Part 07

73 10 0
                                    

Pukul sepuluh pagi aku dan Mama sudah berada dirumah sakit untuk menemani Mama melakukan kemoterapi yang entah sudah keberapa kalinya ini, dan tentunya aku sangat sedih jika menemani Mama melakukan kemoterapi, karena selain ada efek sampingnya aku juga melihat Mama seperti menahan kesakitan.

Penyakit leukimia adalah penyakit yang tidak main-main, penyakit ini adalah sel darah putih yang tak terproduksi dengan sempurna dan berlebihan sehingga mencegah sel daraj untuk melakukan tugas mereka, penyakit Mama ini sudah berjalan selama dua tahun lamanya dan aku sangat bersyukur Mama masih bisa bertahan, walaupun penyakit ini belum benar-benar ada obatnya, hanya bisa dicegah dengan operasi kemoterapi namun walaupun sudah melakukan hal tersebut belum tentu sel kanker tersebut langsung hilang.

Aku tahu Mama sudah lelah dengan semua ini tapi mau bagaimana lagi, jika Mama tak melakukan kemoterapi ini Mama tidak bisa bertahan, walaupun sulit untuk sembuh tapi setidaknya Mama masih bisa bertahan kan.

"Yum" panggil Mama kepadaku dan menggengam tanganku dengan erat serasa tersenyum

"iya Ma?"

"kalau Mama pengin ini kemoterapi terakhir gimana Yum"

"kenapa Mama ngomong begitu sih?" tanyaku kesal

"Mama Cuma lelah Yum jika terus melakukan kemoterapi terus ditambah biaya untuk kemoterapi tidak murah Yum"

"Mama jangan begini, Yumna masih bisa mengusahakan semuanya Ma, Mama engga usah berfikir kaya begitu, sekarang fokus Mama kesembuhan saja"

"penyakit Mama ini udah engga bisa sembuh Yum"

"walaupun udah engga bisa sembuh setidaknya ini menghambat Ma, aku masih mau bersama Mama, aku belum membawa Mama ke Jepang seperti keinginan Papa dulu Ma, impianku masih banyak dan tentunya Mama ada didalamnya" kataku dan tanpa bisa kucegah air mataku sudah keluar begitu saja, Mamapun ikut matanya berkaca-kaca dan Mama menghapus air mata yang ada dipipiku

"Mama juga ingin melihat impian-impianmu terwujud Yum Mama juga ingin mendampingi kamu, tapi Mama juga sudah lelah" kata Mama lagi membuatku tak bisa menjawab apa-apa karena jika Mama sudah mengatakan lelah akupun tak bisa berbuat apa-apa, namun aku juga ingin Mama bertahan lebih lama

"akupun tahu Mama lelah aku juga sedih melihat ini semuanya, tapi setidaknya Mama harus bertahan demi aku Ma" jawabku lagi membuat air Mata Mama yang tadi belum terjatuh langsung terjatuh begitu saja dan Mama langsung memelukku, akupun membalas pelukan Mama dengan erat, hingga suster memanggil Mama membuat pelukan Kami terlepas

"Ibu Anjani Sofiana" panggil suster

"iya saya"

"mari Ibu" kata suster tersebut, Mamapun mengangguk dan melepaskan gengamanku

"Mama masuk dulu ya Yum"

"iya Ma, Yumna tunggu disini seperti biasanya" jawabku Mamapun mengangguk dan setelah itu Mama berjalan dibelakang suster untuk memasuki ruangan dan menjalankan kemoterapinya. Dan dengan menunggu Mama melakukan kemoterapi akupun membuka leptopku dan memulai melanjutkan skripsiku, waktu dua jam menunggu akan terbuang percuma jika aku berdiam diri setidaknya aku bisa memanfaatkan waktu ini untuk menyelesaikan skripsi, karena ucapan Mama tadi membuatku harus lebih semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini setidaknya target selesai selama tiga bulan bisa lebih cepat satu bulan sehingga setelah selesai pembuatan skripsi aku punya waktu luang untuk mencari pekerjaan tambahan supaya uangku bertambah banyak untuk berobat Mama dan juga biaya wisuda, walaupun aku mendapatkan beasiswa biaya wisuda aku tanggung sendiri.

***

Dua jam telah berlalu dan Yumna lumayan sudah menyelesaikan Bab satu tinggal besok menemui dosen pembimbing untuk merevisinya jika ada yang salah, dan saat ini Yumna sedang menemui Dokter Fahmi selaku dokter yang menangani Mamanya, dengan perasaan yang tak karuan Yumna duduk dikursi didepan Dokter Fahmi

Luka Hati Yumna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang