PART 35

37 3 0
                                    


Untuk menetralisir rasa canggungku karena ucapanku tadi akupun menegakkan tubuhku dan menatap Mas Daffa yang tengah mengambil barbel dengan berat yang kutafsir seberat lima kilogram dan setelah itu diapun kembali duduk disampingku, dan untuk menghilangkan ucapan bodohku tadi akupun kembali mengajaknya bicara untuk sekedar basa-basi.

"Mas Daffa suka olahraga yah?" tanyaku kepadanya, diapun melirikku sebentar dan kembali fokus dengan barbel yang ada ditangannya

"menurutmu bagaimana?"

"dari aku lihat ini semua ditambah lagi dengan tubuh Mas yang atletis aku mengira Mas menyukai olahraga" kataku lagi dan diapun hanya tersenyum

"iya memang saya menyukai olahraga, olahraga apapun saya suka karena dengan olahraga membuat tubuh kita sehat, kuat dan jarang sakit"

"owh iya, kalau aku malas banget olahraga, lagian kerja juga sudah termasuk olahraga kan"

"itu beda Yumna"

"sama-sama mengeluarkan keringat kan" jawabku lagi

"tapi ini beda konteksnya Yumna"

"ya bagiku sama saja Mas"

"yayaya terserah kamu saja lah" katanya mengalah membuatku tersenyum

"owh iya kata Bunda Mas punya usaha Gym?"

"iya saya punya usaha itu, saya merintisnya bersama teman saya"

"kenapa Mas membuka usaha Gym kenapa engga yang lainnya?" tanyaku kepo

"kamu cerewet sekali ternyata yah"

"hehhehe aku kan ingin tahu alasannya" jawabku sambil mengerucutkan bibirku

"alasannya simple karena saya suka olahraga dan suka fitnes, dan dengan membuka usaha Gym ini saya bisa sesuka hati fitnes tanpa kembali mengeluarkan biaya"

"tapi ini juga sudah lengkap kenapa harus membuka tempat Gym"

"ini belum seberapa jika dibandingkan tempat Gym saya yang disana, ini terlalu kecil ruangannya dan saya kurang puas aja"

"owh begitu"

"lalu bagaimana kelanjutan skripsi kamu?" tanyanya membuatku sedih mengingat bagaimana skripsiku pasalnya aku masih berada di Bab dua dan kekurangan bahan materi karena mencari buku referensi yang aku belum menemukannya

"masih jalan ditempat"

"kenapa memangnya?, kalau butuh bantuan saya bisa membantu"

"kekurangan buku referensi aku cari-cari bukunya diperpus engga nemu, ke gramedia kemarin juga engga nemu"

"memang buku apa?"

"apa yah lupa aku namanya"

"mau saya pinjamkan buku-buku ekonomi kebetulan saya juga memiliki buku tentang ekonomi bisa saja membantu"

"bukannya Mas anak teknik kenapa punya buku ekonomi"

"emang salah yah anak teknik baca buku ekonomi"

"ya engga juga sih"

"gimana?, jadi pinjam?"

"boleh-boleh"

"bukunya sih masih diistri teman saya, besok saya mintakan dan juga meminjam didia, kebetulan dulu istri teman saya anak ekonomi juga dan dia lumayan memiliki buku-buku ekonomi"

"siap terimakasih Mas sudah membantu"

"sama-sama, sebagai adik kakak bukannya kita harus saling membantu" katanya dengan mengacak-ngacak rambutku lagi layaknya dengan sang adik, adik kakak yah kalau aku meminta lebih apakah boleh?

Luka Hati Yumna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang