2. PROLOG

720 48 0
                                    

Sabtu sore

Nadien's pov

       Setelah perdebatan panjang sama ell dan rey, yang ngajak hangout setelah kelar kuliah dan setelah beribu alasan gue menolak akhirnya mereka berdua menyerah buat memebujuk gue untuk ikut. Dengan begitulah akhirnya gue berhasil mendarat di depan pintu rumah tercinta.

"Akhirnya." Ucap gue sambil membuka pintu. Jalan gue menuju kamar terhenti oleh deretan koper yang berjejer rapih diruang tamu. Oh mungkin papi pulang ,pikir gue. Tapi seingat gue jadwal papi pulang tuh minggu depan, Gue yang bingung belum menemukan titik terang akhirnya memutuskan untuk bertanya.

"Mam... Papi udah pulang?" Tanya gue memastikan. Gue menemukan mami di dapur yang sibuk di depan wajan.

"Belum, papi  kan pulang minggu depan."

"Loh therus itu kopher siyapha dirhuang thamu? Atau mhami maw liburhan?" Tanya gue sembari mengunyah potongan sosis asam manis yang sudah tersusun rapi di atas piring. Yang sialnya masih super duper panas, jadilah akhirnya gue megap - megap persis kaya ikan kekurangan air.

"Ngga dong kalo mami yang liburan ga mungkin bawaannya sebanyak itu." Jawab mami yang gue setujui dalam hati. Mengingat ada sekitar lima koper beserta tas tas kecil, kayanya gak mungkin bawaan mami yang mau liburan sendiri segitu banyaknya.

"Oh.. Aku tau nih kita mau liburan kan, hehe.. Mami tau aja akhir akhir ini aku lagi butuh refreshing." Tebak gue untuk kesekian kalinya.

"Ngga juga tuh."

"Terus siapa yang mau liburan?" Tanya gue lagi yang kali ini sibuk memakan tomat yang baru  selesai dipotong potong.
"Ngga ada yang mau liburan Nadien, kamu nih ngaco aja." Jawabnya sambil menghentikan pergerakan gue yang hendak memakan potongan yang lainnya.

"Itu semua barang barang kamu. udah di packing sama mba Sarti jadi kamu tinggal berangkat, duduk manis di dalam mobil daaaan nyampeee." Sambungnya dengan nada yang mencurigakan. Kalau nada bicara mami kaya gini, itu artinya gue harus siaga satu.

"Aku? Kemana? Mami nggak lagi ngusir aku, kan?"

"Memang." Singkat jelas padat. Saat itu juga tote bag yang sedari tadi gue pegang jatuh sampai semua isinya berceceran, tapi gue ga peduli. Gue masih memandang punggungnya, berharap mami berbalik dan bilang kalo yang tadi gue denger cuma sekedar bercandaan.

       Selang beberapa detik mami memang berbalik, tapi bukan untuk bilang kalo ini bercanda, tapi untuk ngambil salah satu barang gue yang bercecer dilantai. Dompet, mami mengambil dompet gue yang jatuh tepat di kaki gue dan sekarang dompet itu sudah ada ditangannya, lalu ditariknya benda berwarna hitam kesayangan gue.

"Mulai hari ini credit card kamu mami yang pegang, mami ganti dengan yang ini. Ini hanya akan mami transfer di setiap akhir bulan, jadi mami harap kamu pakai dengan baik - baik ya." Ucapnya sambil menyodorkan kartu debit berwarna biru langit itu

"Oh iya ini juga accses card rumah baru kamu dan untuk password pin nya tanggal lahir kamu" Ucapnya sambil meletakan keycard ditangan gue.

"Mami bercanda, kan? Ini nggak bener, kan?" Tanya gue masih berharap ini cuma bercandaan.

"Menurut kamu?"

Bukannya menjawab mami malah berbalik bertanya.

"Kok mami tega, mami udah gak sayang sama aku?"

"Justru mami ngelakuin ini karena mami sayang
sama kamu. Kalau kamu disini, tujuan kamu cuma kuliah kamar kuliah kamar. Mami mau kamu bersosialisasi dan juga mandiri." Tangannya perlahan menyentuh pundak gue.

"Mi, aku di kampus juga bersosialisasi. Aku ngga se-ansos yang mami pikir." Ucap gue dengan nada kesal.

"Sama siapa? Sama Rey? sama Ell? Selain itu gak ada lagi kan? Kamu pulang kampus langsung masuk kamar. Di rumah yang kamu temuin cuma mami, mbak marni, pak Imron atau papi, itu pun kalau papi kamu ada di rumah. Itu yang namanya sosialisasi? Please kali ini aja dengerin mami, ya?" Jawab mami yang terdengar ga mau kalah.

"Sampai kapan kamu mau kaya gini terus cuma karena masalah lima tahun lalu, itu sama sekali bukan salah kamu Nadien. Stop takut buat hal - hal yang gak penting" Sambunganya yang membuat gue ingat masa lalu yang selama ini pengen gue lupain.

      Sore itu, dengan terpaksa akhirnya gue menuruti kemauan mami. Duduk manis di dalam mobil menuju rumah baru yang bahkan gue ga tau tempatnya dimana.















To be continued

Jangan lupa vote guys

HAPPY SOON [JIHOON TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang