Seperti ucapan Sakti kemarin, jika tawuran nya di undur minggu depan dan kini saatnya mereka bertarung. Di depan SMA Tenggara yang tak lain tempat dimana Berlian sekolah, mereka berkumpul dengan membawa rombongan dari kubu masing-masing. Kubu Dipta yang di ketuai oleh Sakti dan kubu Berlian yang di ketuai dirinya sendiri.
Masing-masing dari mereka membawa senjata buat betumbuk satu sama lain. Untuk rombongan Sakti kebanyakan membawa tongkat baseball dan rombongan Berlian kebanyakan membawa kayu balok.
"Nih ye gue ada pantun buat lu!" tunjuk Dipta pada salah satu anggota lawan.
"Apa?!" kata dia ngegas.
"Dengerin musik di jamban"
"Cakep"
"Muka lu burik sok tampan!" Dipta tersenyum angkuh.
"Anjay! Bales Van bales!" kata Refal di sambing Kevan.
"Makan sambel ulek pakai kedondong" kata Kevan sambil menyugar rambutnya.
"Cakep!"
"Gapapa jelek yang penting sombong" Kevan menaik turunkan alisnya.
"Muke lu dah kayak om om pedo anjir!" umpat Cakra.
"Gue punya pantun!" seru Sakti dengan cengirannya yang lebar, membuat yang ada di sana ngeri karnanya.
"Makan duren sambil ngelamun"
"Anjay cakep!"
"Hati-hati ketelen ntar bijinya"
"BANGSAT pantun macem apa itu!?"
"Ga papa ga papa, yang penting pantun ye kan" kata Berlian.
"Nah kan apa gue bilang!!! Lu, Sukimin! Lu suka kan sama Sakti?!" tuduh Cakra ga nyantai sambil menunjuk Berlian dengan tongkat baseball nya.
"Apa an! Jangan mentang-mentang gue ngebela dia lu kata gue suka dia? Dih ga level!" ucap Berlian berlagak seperti orang mau muntah.
"Cakra ga ada ngomong lu ngebela Sakti" Dipta tersenyum sinis.
"..."
"Nah kan! Ngaku juga kan kalo lo suka Sakti!" Cakra berucap dengan mata melotot.
Sedangkan orang yang mereka perdebatkan hanya duduk di pinggiran jalan sambil makan jambu air yang dia petik di halaman SMA Tenggara. Sambil makan sambil memainkan hp nya, sesekali tertawa melihat meme.
"Dih amit-amit!" kata Berlian dengan mengibaskan rambutnya sok elegan.
"Banci sok elegan!" ejek Dipta dengan tampang minta di tampol.
"Btw jadi ga gelud nih?" tanya Sakti yang sudah jengah mendengar perdebatan mereka.
"Jadi dong! Serang!!!!!"
Bugh
Bugh
Bugh
2 jam kemudian....,,,
Masing-masing dari mereka tepar kelelahan karena kekuatan mereka setara.
"Udahlah capek gue" kata Sakti.
"Yao nih, aus pen minum" sahut Dipta.
"Yok ke cafe yok" ajak Kevan.
"Dih lu sapa?" julid Cakra.
"Udah sih damai sebentar ga papa lah" lerai Berlian.
"Iya nih, yuk kita ngafe" sahut Refal.
"Eh gue ga ikut ya" kata Dipta tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebelet Kawin [End]
Humorini menceritakan kisah anak sma yang kebelet kawin, alhasil orang tuanya mau tak mau menuruti semua keinginan anak semata wayang mereka untuk mencarikan calon pendamping untuk nya. namun tidak semudah yang mereka bayangkan untuk mencari calon istri...