat pesan dari Elsa dan ternyata dia mengirimkan fotonya yang sudah cantik dengan gaun putih dan menunjukan wajah cemberutnya

Luka Hati Yumna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang