6. Tetangga sebelah

288 28 0
                                    


         Waktu menunjukan pukul sepuluh malam saat Nadien mengantar dua temannya ke lobi setelah Rey mendapat pesan dari adiknya yang takut sendirian di membuat Rey harus segera pulang. Ell yang tadinya berencana menginap juga batal karena di minta segera pulang saat di beritahu sepupunya baru saja tiba di rumahnya. Setelah mengantar Rey dan Ell pulang Nadien pun langsung bergegas kembali ke unitnya dan berniat merapihkan barang - barang juga pakaian yang masih rapi di dalam koper. Karena Nadien tau malam ini seperti malam sebelumnya dimana ia baru bisa tidur di atas jam dua belas malam, Jadi lebih baik waktunya ia pakai untuk hal yang lebih berguna dari pada digunakan untuk over thinking seperti biasanya.

         Satu jam berlalu akhirnya semuanya pakaian sudah tertata rapi di dalam lemari, barang - barang lainnya pun sudah diletakan di tempatnya masing - masing. Setelah menenggak habis teh herbal hangat yang sisa sedikit itu Nadien langsung menuju kamar, membaringkan dirinya yang sebenarnya sudah amat sangat lelah itu.

         Detik berganti menit rasa kantuk mulai datang. Nadien memejamkan mata mencoba jatuh kedalam mimpi, namun berkali - kali gagal karena sayup sayup percakapan seseorang yang berasal dari ruangan sebelah. meskipun begitu ia mencoba untuk tetap bergeming dan mencoba melanjutkan tidurnya yang bahkan belum di mulai. Sampai akhirnya terdengar suara tawa menggelegar masih berasal dari ruangan sebelahnya yang di susul dengan suara gitar listrik yang sama menggelegarnya dengan suara tawa tadi. Seperti sulap kantuknya seketika hilang, sirna tanpa bekas.

        Pada detik itu ia masih sabar menunggu si pemilik rumah sadar ,kalau ini bukan waktu yang tepat untuk memainkan gitar listriknya. Sebenarnya ia ingin keluar, menegur si pemilik rumah tapi ia takut kalau di unit sebelahnya masih ada pria yang ia temui tadi dan juga bagaimana jika yang membuat keributan di tengah malam ini adalah pria itu. Bagaimana ia bisa menegur orang yang sudah membantunya, tapi ia juga tidak tahan dengan suara bising dari gitar listrik itu.

Nadien's pov

         Gue menendang selimut dengan kesal, gue bener - bener berusaha bersabar tapi setelah dua puluh menit berlalu dan penghuni sebelah belum juga berhenti buat keributan, akhirnya kesabaran gue pun semakin menipis.

"Ini gue bisa pindah unit aja ga si? ga tau apa ini tuh tengah malem" Gerutu gue untuk kesekian kalinya,
setelahnya dengan buru - buru gue turun dari kasur menuju ke sumber suara. Sesampainya gue tepat di depan pintu bernomor 519 suara gitar listrik itu semakin terdengar jelas, membuat gue yakin dari sinilah suaranya berasal. Saat gue berniat untuk mengetuk pintu tersebut pergerakan gue terhenti seketika.

"Ketok, jangan. Tapi kalo gue ketok terus yang keluar malah Jivan gimana? Tapi kalo ga gue tegur yang ada gue ga bisa tidur semaleman." Ucap gue seketika mundur beberapa langkah dari depan pintu.

"Tapi kalaupun gue ketok ni pintu dan ternyata yang nongol bukan Jivan gue harus ngomong apa nanti yang ada gue di bilah so iye penghuni baru aja sok ngatur - ngatur" Gue kembali berpikir keras, memikirkan kemungkinan yang ada sampai ga sadar kalau sekarang gue sedang menggigiti kuku tangan.

"Bener, kalo ternyata yang nongol adeknya Jivan terus dia ga terima gimana? nanti gue di musuhin gimana? ah... Tapi abangnya kan baik, masa dia jahat sampe musuhin gue cuma karena gue tegur masalah beginian doang." Sambung gue yang masih setia mondar - mandir di depan pintu.

"Tapi kalo gue tegurnya secara baik - baik kayanya ga bakal sampe segitunya." Gue menyetujui dalam hati lalu kembali berniat mengetuk pintu, tapi tetep aja hati kecil gue ga setuju karena gue ga seberani itu.

         Gue mengacak rambut gue kesal karena ga tau harus berbuat kaya gimana, sepuluh menit lebih gue berpikir akhirnya terbesit ide konyol yang membuat gue berlari kedalam unit gue mencari sesuatu. Langkah gue menuju meja belajar yang tepat di samping kasur mencari sticky note berwarna kuning yang baru saja gue beli pagi tadi dan juga pulpen, lalu dengan cepat gue menuliskan apa yang ingin gue sampaikan. Saking terburu - burunya gue sudah ga perduli lagi tentang tulisan gue yang lebih mirip cacing kepanasan juga urutan kata yang bahkan ga berurutan.

HAPPY SOON [JIHOON TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang