9. Pencarian

253 38 2
                                    

        Terdengar langkah kaki yang tergesa - gesa dari dua muda mudi yang berlarian di sepanjang lorong gelap nan panjang. Dengan nafas tersengal pemuda yang berlari menuju ujung lorong itu diam - diam mengkhawatirkan gadis di belakangnya yang kini meneteskan sedikit air matanya.

        Di temani lampu yang kini berkedip - kedip membuat suasana semakin menegang, sedetik kemudian langkah pemuda yang berlari lebih dulu itu mendadak berhenti bersamaan dengan suara yang ia dengar beberapa waktu yang lalu, suara yang ia kira adalah suara dari sebuah barang yang jatuh, namun kini terdengar lebih jelas sehingga membuatnya yakin kalau itu adalah suara lampu yang pecah seperti meledak dari sangkarnya. Yang ia lakukan kemudian adalah berbalik badan lalu merentangkan kedua tangannya, guna menghentikan laju dari gadis yang sedang berlari di tengah gelap itu.

"Dien stop, Dien." Ucapnya lantang. Namun si gadis terlalu fokus dengan pelariannya, sehingga suara lantang itu tidak tersampaikan dengan baik ke telinganya.

Pemuda itu semakin panik, suara lampu pecah itu tidak jauh tempatnya berdiri dan bukan tidak mungkin juga pecahan lampu itu tercecer di lantai lorong, berlari dalam keadaan gelap seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi mereka berdua. Skenario terburuknya mereka bisa saja jatuh dan terluka karena pecahan lampu itu.

       Dengan langkah pasti, pemuda itu melangkah maju masih dengan kedua tangan terbuka lebar.

"Nadien gue bilang stop, di depan ada pecahan lampu." Teriakannya kembali tidak terdengar, ia tidak punya pilihan lain pemuda itu segera berlari ke arah gadis yang kini jaraknya kurang dari empat meter di depannya.

BUGH

       Jidan berhasil menghentikan lari gadis itu. Dua manusia itu saling bertubrukan, serta rentangan tangan Jidan yang kini berubah menjadi sebuah pelukan saat mengetahui posisinya yang belum siap dan kecepatan lari Nadien yang bisa dibilang kencang, membuat ia tumbang kebelakang dengan Nadien yang berada di pelukannya.

       Bertepatan dengan adegan itu dengan jelas Jidan melihat lampu di langit - langit menyala, membuat lorong panjang gelap itu berubah menjadi terang benderang, sayup - sayup iya mendengar suara seseorang mendekat dari ujung lorong. Namun ia cepat - cepat mengabaikannya karena perhatiannya tersita sepenuhnya oleh gadis yang kini sedang mencoba lepas dari pelukannya. Melihat gadis itu sudah bangkit Jidan pun mengikuti.

"Itu, tadi.. Gue denger ada suara lampu pecah di deket sini, gue cuma takut lo kena pecahannya jadi.. Gue udah coba ngasih tau lo, tapi lo ga denger. Jadi ya mau ga mau." Jidan menggaruk tengkuk lehernya, mencoba menjelaskan maksudnya dengan gugup. Gadis di depannya juga tak kalah gugup, hanya saja gadis itu pandai menyembunyikannya.

"Gue ga ada maksud aneh - aneh kok, sumpah Dien. Gue cuma.. mmm.. itu..." Lanjutnya yang belum sempat tuntas, karena kedatangan tiga orang yang ia kenal.

"Den, saya kira siapa tadi yang teriak - teriak." Ucap seseorang berseragam yang jelas menandakan kalau ia seorang petugas keamanan, Nadien juga mengenalinya sebab ia pernah melihatnya saat hari pertama ia datang ke apartemen ini.

       Jidan mengalihkan pandangannya pada pecahan lampu yang tercecer, tidak jauh dari tempat petugas keamanan itu berdiri. Diam - diam ia lega dengan keputusannya barusan. Jika saja ia tidak berinisiatif menghentikan Nadien yang berlari, kemungkinan besar bisa saja terjadi hal yang tak di inginkan.

"Ini kenapa pak, ko tiba - tiba lampunya pecah gini?"

"Ah ini den, lagi ada perbaikan. Kemarin dari laporan den Harys ada beberapa lampu yang konslet. Jadi udah mau dua hari ini ga di nyalain lampunya, nunggu ada teknisi langganan yang benerin. Nah tadi tuh lagi di cek, ternyata lampunya memang udah ga beres sampai meledak sebelum diperbaiki. Ini lagi proses ganti lampu yang baru den." Jelas petugas keamanan yang akrab di panggil Arip itu.

HAPPY SOON [JIHOON TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang