7. Sampah

294 34 0
                                    

         Minggu pagi ini Nadien dibangunkan oleh dering telepon yang menggema disekitarnya. di lihatnya sekilas lalu kembali melanjutkan tidurnya yang lagi - lagi gagal karena ponselnya kembali berdering yang membuatnya langsung terjaga. Diraihnya benda yang mengganggu tidurnya, lalu menjawab telpon tersebut.

"Haloooo, kok lama banget sih angkat telponnya?"

"Ngomongnya ga pake teriak - teriak juga kali, mi. Aku baru bangun loh ini"

"Kebiasaan deh. jam segini baru bagun"

"Mami kenapa telepon?"

"Oh ini loh barang - barang kamu yang lainnya bakal bunda kirim hari ini"

"Jam berapa di kirimnya?"

"Nanti siang sih jam sebelas-an kayanya, ya udah mami cuma mau kasih tau itu aja. kamu jangan lupa sarapan, makan, tidur juga yang teratur. Mami tutup ya, bye. "

     Nadien memijit pelipisnya sekilas, kepalanya pening karena baru saja tidur pukul dua malam dan harus di bangunkan pukul tujuh pagi oleh maminya perkara barang - barangnya yang akan di kirim siang ini. Nadien berdecak sebal, kenapa maminya tidak menelponnya saat siang saja saat dirinya sudah sepenuhnya bangun dari tidur singkatnya.

     Saat itu juga Nadien beranjak dari kasurnya, menuju ke kamar mandi yang terletak persis di sebelah kamarnya. setengah jam berlalu Nadien keluar dengan keadaan lebih segar. Gadis yang rambut panjangnya tengah dililit handuk itu duduk di meja makan usai menghangatkan sisa pizza yang di bawa temannya semalam. Gadis berparas cantik itu merungut sambil mengunyah potongan pizza di mulutnya, biasanya pada jam ini ia tengah menyantap nasi goreng buatan bi sarti yang menurutnya lebih enak dibanding masakan chef berpengalaman, namun lihatlah keadaanya saat ini, sungguh menyedihkan ucapnya dalam hati.

Nadien's pov

      Setelah selesai sarapan gue berniat untuk bersih - bersih, dikarenakan kemarin malam dua temen gue sempat ngacak - ngacak dapur sebelum mereka berdua pulang. Jadilah hari ini gue melihat dengan jelas sisa sisa kekacauan yang dibuat temen- temen gue, sampah bekas mie rebus yang bertebaran dimana - mana sampai peralatan masak yang tergeletak tidak pada tempatnya. Demi apapun kadang kalau kaya gini terus rasanya gue pengen tuker tambah mereka berdua sama mie tek - tek, secapek itu loh gue menghadapi mereka.

      Sembari bersih - bersih, mulut gue terus menggerutu mengingat kejadian kemarin. Mulai dari mereka berdua yang sempet ditahan dan adu mulut dengan pihak keamanan sampai mereka diminta menelpon gue, guna meyakinkan bapak - bapak satpam di depan pos depan, barulah ketika gue mengatakan kalau mereka adalah tamu gue akhirnya mereka berdua berhasil masuk.

"Hhhh. kelar juga." Ucap gue yang saat itu langsung terduduk lemas di sofa. Mata gue melirik ke arah jam di dinding yang menunjukan pukul 10, menandakan sudah dua jam gue berkutat dengan sapu, piring kotor dan teman - temannya.

"Enaknya makan apa ya buat makan siang nanti." Ujar gue. Jujur ini pertama kali perkataan gue barusan terdengar sulit di jawab. Biasanya setiap kali perkataan kaya gitu muncul, gue hanya perlu memikirkan nama makanan yang terlintas di pikiran gue. Tapi kali ini berbeda, mendadak di pikiran gue muncul daftar nama makanan yang biasa gue makan beserta harganya yang bikin gue pening seketika. Detik itu juga gue hanya bisa menghela nafas panjang.

"Apa gue masak sendiri aja ya?" Gue buru - buru menepis pikiran itu jauh - jauh. Terakhir kali gue nyoba masak nasi goreng sendiri, teflon berwarna merah terang kesayangan mami berubah jadi jadi warna hitam pekat karena gue lupa matiin kompor saat selesai masak dan berakhir gue di beri siraman kalbu dua jam penuh yang bikin kuping pengang.

HAPPY SOON [JIHOON TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang