PART 9

70 9 0
                                    

Sesuai janji author update dua bab nih, jangan lupa Vote dan komennya ya biar author semangat, kalau author semangat kalian juga pasti senang karena update rutin, kalau bisa komen setiap paragrafnya

Selamat Membaca...

Setelah melihat keberadaan Ayra dan lelaki tadi di kampus membuatku tak fokus dalam melaksanakan kegiatanku hari ini, moodku sudah sangat berantakan bahkan saat diriku mengajar tadi pikiranku hilang dan tak fokus bahkan aku sempat marah-marah dikelas karena hal sepele yaitu mahasiswiku bertanya dan kujawab bahwa jawaban yang dia tanyakan sudah ku jelaskan tadi, padahal aku termasuk senang menjawab setiap pertanyaan mahasiwa yang kritis dan rasa ingin taunya tinggi, tapi hari ini sungguh aku sangat tak suka, bahkan jam kuliah yang biasanya aku keluar melebihi waktu sekarang malah lebih awal selesai, baru kali ini aku tak profesional tapi bagaimana lagi pikiranku berkecamuk dan hatiku merasa sakit hati.

Dengan langkah tergesa-gesa aku memasuki ruanganku, sesampai diruangan aku langsung mengirim pesan kepada ketua kelas, kelas yang akan ku ajar selanjutnya untuk mengganti hari karena jika aku memaksakan mengajar lagi makin tak fokus dan malah membuat semuanya kacau.

Setelah menerima balasan dari ketua kelas dan dia bersedia untuk mengganti hari, akupun langsung memasukan buku dan leptopku ke dalam tas dan setelah semuanya masuk ke dalam tas aku langsung berjalan keluar dari ruanganku, dan pada saat ini Pak Wira selaku dosen yang sudah senior menyapaku

"mau kemana Pak Daffa?" tanyanya

"ini Pak saya ada rapat dengan klien baru"

"owh begitu, memang proyek apa?"

"ini Pak pembuatan museum sama kantin di sekolah"

"owh begitu proyek bagus itu"

"iya pak alhamdulilah"

"bagus semoga lancar proyeknya"

"amin Pak, ya sudah saya permisi dulu" kataku dan Pak Wira mengangguk dan tersenyum kepadaku, akupun membalas senyumnya dan langsung berjalan menuju parkiran, sungguh sebenarnya aku tak mau berbohong kepada beliau namun aku juga tak bisa jujur kan hanya karena patah hati aku tak melanjutkan mengajar itu adalah alasan jujur yang paling konyol, aku yang memang bukan dosen tetap disini memang diperbolehkan untuk bekerja diluar, sebenarnya gaji dosen tidak seberapa dibandingkan bekerja diperusahaan dengan proyek-proyek yang menjanjikan penghasilan fantastis, namun karena aku ingin memanfaatkan ilmuku yang ada dan juga ingin berbagi akhirnya aku memutuskan untuk menjadi dosen, dan tentunya aku menikmatinya.

Sesampai dimobil aku bingung akan kemana, jika aku pulang tentu Bunda akan bertanya-tanya banyak hal membuatku enggan membalas dan akhirnya aku memutuskan pulang ke tempat gym untuk menenangkan pikiran dan juga hatiku dan tentunya tempat itu kurasa sangat nyaman untuk diriku merenung.

***

Sore hari sepulang dari kerja Rizal tidak langsung pulang melainkan menuju gym miliknya dan juga milik Daffa, Rizal mendapat kabar dari karyawannya bahwa Daffa sedari pukul sebelas siang sampai sore ini mengurung diri diruangan yang dikhususkan untuk olahraga Daffa dan Rizal saja bahkan si Ardi karyawannya sudah mengetuk pintu tersebut namun tidak ada sahutan sama sekali membuat Rizal ketakutan akan terjadi apa-apa dengan Daffa, Rizal tahu sahabatnya itu sedang patah hati tapi tidak mungkin kan Daffa melakukan hal gila yang saat ini difikirkan Rizal yaitu Daffa mencoba bunuh diri.

Rizalpun langsung masuk ke dalam tempat Gym dan Ardi yang melihat Bos satunya datang langsung menghampirinya

"Akhirnya Mas Rizal dateng juga"

"iya, terus gimana? Daffa udah keluar"

"belum Mas, saya takut kenapa-napa tadi aja sampai disini mukanya kaya menahan amarah gitu ditambah lagi engga nyapa kita-kita dan langsung masuk ke ruangan dan sempat membanting pintunya"

Luka Hati Yumna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang